EMPAT BELAS: Adakah Sebuah Harapan?

1516 Words
{MALAYSIA/KUALA LUMPUR} [10 menit sebelumnya] [03:20 PM] "Lari! Semuanya lari!" Sahut dokter misterius yang memimpin kami didepan. "Awas! Disebelahmu!" Teriakku panik melihat zombie yang melompat ke arah dokter yang memegang sebuah handgun si tangan nya. Reflek yang dikeluarkan oleh dokter itu sangatlah hebat, dia berhasil menghindari zombie yang melompat ke arahnya dengan jarak sedekat itu dan meninggalkan satu peluru di kepala nya tepat sebelum tubuh mayat hidup itu mendarat ke tanah. "Namaku Kennedy Febriano! Kalian boleh memanggilku Ken!" Ucapnya singkat dengan langkah yang terhenti, setelah memperkenalkan dirinya dengan singkat, Ken kembali berlari dan memimpin kami. "Nama yang terdengar aneh untuk seorang dokter dengan hawa pembunuh bayaran" Batinku. Kami semua merasa tidak diperlukan untuk membantu nya, karena sedari tadi Ken memimpin kami, semua zombie yang mendekat ke arah kami berhasil ia bunuh hanya dengan 1 peluru untuk kepala satu zombie. Layaknya seorang deadpool yang selalu mengenai kepala target dengan riwayat akurasi 100% tanpa meleset. Kami sampai di depan area yang tidak jauh dengan ruangan yang kami tuju sejak awal, tapi tidak bisa langsung masuk ke dalam karena ada kurang lebih 10 zombie berkumpul di depan pintu perpustakaan itu. "Sepertinya ada orang di dalam sana yang memancing para zombie hingga berkumpul di depan pintu itu" Ucap Ken membaca situasi. Kami berada di sela-sela bangku, sedikit bersembunyi dengan jarak beberapa meter dari depan pintu ruang perpustakaan, memikirkan bagaimana cara kami agar bisa masuk kedalam dan melewati para zombie jelek itu. "Tolong aku!!" Tiba-tiba terdengar teriakan seorang pria yang berlari mendekat ke arah kami, dibelakangnya ada 2 zombie yang mengejar, namun bukan 2 zombie itu yang kami khawatir kan, melainkan zombie yang berkumpul di depan pintu ruangan perpustakaan. Tanpa adanya perundingan, Ken yang melihat pria tersebut butuh pertolongan langsung melompat keluar dari persembunyian kami dan mengisi ulang senjata laras pendek di tangannya. Apa yang sebenarnya ada di pikiran orang itu? Aku bertanya-tanya apa yang sebenarnya ada di pikiran pria itu, ia melompat tanpa ada keraguan melihat para zombie itu berada di sekeliling pria yang ingin ia tolong. *duar duar duar Tiga zombie berhasil ia lumpuhkan hanya dengan mengeluarkan 3 peluru, tidak ada yang meleset! Dokter apanya! Sudah jelas bahwa ia adalah agen ganda yang sedang menyamar sebagai seorang dokter semata! Setidaknya kalimat itu lah yang melesat di kepalaku, saat melihat aksi tembak-menembak layaknya film buatan negara asing darinya. Dia sudah dekat dengan pria itu, melesat ke pada si pria dengan melakukan sebuah roll untuk melewati zombie yang sudah mengelilingi nya, kemudian berdiri dan mengeluarkan sebuah bayonet dari belakang jas putihnya. Tidak hanya sebuah handgun yang berada ditangannya sekarang, namun sebuah bayonet, atraksi apa lagi yang ingin ia tunjukan? Ken menembak zombie yang melingkari nya dengan sempurna, kecepatan tangan yang ia miliki sudah setara dengan pesulap handal yang sedang memainkan kartu poker nya. Sesekali menggunakan bayonet di tangan kirinya untuk menusuk juga menyayat beberapa leher zombie yang berjarak 1 meter dengannya. Kami terlalu takjub memandangi kelincahan yang ia tunjukan, bagaikan pemain ice-skating yang sedang menari di tengah-tengah es. "Ayo kita bantu dia!" Ucap pria operator dengan shotgun nya, kemudian berlari ke arah kerumunan zombie yang mengelilingi Ken. Kami mengikuti nya, membantai satu-persatu zombie dari kerumunan paling belakang, Pria operator yang memegang senjata berjenis shotgun bisa menghempas 3 zombie sekaligus dengan satu peluru, dan Salman dengan kapaknya, menebas para zombie yang mencoba mendekatiku dan perawat disebelah ku. Aku tidak menduga bahwa kerjasama yang kami lakukan, berhasil membuat kami nyaris meratakan zombie yang tadinya berkumpul di lantai ini. Pria yang berhasil ditolong Ken berdiri, dia berterima kasih kepada Ken karena telah membantunya, setelah pertarungan yang kami lakukan, akhirnya kami berhasil mendapatkan celah untuk pergi ke arah pintu perpustakaan, sesampainya di depan pintu, kami tidak bisa membukanya karena ternyata pintu itu terkunci dari dalam. "Hei buka pintunya! Ini kami! Siapapun yang berada didalam cepat buka pintunya!" Teriak Salman seraya menggedor pintu yang terkunci di depannya. Seakan tidak ada habisnya, kerumunan zombie gelombang kedua berlari dari arah jalur lorong mengarah ke kami. "Aku kehabisan peluru!" Ucap Ken berteriak. "Aku juga!" Sambung pria operator. "Matilah kita!" Gumamku pelan. "Siapapun yang berada di dalam! Bukanlah pintunya! Ini darurat!" Teriak Salman panik melihat keadaan yang membuat kami terpojok, hanya pintu inilah satu-satunya jalur terakhir yang bisa kami lewati untuk pergi meninggalkan rumah sakit ini. Pria yang di tolong Ken tadi sangat panik dan ketakutan, dia mendorong Salman yang sedang menggedor pintu hingga terjatuh, namun Salman menyadari bahwa pria itu tidak hanya mendorong nya, namun dia juga mengambil akses card yang menempel di saku d*danya dan berlari meninggalkan kami begitu saja. "Kemana kau akan pergi! Jangan kesana!" Teriak pria operator yang mengetahui arah pelarian dari orang tersebut. "Dia akan pergi melalui lobby lantai dua dan membuka akses yang menuju ke lantai satu! Aku akan menghentikannya!" Teriak pria operator seraya berlalu mengejar pria tadi. Kami tidak bisa mengejar nya, dan pasrah dengan keadaan. *sregg sregg Selot pintu yang berada di depan kami terdengar sedang dibuka, kami lega bukan main melihat siapa orang yang membuka pintu di depan kami, mereka adalah para polisi dengan jumlah 5 orang dan masing-masing membawa senjata laras panjang di tangannya. "Apa kalian baik-baik saja? Cepat kedalam, kami akan mengurus sisanya!" Perintah kapten yang memimpin tim itu kepada kami. Mereka bingung melihat para zombie menyeramkan mengejar kami, dan belum mengetahui situasi apa yang sebenarnya terjadi disini. "Tembak kepala mereka!" Perintah Kennedy pada para polisi. "Apa maksudmu? Kita harus menolong mereka! Mereka adalah manusia!" Sahut polisi mengira bahwa para zombie yang mengejar kami masih bernyawa. Ken yang terlihat mulai geram, merebut senjata laras panjang dari salah seorang anggota polisi yang sedang melongo, ia tidak percaya melihat pemandangan para mayat hidup berlari dengan kondisi tubuh dipenuhi luka robek dan darah yang mengalir. Ken menembak semuanya dan mengajak kami pergi dari tempat ini secepatnya. "Sersan! Ayo pergi dari sini apabila kau masih menyayangi nyawamu!" Perintah Ken kepada tim polisi. Mereka menyetujui nya karena sama sekali masih awam dengan kejadian yang barusan mereka lihat, saat kami berjalan mengarah ke pintu rahasia perpus, kami tidak sengaja melihat ke arah jendela, setelah lama terjebak di dalam rumah sakit, akhirnya kami bisa melihat sebuah jendela yang menampilkan keadaan diluar. Aku shock, jantungku berdegup cepat, nadi ku serasa berhenti, pemandangan yang lebih mengerikan terjadi di luar gedung rumah sakit, para zombie berhasil keluar berhamburan dari gedung ini, berlari ke arah para polisi dan wartawan yang berkerumun di depan rumah sakit. Apa-apaan ini!? Mereka semua... Mereka semua akan menyebar! Kiamat ini! Aku tidak bisa berkata-kata, kami semua mematung melihat keadaan yang lebih mengerikan terjadi di luar gedung, kiamat yang kami alami disini, sekarang berhasil menyebar, para zombie itu menginfeksi satu-persatu orang sehat yang berada di luar, mereka berlari, mencari, kemudian memangsa siapapun yang masih sehat, dan menjadikan setiap jiwa yang masih hidup, menjadi bagian dari mereka. Aku menutup mataku, sama sekali tidak ingin melihat apa yang sedang terjadi, kakiku sudah benar-benar lelah untuk berlari, dan bertanya-tanya apakah diluar sana akan ada tempat yang aman untuk bersembunyi, atau hanya ada kematian yang akan datang menjemput kami. Apakah ada hal yang lebih buruk dari kejadian ini? Batinku dalam hati seraya menutup mataku pasrah dengan keadaan. *** "Feb, semuanya udah terjawab kan?" "Maksud lo Ren? Mayat hidup itu beneran ada??" Aku masih tidak percaya dengan ini semua, atau mungkin aku memang sengaja menolak kenyataan dan berusaha untuk tidak mempercayai nya. Karena melihat apa yang sudah kami bangun dan lakukan bersama-sama, dengan kedatangan mereka, semuanya pasti akan lenyap. "Mungkin" Ucap Reno santai. "Apa kata lo? Mungkin? Jangan bercanda deh Ren. Lo tuh terlalu santai buat orang yang sadar kalo sebentar lagi akan kiamat tau ga. Lagi juga kalo emang mayat hidup itu ada, pasti mereka bisa dimusnahin ama pihak kepolisian sana Ren, iyakan?" Tanyaku cengengesan berharap Reno menjawabnya dengan kalimat yang tidak membuatku panik. "Hehe iya Feb, pasti mereka bakal di tuntas habis sama pihak militer disana" Jawab Reno dengan senyuman, walaupun aku tahu dia sedang berbohong dan tidak ingin membuat suasana hati ku panik, setidaknya jawaban yang ia keluarkan membuat perasaanku sedikit tenang. Ketiga sahabatku masuk dengan keadaan basah kuyup sehabis berenang, mereka menginjak lantai ruang tamu Reno dengan air yang masih menetes-netes dari tubuh nya, membuat ekspresi Reno kembali berubah menjadi sycopat. "SEBELOM MASUK KESINI TUH BILASAN DULU ANAK-ANAK S*TAN!!!!" Teriak Reno seraya mengejar mereka bertiga, mereka lari dengan tertawa terbahak-bahak karena berhasil memancing Reno dan membuatnya mengikuti mereka ke arah kolam renang. Sesampainya di kolam renang Abang menarik tangan Reno kemudian terpaksa membuat Reno berenang dengan baju dan celana yang belum di lepas, Ade yang sudah stand by di dalam air langsung menepuk-nepuk tangannya dengan cepat hingga membuat air menyiprat ke arah Reno dan membasahi kepalanya. Mereka semua sangat ahli membuat suasana kembali menjadi ceria dengan keberadaan mereka, itulah mengapa sedikitpun aku tidak pernah ada niatan untuk berpisah dengan mereka. Namun dengan kehadiran berita tadi, kepalaku selalu berfikir apakah kami bisa melewati nya bersama-sama, apakah suasana seperti ini akan tetap ada apabila kiamat itu terjadi disini, atau pertanyaan yang tidak mungkin seorangpun tahu dengan jawabannya, apakah kami berlima akan selamat melewati kiamat itu? Atau kami akan menjadi korban yang gugur saat kiamat itu terjadi? Atau yang lebih buruk, apabila kiamat itu dimulai, apakah ada cara untuk mengakhirinya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD