Rumah orang tuaku berada dipinggiran kota.Bersebelahan dengan tanggul kali milir di Sragen Jawa Tengah.Sementara di seberang sungai ada kuburan Desa Wulung Rejo.
Kuburan itu di penuhi dengan semak belukar dan juga bambu kuning ,setiap malamnya burung daradasih berkicau menyampaikan pesan misteri tak terungkap.
Pada suatu senja saat sebelum maghrib,kedua orangtuaku tiba-tiba rebut berlarian ke belakang rumah..
Mereka menuju tempat jemuran pakaian.Ketika itu aku hendak berwudhu kemudian ikut berlari kearah belakang.
"Ada apa pak?"
Tanyaku bibir bapak tampak mulai merapalkan doa-doa.Sementara ini segera mengambil pakaian kering yang tadi lagi di cuci oleh istri ku
"Itu ada jegeg"
jawab bapak kemudian meneruskan membaca doa.
"Jegeg?"
Batinku bertanya sambil membantu ibu meraih pakaian kering dan sebagian adalah popok anakku.
"Jegeg itu apa bu? Tanyaku
" Itu bangsa halus yang suka mencari bayi untuk jadi mangsa makanannya."
Ibu menjelaskan padaku
"Apa kamu tadi tidak mendengar suara; Weeeeegg....weeeeg kuuuuuuurrr...?
Ibuku balik bertanya
"Iya aku mendengar bu.."
"Nah...itu pertanda ada jegeg."
Selesai makan malam,seisi rumah berkumpul diruang tamu.Bapak memangku Adit anakku yang pertama,sedangkan ibuku menggendong Dwi anakku yang nomor dua istri ku menemaninya aku sembari makan mendoan hangat yang baru di goreng istri ku aku mencoba menerka apa itu jegeg
"Jegeg itu wujudnya seperti apa pak?
"Mbuh,aku sendiri belum pernah melihatnya tampaknya bapak berusaha menghindari tanya rasa ingin tau ku,ia mengelus elus rambut adit dan dia melanjutkan lagi pembicaraan
"Tapi dulu waktu bapak masih bocah,pernah melihat bayi mati dimangsa Jegeg,ketika itu jam dua sini hari bapak terjaga dari tidur,malam itu rasanya sepi sekali,angin aja tidak berhembus meskipun sedang terang bulan,lalu sesaat mau menutup mata tiba-tiba terdengar weeeeg Weeeeegg kuuurrr,berulang kali bapak pun mencoba mengintip lewat lubang papan rumah.Waktu itu masih anak-anak,jadi tidak berani keluar dari rumah,dulu itu beda jauh dengan sekarang,dulu belum ada listrik,rumah tetangga juga masih jarang tidak seperti sekarang berdekatan.Bapak berhenti bercerita meraih secangkir kopi jahe buatan istri ku ,diseruputnya tampak nikmat sekali.
"Terus gimana pak?tanyaku tak sabar
"Setelah bapak intip,diluar memang tidak ada apa-apa,tapi suara jegeg itu masih lantang terdengar,sepertinya suara itu mengarah ke selatan ke arah Mbah Tukini"
"Mbah Tukini,si mbah nya Warto itu ya pak tanya ku menyela
"Iya...." jawab bapak
"Papa ini menyela mbah kakung aja anak ku adit protes,ternyata dia ikut menyimak cerita bapak,aku hanya tersenyum sambil mengambil cabe rawit dan mendoan yang keempat kalinya
Tidak lama kemudian ada bayangan seperti burung elang yang besar,kemudian bertengger di pohon nangka persis di depan tempat bapak mengintip,Bentuk hewan itu seperti burung merak ekornya warna merah tapi jenggernya warna hitam.Anehnya hewan itu menyala seperti api,kemudian bersuara seperti ayam jantan berkokok sesudah itu hilang begitu saja,
"Bapak saking takutnya langsung menutup kepala dengan sarung
Bapak ku tampak serius mengenang kisah masa kecilnya.
"Terus bagaimana pak? Aku makin penasaran.
"Ya begitulah...,esok paginya anak mbah Tukini mati mendadak, kulitnya melepuh memerah seperti tersiram air panas.Kata nya anak mbah Tukini mati dimakan jegeg
Mungkin jegeg yang malam hari itu,jelas Bapak
Opo...jadi jegeg itu bentuknya seperti elang ya pak?
"Bukaan...,bukan itu jegeg nya,itu yang menggembala jegeg,ibu ku menampik kesimpulanku
Lha terus wujud jegeg itu seperti apa bu? Tanyaku
Menurut orang-orang yang pernah melihatnya jegeg itu kepalanya seperti kucing tapi tubuhnya mirip anjing lidahnya menjulur julur ke tanah berwarna merah darah.Matanya menyala bak lampu senter
"Tadi untungnya ibu dan bapak berlari mengambil popok anakmu,seandainya terlambat sedikit,terus bagaimana cucuku ini,ujar ibu sambil menciumi kepala dwi
"Apa jegegnya sudah dekat pak?Tanyaku sedikit gelisah
"Tadi pas bapak keluar rumah sambil membaca Al-fatikhah,jegegnya berlari fi pinggiran tanggul,apa kamu tidak melihat?tanya bapak
Lain kali kalau menjemur popok bayi jangan diluar rumah ucap ibuku dengan nada suara sedikit marah
Aku diam saja sambil berpikir setengah percaya dengan cerita orangtuaku
Pagi harinya aku bertamu ke rumah teman kecilku teguh,teguh itu dari dulu terkenal pemberani tempat yang menurut orang kampung itu wingit (angker) bagi teguh itu tempat biasa,tidak mengherankan teguh bisa melakukan tirakat ditempat-tempat angker dan berbahaya sekarang setelah berumur dia memiliki keahlian melihat hal-hal gaib
Mendatangi teguh selain bersilahturahmi karena kami hanya bisa bertemu setahun sekali saat aku pulang saja tapi juga ingin mengajak Teguh mencari tau apa itu jegeg
"Guh,kamu pernah dengar soal jegeg?aku bertanya setelah bicara tentang keadaan keluargaku
Pernah dengar tapi belum pernah melihat wujudnya,oh iya kemarin setelah sholat maghrib aku mendengar suara jegeg
"Lha iya itu Guh,kata bapak ku jegeg itu sedang mengincar anakku Dwi.Maka dari itu aku kesini selain silahturahmi juga aku minta bantuanmu,kamu kan ahlinya bangsa lelembut seperti itu.
"Lha terus gimana aku bisa membantu mu Han?...
"Begini Guh,bagaimana kalau jegeg itu di jebak saja,dipasangi popok bayi kemudian ditangkap,nanti kalau jegeg nya muncul kamu tangkap,aku siapkan kamera infra red untuk mengambil video,
"Bagaimana Guh,setuju ga?
"Handoko... begini...beri aku waktu tiga hari tuk persiapannya jegeg tidak akan muncul lagi dalam waktu dekat ini karena ia sudah di pergoki bapakmu jegeg pun pasti mencari cela waktu menunggu korban yang di incaran nya lengah kata teguh memberikan alasan
Dan...di hari ke tiga pada selasa wage aku dan Teguh menata persiapan tuk menjebak jegeg
Selendang bayi,kembang telon dan minyak misik pun sudah disiapkan,aku menyiapkan kamera dan popok anakku yang basah sebagai pancingan
Setelah maghrib kami pun bersiap popok basah sudah aku ikat dengan tambang,ku bentangkan diantara pohon nangka dan pohon waru, di bawah tali ku pasang selendang bayi,di setiap ujungnya di ikat dengan benang law,kembang telon,dan minyak misik itu di oleskan pada selendang itu
Satu sampai tiga jam belum ada tanda-tanda datangnya jegeg sedang malam terus merangkak semakin sepi,cahaya bulan cukup bisa memberikan penerangan keadaan di sekitar,untuk membuang sepi Teguh pun ngobrol pelan-pelan
Mendekati jam dua belas malam,terdengar kicau burung daradasih dari pohon randu ditengah kuburan.suasana pun berubah sepi dan terasa angker
Teguh menyenggol lenganku supaya waspada,dari balik gubuk yang kami tempati,tampak barongan bambu di pinggir kuburan bergerak-gerak tanpa di mengerti asal muasal nya.
Disebelah popok dan selendang ada burung bertengger warna nya merah menyala seperti api,terbang diatas jebakan
Weeeeegg... Weeeeegg kuuurrr berulang ulang
Guh...teguh itu jegeg nya datang ucapku lirih dengan gemetar
"Tenang jangan takut,itu yang menggembala,suara itu sedang memanggil jegeg,jangan takut,kita ini manusia ditakdirkan lebih unggul dari mahluk halus" teguh menenangkan ku
Benar-benar pemandangan yang menakutkan bagiku yang baru pertama kali melihat makhluk ghoib
Muncul mengerikan dari gerumbulan di pinggiran tanggul kali milir
Bentuknya sama persis seperti yang diceritakan bapak hewan setengah kucing setengah anjing,lidahnya yang merah darah itu menjulur ke tanah.Anehnya hewan itu berjalan tidak seperti hewan berkaki empat melainkan seperti manusia
Jegeg itu mendatangi popok dan selendang yang aku pasang,aku menekan remote pada kamera.Teguh dengan lembut tapi tangkas menarik benang lawe yang disambung ke selendang saat jegeg itu lewat di bawah jebakan,saat itu pula teguh menarik benang
"Kroooosaaaaaak!!!!.."
Hewan siluman itu terperangkap badannya bergerak tak karuan,jegeg itu terbelit selendang,ia tampaknya ingin melepaskan diri dari jebakan itu..
Burung siluman itu terbang berputar-putar di atas jegeg suara nya makin nyaring dan ramai
Saking kuatnya bergerak tali tambang itu putus,jegeg itu lepas jebakan dan berlari kearah gubuk,matanya merah menyala sangat marah lidahnya menjulur air liur menetes dan bekas tetesan air liurnya itu menyala seperti bensin terkena percikan api
Lalu jegeg itu menabrak gubuk tempat kami bersembunyi
" Braaaak!!!"..
Aku pun tidak tau kejadian selanjutnya yang aneh teguh tidak apa-apa,saat sadar aku dirumah teguh istri nya memberiku air hangat kemudian para tetangga berdatangan orangtua dan istriku juga datang
" Sudah ....sekarang sudah aman anakmu Dwi dan bayi lainnya di desa ini tak akan pernah diganggu lagi tutur teguh dengan pasti
Ia kemudian menyerahkan video kamera padaku,akan aku lihat nanti hasilnya setelah sampai rumah
.............TAMAT.......