Sulitnya Minum Obat

1103 Words
Kim Tae Hyung keluar dari kamar mandi sambil memegangi perutnya, wajahnya tampak meringis lemas. Perlahan ia berjalan lemah kembali ke ruang kerja, membuka pintu dan mendapat tatapan kesal dari keenam teman-temannya. Rupanya sepeninggalan Kim Tae Hyung tadi Min Yon Gi ikut bergabung duduk di sofa dan sepertinya mereka sedang mendiskusikan sesuatu. Kim Tae Hyung berjalan mendekat tak peduli dengan tatapan mereka yang awalnya mendiskriminasinya kini berubah heran. "Kalian sedang mendiskusikan apa?" tanyanya seraya duduk di samping Park Jimin lagi dengan bibir yang meringis dan tangan kiri di perut. "Kau ini sebenarnya kenapa? Sakit perut?" tanya Park Jimin di samping. "Iya sakit perut, rasanya lambung dan lubang pantatku panas," keluhnya menyedihkan, ia hempaskan punggungnya pada sandaran sofa. Park Jimin mencibir dengan lirikan julid. "Itu pasti karena kau makan bakso mercon kebanyakan, dan tak mau membaginya denganku." Kim Tae Hyung mendesis kesal. "Ck, kau ini masih saja memikirkan soal makanan itu, menjengkelkan sekali!" sungut Kim Tae Hyung, lagi-lagi dia mendesis merasakan perutnya yang panas melilit. Park Jimin hanya tersenyum masam dan yang lainnya hanya menggeleng tak berdaya melihat keduanya yang hampir setiap kali ribut, pasti ada saja yang diributkan setiap harinya. "Berhentilah berdebat hal yang tidak penting. Kau harus beristirahat sekarang dengan cukup jika nanti malam mau ikut membuat video konten. Atau kau absen dulu saja kali ini, kau tetaplah di rumah beristirahat, Tae." Min Yon Gi menatap Kim Tae Hyung serius. Kim Tae Hyung menggeleng cepat. "Tidak, tidak, aku mau ikut. Memangnya kita akan membuat konten di mana?" tanya Kim Tae Hyung. "Terowongan Casablanca," sahut Jeon Jung-Kook dengan ekspresi datarnya. "Jika tubuhmu masih lemah sebaiknya jangan ikut, karena menurut info yang beredar makhluk astral di sana sangat agresif apalagi dengan kuntilanak merahnya," lanjutnya memperjelas. "Dikhawatirkan jika kau memaksa ikut nanti malah merepotkan kami." Kim Tae Hyung mengatupkan bibirnya masam, lalu menepuk-nepuk perutnya pelan. "Aku baik-baik saja, hanya minum obat lalu istirahat pasti sembuh. Jam berapa kita berangkat nanti malam?" tanyanya keras kepala, Kim Tae Hyung memang orang yang penuh semangat, tak pernah mau dia ketinggalan keseruan saat membuat konten. "Apa kau yakin bisa?" Kali ini Jung Ho Seok yang bertanya. Kim Tae Hyung mengangguk pasti. "Boleh ya? Please, Kak Jin." Mohonnya pada Kim Seok Jin sang kakak tertua di dalam anggota itu. "Kalau begini saja kau memanggilku kakak, kalau di waktu yang lain selalu saja merepotkanku dengan panggilan Jin Jin Jin." Kim Seok Jin tersenyum manis, meski kata-katanya terkesan mengesalkan. "Ya ampun, Kakak Tertua. Kau tahu begjtulah aku dan sifatku memang begitu, aku yakin jika tidak ada aku malam nanti pasti akan tidak seru." "Beuh, percaya diri sekali kau!" Park Jimin menoyor sisi kepala Kim Tae Hyung gemas. Kim Tae Hyung hanya nyengir saja, saat ini dia tak mau cari masalah agar dibolehkan ikut nanti malam, yang terpenting ia sekarang harus segera minum obat dan istirahat. Kim Seok Jin tersenyum, melipat kedua tangan di bawah d**a. "Ya sudah cepat kau minum obat lalu pergi tidur, masih ada 10 jam untuk kita bersiap pergi ke lokasi. Kita akan pergi jam 9 malam nanti." Kim Tae Hyung memgerti, mengangguk lalu beranjak pergi keluar dari ruang kerja menuju kamar. Kim Seok Jin menatap kelima orang lainnya. "Kalian juga istirahatlah, jaga kesehatan kalian. Aku akan turun mengambilkan obat dan air minum untuk Tae. Pasti anak itu langsung ke kamar saat ini." Pria tampan itu lantas berdiri lalu meninggalkan ruangan. Sepeninggalan Kim Seok Jin mereka berlima juga segera bangkit dan pergi ke kamar masing-masing. Di lantai atas terdapat empat kamar dan satu ruang kerja. Tiga kamar diisi dua orang, kamar pertama ditempati oleh Kim Nam Joon dan Jung Ho Seok, lalu kamar kedua ditempati Park Jimin dan Jeon Jung-Kook, kamar ketiga ditempati oleh Kim Seok Jin dan Kim Tae Hyung sementara Min Yon Gi tidur sendirian. Pria itu yang meminta tidur sendirian, karena terkadang ia suka lembur menyelesaikan proses mengedit video agar terlihat sempurna dan meyakinkan. Semua video yang diunggahnya pasti selalu ramai dan menuai banyak like, komen dan subcribe yang terus bertambah. Selain kerja keras seluruh personil, keahlian editing Min Yon Gi juga yang paling berarti. Kim Seok Jin membawa obat dan segelas air di tangannya, naik tangga dan berjalan menuju kamarnya dan Kim Tae Hyung yang berada di paling ujung. "Minumlah obatmu jika mau segera sembuh," kata pria tampan itu. Kim Tae Hyung bangun dari meringkuk miring di atas kasur, dan menerima pil obat warna hijau dengan gelas yang berisi air putih. Pria itu menatap keduanya. "Apakah Kakak Jin lupa membawa pisang untukkku?" tanyanya, kelopak matanya terangkat dengan tatap memelas melihat Kim Seok Jin yang berdiri di hadapannya. Kim Seok Jin menghela napas dalam. "Kau sudah besar, masihkah harus menggunakan pisang untuk meminum obat sekecil itu?" Kim Tae Hyung mengerucutkan bibir tipisnya dan menurunkan pandangan menatap pil hijau di tangannya. "Pil kecil ini rasanya pahit ..." elaknya lunglai. "Tapi itu hanya pil kecil, padahal kau bisa menelan sekilo buah manggis dengan biji-bijinya." "I-itu beda ... kalau tidak ada pisang aku tak bisa minum obat." "Kau ini manja sekali mengalahkan Jung-Kook. Dia yang paling muda saja tak seperti kau. Ah, sudahlah, tunggu di sini, aku ambil dulu!" sahut Kim Seok Jin sedikit kesal, membuka pintu kamar dan pergi. Kim Tae Hyung nyengir memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi, duduk manis menunggu Kim Seok Jin kembali membawa pisangnya. Tak lama pintu kamar dibuka dan Kim Seok Jin masuk dengan membawa pisang di tangannya. "Ini pisang milikmu, segera minumlah!" Kim Seok Jin mengulurkan tangan memberikan buah warna kuning itu pada anak manja menjengkelkan itu. Kim Tae Hyung tersenyum, meletakan gelas pada nakas lalu mengambil pisangnya. "Iya ini pisangku, mana pisangmu?" tanyanya seraya membuka kulit pisang dengan penuh penghayatan. Melihat tingkah mengesalkan anak di hadapannya membuat stok sabar Kim Seok Jin cepat menipis sehingga darah seakan cepat menglir ke ubun-ubunnya. "Cepatlah makan dan minum obat!" sentaknya mengejutkan hingga membuat Kim Tae Hyung reflek memasukkan pisang ke mulutnya dengan gigitan besar membuat pipinya mengembung saat mengunyah. Melihat hal itu membuat Kim Seok Jin terkekeh. "Kenapa semua orang membuatku kaget terus, tadi Jimin sekarang kau," kata Kim Tae Hyung dengan bibir manyunnya. Kim Seok Jin tertawa renyah. "Kenapa? Aku baru tahu kalau kau latah." "Sembarangan, mana ada aku latah begitu!" Karena terus bicara dia sampai tidak sadar kalau pisang di mulutnya telah habis ditelan, barulah dia memasukkan pil ke mulutnya lalu minum air. Entah bagaimana sulitnya ia menelan obat, hingga katup tenggorokannya tak dapat ia buka sehingga hanya mampu menelan air dan pilnya tertinggal di pangkal lidah, sehingga membuat rasa pahit langsung menyebar di seluruh lidahnya. Wajahnya seketika merah dengan lidah menjulur. "Aaaakkkh, Pahiiiittt!" Kim Seok Jin sampai tak tahan menahan tawa hingga membuatnya sakit perut dan jatuh ke tempat tidur berguling-guling.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD