“Aku akan menghubungi Cherry.” Zefanya lekas menggeleng saat mendengar pernyaataan Haikal tersebut. “Tidak,” pungkas Zefanya, mencegah Haikal yang sudah mengeluarkan ponsel. “Jangan beri tahu siapa pun bahwa kamu melihatku malam ini.” Haikal memasukkab kembali ponselnya ke dalam kantung hoodie, lalu memicing mendengar ucapan panik Zefanya barusan. Dia merasa semakin yakin bahwa ada yang tidak beres dengan perempuan ini. “Kenapa?” dia bertanya hati-hati. Zefanya menggeleng pelan. Menunduk dengan tatapan yang sangat sendu dan hampa. “Aku hanya tidak ingin menemui siapa pun. Aku rasa, kehadiranku hanya selalu membuat orang lain kesulitan.” “Tapi Cherry teman terdekat kamu, Ze. Setidaknya kamu harus mengabarinya.” “Justru karena itu,” sela Zefanya. Dia tersenyum hambar. “Aku sudah terlalu

