Part 03 - Palsu

555 Words
Mi terbangun di tengah malam karena desakan tiba-tiba untuk buang air kecil, dengan mata yang masih mengantuk, dia berusaha untuk meraba-raba dan mencoba menemukan kamar mandi di rumah ini. Tetapi di rumah yang besar dan asing ini, Mi sedikit kesulitan untuk mencari letak kamar mandi, meskipun tadi sore dia sudah menggunakannya. Apalagi semua pintu didesain sama dan menyerupai. Mi kebingungan tapi karena desakan yang sudah tak tertahan lagi, akhirnya Mi nekat untuk mencoba membuka sebuah pintu yang ada di depannya. Cklek. Ketika Mi membuka pintu itu, betapa terkejutnya dia, alih-alih menemukan kamar mandi, justru dia masuk ke kamar Mbak Sri. Sekalipun Mi lebih udik dan kampungan daripada dirinya, tapi Mbak Sri tahu kalau Mi adalah keponakan Om Tatak. Jadi secara default, Mi bisa dianggap juragannya Mbak Sri juga. Tak kan mungkin Mbak Sri memarahi Mi yang tanpa sengaja masuk ke kamarnya. “Maaf Mbak, saya mau cari kamar mandi, tapi salah masuk ke sini, kamar mandinya dimana ya?” tanya Mi dengan muka memerah dan menundukkan kepalanya. “Ehm anu, Mas, saya anter saja ya?” tawar Mbak Sri lalu dia berdiri dan mengantarkan Mi kearah kamar mandi yang ada di belakang kamarnya. Mi mengikuti Mbak Sri dari belakang sambil tetap menundukkan kepalanya. “Buat apa juga orang-orang kaya itu membuat rumah yang begitu besarnya, hingga menyusahkan orang yang sekedar ingin mencari kamar kecil?” keluh Mi dalam hati. ***** “Pi, kenapa sih anak itu harus ikut tinggal disini?” protes Tante Ita kearah suaminya. Untung saja Mi tidak ada disini, mungkin jika dia mendengar Tante-nya sendiri memanggil dirinya dengan kata-kata ‘anak itu’, mungkin Mi akan sakit hati. “Kasihan Ma, Mas meninggal, Mbak sekarang kesusahan, dia menjanda dan masih harus menghidupi kedua anaknya. Mama kan tahu, dia saudaraku satu-satunya. Kami berdua sudah tak memiliki siapa-siapa lagi, jadi tak mungkin aku membiarkan mereka seperti itu. Setidaknya, aku ingin membantu menyiapkan Mi menjadi mandiri dulu supaya nanti dia bisa menghidupi Ibu dan Adiknya,” kata Om Tatak memberikan penjelasan. “Tapi kan nggak harus juga tinggal disini! Bisa kek ngekos atau apa gitu. Nggak masalah kalau kita yang bayarin kosnya dan sekolahnya atau sekalian juga biaya hidupnya. Mama mau kok bayarin semuanya, yang penting dia nggak tinggal disini,” kata Tante Ita. “Ma, Papi kan sering keluar kota, kalau ada Mi disini, setidaknya kan ada laki-laki yang membantu menjaga di rumah ini. Selama ini Papi selalu kuatir kalau keluar kota,” kata Om Tatak. “Justru karena itu!!” teriak Tante Ita dalam hati, “kalau ada Mi disini, mana bisa lagi aku arisan brondong sama ibu-ibu komplek!” lanjutnya lagi, masih tetap dalam hati. “Dikira aku nggak tahu kelakuanmu, s****l!!” maki Om Tatak dalam hati, “Aku dah tahu lama kelakuanmu, tapi apa mau dikata, aku juga menikahimu karena harta Papamu, bukan karena kamu. Nanti kalau aku sudah punya cukup duit sendiri, aku akan menceraikan perempuan jalang sepertimu. Lalu aku akan menikahi kekasihku,” lanjutnya lagi, masih tetap dalam hati. “Iya deh iya. Mama sayang Papi,” kata Tante Ita sambil tersenyum manis dan mencium bibir suaminya mesra. “Papi juga sayang Mama, makasih ya sudah jadi istri yang pengertian buat Papi,” jawab Om Tatak sambil memeluk istrinya mesra. Mi yang polos tak sadar kalau dirinya ternyata telah tinggal serumah dengan manusia-manusia penuh kepalsuan seperti Om dan Tante-nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD