TUJUH BELAS: Dunia Baru

1634 Words
*Reno's POV [10 menit semenjak terjadinya tragedi] Sudah berlalu 10 menit semenjak kericuhan terjadi di lapangan tadi, aku dan Reza berhasil menyelamatkan beberapa anak murid beserta guru yang melarikan diri dari kejaran mayat hidup itu sampai ke lantai 3, beberapa orang berhasil kami selamatkan dan membawa mereka ke ruang guru yang berada di lantai ini, ruang guru bisa menjadi tempat persembunyian yang bagus karena memiliki pintu kaca satu arah, saat kami membuka pintu dan membantu masuk orang-orang yang sedang di kejar zombie di belakangnya, zombie itu hanya berhenti di depan pintu dan menggedor sebentar, kemudian berlalu karena mereka tidak melihat kami dari luar pintu, sedangkan kami melihat mereka dari dalam sini. Kayanya mereka ngandelin penglihatan mereka, fikirku, sekarang kami terjebak di dalam sini dan tidak tahu harus bagaimana, tanpa adanya keempat sahabat ku, aku tidak bisa berbuat banyak untuk membuat keputusan, karena ini adalah resiko tentang hidup dan mati. Guru yang bersama kami sejak awal ada di ruangan ini adalah pak Surya, dia merupakan seorang guru olahraga yang mempunyai gaji honorer, oleh karena itu dia tidak ikut upacara sejak awal. Pak Surya penasaran melihat tragedi pembantaian aneh ini, dari awal ia bertanya-tanya apakah ini hanya terjadi di sekolah, atau terjadi juga diluar sekolah. Semua murid yang terjebak disini sudah mencoba menghubungi para kerabatnya, namun sama sekali tidak ada sinyal yang masuk sejak pagi tadi, sehingga membuat handphone mereka menjadi tidak berguna. Pak Surya penasaran dan menghampiri televisi yang ada di ruangan ini, mencoba menyalakannya apakah bisa digunakan. "Tunggu pak!" Sahutku dengan nada pelan karena takut terdengar hingga kuping para zombie yang bergentayangan di luar ruangan ini. Pak Surya menghentikan jarinya untuk menekan tombol turn on pada TV, dan mengarahkan pandangannya padaku dengan wajah penasaran. "Saya saranin buat siapin remot pak, jadi semisal nanti TV nya nyala, kita bisa langsung kecilin volume nya biar ga ngundang perhatian monster diluar" Ucapku menjelaskan. Pak Surya mengiyakan dan menyuruh anak lain untuk mencari remot, setelah remot di temukan, pak Surya menekan tombol on dan aku langsung mengecilkan volumenya. Ternyata TV masih bisa digunakan, namun tidak ada channel yang kami temukan, semuanya kosong, sebagian channel hanya menampilkan layar yang krasak-krusuk seperti kumpulan semut. Aku terus menekan remot melompat-lompat mencari siaran, hingga satu siaran muncul, siaran darurat ini muncul dari channel berita TV lokal yang tidak bisa disebutkan namanya. Terlihat dua orang reporter sedang duduk di ruangan studio dengan pakaian seadanya, tidak menggunakan jas atau kemeja rapih lainnya. Mereka seperti sedang bertanya harus memulai berita dari mana dulu, wajah panik yang mereka tunjukan membuat mereka tidak menyadari bahwa kamera yang berada di depan mereka sudah di nyalakan. ni pasti siaran darurat! Sahutku dalam hati. *siaran berita Eehemm-hemmm, baiklah, semua pemirsa dimanapun anda berada, baik yang mengunci dirinya dirumah, diruangan, dikamar, dimanapun anda, kami mohon untuk mendengarkan ini baik-baik. Saya Radius Wijayanto, atas perintah langsung dari bapak Presiden ingin mengabarkan seputar info yang harus para masyarakat dengar dengan seksama, hari ini tepat 20 September 2021, Indonesia mengalami peristiwa yang tidak biasa, terjadi kerusuhan massal di beberapa tempat di Indonesia yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Belum diketahui apa penyebab awal kerusuhan ini bisa terjadi, namun menurut menteri Pertahanan dan pakar bencana alam, hal ini bisa saja disebabkan oleh serangan teroris. Namun, dilihat dari situasi ini, seperti nya banyak orang yang terjangkit suatu penyakit langka dan kemungkinan besar penyakit tersebut bersifat menular, dikarenakan penyebaran yang terjadi sangat lah cepat dan signifikan, kami juga mendapat data bahwa tepatnya kejadian ini tidak hanya sedang terjadi di Indonesia saja, melainkan negara-negara tetangga lain yang masuk kedalam benua Asia. Menurut salah seorang dokter, peristiwa perubahan yang terjadi pada manusia normal menjadi monster ini, dikarenakan adanya sebuah virus yang mengambil alih syaraf otak sang entitas(tubuh seseorang) dan mengeragotinya perlahan-lahan, hingga akhirnya otak sang entitas tidak bisa lagi bekerja atau bisa kita bilang... Meninggal. Namun dalam keadaan mati sekalipun, si virus yang sudah mengambil alih otak sang entitas akan membuat tubuhnya terus bergerak, membuat instingnya menjadi insting hewan liar nan buas kemudian menularkan virus itu kepada orang normal melalui sebuah gigitan. Gejala yang akan ditimbulkan tidak lain ialah, pertama, sang entitas akan merasakan kelelahan atau nyeri otot, kemudian mengalami halusinasi/mania, setelah itu tubuhnya mulai terlihat lebih pucat disertai kejang-kejang, hingga akhirnya kejang akan berhenti sesaat, kemudian muncul urat disekitar retina matanya, disitulah tubuh sang entitas telah mati dan akan digerakan oleh virus yang menggeragoti sel otaknya. Hingga kini, belum ada klarifikasi lebih jauh dari para petinggi atas penyebaran virus ini, namun kami memohon kepada masyarakat yang masih bertahan untuk tidak panik dan tidak mengambil tindakan yang ceroboh, karena pihak kepolisian Indonesia telah bertindak dengan cepat untuk mengevakuasi masyarakat yang selamat, mereka sudah bekerja sama dengan seluruh kepolisian daerah untuk membangun posko pengungsian di beberapa tempat-tempat strategis di jakarta terlebih dahulu kemudian daerah yang lain akan kami sebutkan satu persatu. Jakarta barat: Kota tua Jakarta timur: Mall klender Jakarta pusat: Monumen nasional Dan seterusnya. Kami menghimbau untuk masyarakat yang takut apabila pergi keluar rumah untuk bertahan sebisa mungkin, pihak kepolisian akan mencari kalian dan menjemput kalian bagaimanapun caranya. Semoga Tuhan melindungi kita selalu. Televisi yang kami tatap tiba-tiba berubah menjadi abu-abu seperti kehilangan sinyal, kami menatap satu sama lain. "MONAS, kita harus pergi ke Monas! Bagaimanapun caranya" Sahut pak Surya dengan keringat di tubuhnya. "Tapi gimana caranya pak?" Tanya Reza. "Saya akan mencari cara dan memikirkannya, tunggu disini" Ucap pak Reza seraya masuk ke ruang kepala sekolah, ruang yang menyatu dengan ruang guru namun memiliki pintu yang memisahkannya. Seperti ruangan pribadi. Aku tidak berhenti memikirkan keadaan kawan-kawan ku, bertanya-tanya apa mereka baik-baik saja sama seperti ku. Tak lama kemudian... *duarr! Duarr! Duar! Apa? Suara tembakan? Apa ada polisi diluar sana? Batinku kaget mendengar apa yang baru kudengar, jelas sekali adalah suara yang keluar dari laras pendek seseorang. *** *Febi's POV Aku sedikit lemas karena sedari tadi Arif masih mencoba menggigit ku, aku menahan tubuhnya di pojok tembok dengan sebuah bangku, menguncinya agar ia tidak bisa menggapai tubuhku, namun tenaganya sangatlah kuat dan hampir berhasil menguras seluruh tenagaku. Tak lama suara langkah kaki berlari ke arah kelasku yang berada di paling pojok lantai 4, aku menoleh ke belakang. Marilah gue! Ternyata itu adalah langkah kaki 3 murid, mereka berhenti di depan kelas samping pintu dan memandangi ku bersama kawanannya, ya! Kawanannya yang sudah berubah menjadi seperti Arif. Mereka berlari ke arahku, sigap aku langsung menarik kursi yang ku gunakan untuk mengunci tubuh Arif dan menghempas kepala satu murid kanibal yang sudah berada di belakang ku dengan kursi yang kupegang hingga ia terpental dan membuat ku tergeletak di lantai, Arif yang merasa tubuh nya sudah leluasa, kembali menyergap ku yang masih tertidur di lantai. Aku menahannya kembali dengan  bangku, dia tepat di atas tubuhku dan menibanku sekarang, hanya sebuah bangku yang menghalangi kami sebelum langsung berkontak fisik. Suara langkah kaki murid lain menghampiri ku yang sudah mati langkah, kayanya gue bakal mati disini, sorry gais! Gue duluan. Ucapku dalam hati seraya menutup mataku dan melemaskan genggamanku pada kursi, namun tiba-tiba. *duarr! Duarr! Duarr! Aku kaget mendengar suara barusan sangat dekat denganku, aku kembali membuka mataku dan melihat kepala Arif yang sudah bolong di depan mataku, membuatku mual dan mendorong mayatnya kesamping. Aku menutup mulut dengan kedua tanganku, menahan rasa mual yang dasyat sedang bersarang di perutku, kemudian aku menoleh. Dia?! Dia cewe yang kemaren nanya jalan ke gue! Batinku bingung melihatnya ada disini, dengan seragam yang sama denganku, bedanya hanya di dasi yang ia gunakan, hanya terdapat 2 garis putih yang menandakan bahwa ia adalah murid satu tingkat dibawah ku. Sejak kapan dia sekolah disini? Dan sejak kapan dia numbangin 3 murid ini? Siapa nih cewe? Hebat banget? "Lo gila ya!? Kenapa lo ga lawan mereka? Lo bisa aja mati tadi tau ngga!?" Ucapnya kesal dan memarahiku. Aku bingung setengah mati, melihat tingkah anehnya yang melebihi tingkah para zombie. Aku tidak mengenal nya namun caranya menyampaikan argumen membuat ku berfikir bahwa ia tidak ingin melihatku mati. "Ee-e-ee sorry, lo siapa ya?" Tanyaku bingung melihat situasi ini, dia memarahiku yang tidak tahu apa-apa dan tiba-tiba disergap mayat hidup kemudian dia mengatakan bahwa aku bodoh karena tidak melawan mereka? Bagaimana bisa aku melawan seorang Arif yang jelas-jelas ia adalah teman sekelas ku dan juga seorang ketua kelas, ditambah lagi wanita sudah menembak kepalanya tepat didepan mataku dengan handgun yang ia pegang semudah itu? Apakah dia psychopat kedua setelah Reno? "Lo d*ngo apa t***l sih? Gue orang yang nyelamatin lu kemaren, dan hari ini!" Maki nya membuat ia terlihat seperti anjing galak. "Marah-marah mulu, yaudah makasih makasih. Eh tapi tunggu! Nyelamatin gue kemaren? Maksudnya?" Aku memutar memori di kepalaku, mengingat kejadian apa saja yang terjadi saat bertemunya kemarin. Ohiya gue inget! Orang misterius di gang, apa sebenernya cewe ini udah tau kalo kemungkinan orang yang gue liat kemaren adalah zombie? Ga mungkin! Siapa sih dia sebenernya. Aku bertanya-tanya didalam hati siapa sebenarnya wanita yang ada di depanku ini, melihat sifatnya yang sekarang, ia terlihat jauh berbeda dengan wajah polos saat aku bertemu dengannya pertama kali, hari ini ia berubah drastis menjadi orang yang songong. "Gue tau di kepala lo lagi di penuhin sama banyak pertanyaan, tapi sekarang bukan saat yang tepat buat mikirin ini semua, beruntung gue masih bisa tepat waktu pas nemuin lo disini, mending sekarang kita cari temen-temen bodoh lu yang lain, sebelom semuanya terlambat, soal jawaban gue siapa, lo akan tau sendiri nantinya" Perintahnya seraya berjalan perlahan menuju luar kelas. Aku gemas dengan panggilan yang ia berikan kepada sahabat-sahabatku, yaa, walaupun mereka memang bodoh, tapi aku tidak ingin kalimat itu keluar dari wanita seperti dirinya yang sama sekali tidak mengenal sifat asli mereka. Kamipun berjalan perlahan-lahan menyusuri lorong dengan mengendap-endap, tidak ingin mengambil resiko memancing perhatian dari para zombie itu dan membuat nya mengejar kami. "Tolongg! Tolongg gue! Siapapun!" Tunggu! Gue kenal suara itu, seketika nostalgia tentang mimpi yang gue alami semalem muncul, akhirnya gue keinget kejadian ini. Suara itu! Abang!!! 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD