Mimpi Terburuk

1077 Words
Gigi menggertak geram, Frans menatap tubuh polos wanita itu. Ia merasa perut dan tenggorokannya menjadi mual karena pemandangan tersebut. Percikan cairan yang mendarat di perut dan d**a Sofia membuatnya semakin terkejut. Ia menyekanya hanya untuk menyadari bahwa Frans baru saja meludahinya. Ia mengangkat wajahnya untuk menatap pria itu dengan takut. “Perempuan menjijikan! Angkat kakimu dari sini!” Bentak Frans. “Ba… baik...” Sofia mengangguk cepat. Wanita itu merangkak untuk memunguti pakaian-pakaiannya secara asal. “CEPAT!” Seru Frans lagi. Dengan air mata bercucuran dan tubuh gemetar hebat, Sofia berlari keluar dari ruangan Frans dengan tubuh sama sekali polos dan pakaiannya yang ia dekap di dalam salah satu tangannya yang terkilir. Suara pintu tertutup mengembalikan Frans pada kewarasan penuhnya. Ia menggeram sedrepesi mungkin. Bodoh! Sungguh bodoh! Bagaimana mungkin seorang Earvin Frans Bahradja terjebak oleh wanita rendahan seperti itu?! Bagaimana mungkin ia meragukan Nana di saat, wanita itu –istrinya sendiri- mengatakan kebenaran? Apa yang terjadi? Kenapa semua menjadi seperti ini? Bagaimana mungkin ia bisa menjadi sebodoh ini? *** Jantung Frans berdebar keras. Ia telah mengenakan pakaiannya serapih mungkin meski ia yakin itu tidak rapih sama sekali. Langkahnya tergesa-gesa. Ia mendapati kantor telah kosong dan gelap. Hanya beberapa lampu yang menyala untuk menerangi lorong dan jalan. Beberapa satpam menyapa Frans dengan sedikit bingung bahwa direktur utama mereka ternyata masih berada di dalam kantor hingga tengah malam seperti ini. Namun, Frans tidak menggubris mereka sama sekali. Langkah cepatnya kini berubah menjadi setengah berlari. Nada sambung terus berbunyi. Ponsel itu menempel pada telinga yang sekelilingnya telah basah oleh keringat. Bukan karena tempat itu terasa panas, namun karena pemilik tubuh itu sangat gugup mendapati panggilannya tidak kunjung mendapat jawaban. Frans membuka pintu mobil sportnya dengan kasar, lalu melempar tubuhnya ke atas kursi kemudi. Nana tidak kunjung mengangkat panggilannya. Apakah wanita itu marah? Ah… Frans adalah manusia paling bodoh sedunia jika ia pikir istrinya tidak marah setelah ia mengacaukan makan malam ulangtahun pernikahan mereka. Namun setidaknya, Nana bisa mengangkat panggilannya, ‘kan? Apakah ia tidak curiga ketika suaminya tidak kembali setelah berjanji untuk makan malam? Karena tidak sabar untuk menemukan jawabannya di rumah, Frans memutuskan untuk menghubungi supir yang bertugas untuk mengantar dan menjemput Nana. Namun perhatian Frans teralihkan ketika ia melirik kursi penumpang di sebelahnya yang menampung dompet dan kedua ponselnya yang tidak sempat ia simpan di kantung celana. Layar ponsel kerja Frans menyala karena ada pesan masuk. Itu mungkin adalah pesan spam dari perusahaan operator. Frans memang belum mengubah pengaturan ponsel itu sama sekali sejak ia membelinya karena tidak sempat. Seharusnya Frans mengabaikan pesan masuk tersebut. Namun pesan itu membuat Frans melihat bahwa sebelumnya, ada pesan masuk dari nomor Nana. Perasaan bingung dan curiga seketika menyelimuti hati Frans. Pasalnya, ia tidak pernah menghubungi Nana menggunakan ponsel itu sejak pertama kali membelinya. Dengan cepat, Frans menyambar ponsel tersebut. Ia memencet tombol kuncinya hanya untuk mendapati bahwa ponselnya masih berada dalam posisi membuka aplikasi pesan singkat. Bukan hanya itu. Aplikasi pesan singkat tersebut pun tengah menampilkan dinding pesan dari sebuah nomor telepon seseorang yang sangat penting untuk Frans. Kedua mata coklatnya bergerak cepat membaca kalimat-kalimat yang tertera di dalam pesan tersebut. Ia membaca interaksi pesan antara nomornya dan nomor Nana yang tidak ia ingat pernah ia lakukan sama sekali. Amarah Frans semakin meluap dan darahnya mendidih saat ia menyadari bahwa Sofia ternyata juga telah menyabotase ponselnya. Wanita sialan itu berpura-pura menjadi dirinya, lalu menjebak Nana untuk pergi ke restoran sendirian dan menunggu di sana. Tanpa berpikir lagi, Frans langsung tancap gas menuju restoran yang sudah ia booking. Sesungguhnya, Frans tahu bahwa restoran itu seharusnya sudah tutup sekarang. Namun bagaimana jika Nana masih menunggu di sana? Ia tahu jelas seperti apa sifat Nana. Mobil itu melaju bagai sedang melakukan balap liar. Frans sudah menyerah menghubungi Nana karena tidak kunjung mendapat jawaban. Ia memutuskan berfokus untuk menyetir secepat mungkin menuju restoran. Begitu mobilnya tiba di depan restoran bintang lima itu, waktu telah munjukkan puluh setengah dua belas malam. Restoran nampak sedang dalam proses penutupan dan tidak lagi menerima tamu. Dengan cepat, Frans turun dari mobilnya. Ia berlari masuk ke dalam restoran tersebut, menuju lantai teratas, dan menghampiri meja yang telah ia pesan hanya untuk mendapatinya tengah dibersihkan. “Pak. Pak. Maaf, kami sudah tutup,” Dengan napas terengah dan keringat mengalir di pelipisnya, Frans menoleh pada salah satu pegawai restoran pria yang ternyata telah mengejarnya sejak awal ia menerobos masuk ke dalam pintu restoran. “Kami sudah tutup, Pak. Last order adalah jam sepuluh malam.” Jelas pegawai itu. Namun Frans tidak menanggapi kalimat pegawai yang tengah menatapnya bingung tersebut. Ia langsung menunjuk meja yang telah ia pesan. “Meja itu. Aku sudah memesannya atas nama Earvin Bahradja.” “Maaf, apa ada yang bisa saya bantu?” Seorang pria dengan jas hitam rapih menghampiri karena mendengar keributan. Namun ketika ia melihat wajah Frans, ia menjadi terkejut. “Oh, selamat malam, Pak Earvin. Apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya manager restoran itu. Tentu ia mengenal Frans karena pria itu adalah tamu VVIP yang berteman dengan pemilik restoran tempat ia bekerja ini. “Meja itu. Apakah istriku sempat datang ke sini?” Tanya Frans langsung. “Ibu Nana sudah datang dari jam delapan, Pak. Namun beliau baru saja pergi jam sebelas-” “Bawa kueku ke mobil. Cepat!” Frans memotong penjelasan manager itu sebelum melangkah pergi. “Baik, Pak.” Manager tersebut langsung mengangguk. Ia dan pegawainya bermain mata sekilas, menyadari tamu VVIP mereka tersebut sedang memiliki masalah besar yang terlihat dari tampangnya yang sangat berantakan. Kejutan romantis yang sudah mereka persiapkan atas pesanan Frans pun tidak pernah dikeluarkan malam ini karena pria itu tidak kunjung datang dan malah membuat istrinya menunggu tanpa kejelasan. Tidak mau menyulut emosi Frans lebih parah lagi, pegawai restoran tersebut segera mengambil kue yang sebelumnya sudah Frans pesan dari kulkas. Mereka menyimpannya di kantung khusus dan memasukkannya ke dalam mobil sport mewah itu. Setelah itu, Frans pergi dari restoran tersebut tanpa mengatakan apa-apa. Ia mengebut menuju rumahnya dengan jantung berdenyut perih. Jika bisa, ia akan menghantam kepalanya sendiri ke tembok agar tidak terus membayangkan bagaimana malunya Nana yang datang ke restoran sendirian, menunggu dirinya selama dua jam, dan malah berakhir pulang seorang diri. Yang lebih mengenaskan adalah ini semua terjadi di hari ulangtahun pernikahan mereka. Selagi menyetir, Frans terus memikirkan apa yang harus ia katakan pada Nana. Bagaimana ia menjelaskannya? Bagaimana cara dirinya meminta maaf atas kesalahan yang teramat besar seperti ini? Sejujurnya, ia merasa ingin menghilang dari dunia saja daripada harus menghadapi Nana sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD