BAB 4

1564 Words
"Jangan pernah kau sentuh dia dari tangan kotormu, kalau kau masih ingin hidup tenang. Karna dia sangat berharga untuk kau sentuh dengan tangan menjijikanmu." ucap rifai tegas, dan menekankan kata berharga.  "Bawa dia pergi, saya tidak mau melihat dia ada disini, kalau sampai saya melihatnya lagi, kalian akan tau akibatnya." perintah rifai kepada penjaga untuk menyeretnya keluar.  "Baik, tuan." "Kamu gapapa?" tanya rifai panik. "Kita ke atas."rifai menggandeng elis ke atas, keruangan kak vano untuk istrahat.  "Mana yang sakit." tanya rifai lagi.  "Perih." elis mengangkat tangan bekas di cekram pria tadi yang berbekas merah dan ada cakarannya.  "Berdarah, b*****t, kamu tunggu sini, aku bunuh dia, berani nyakitin kamu." rifai berdiri ingin mengejar pria tadi, ia sangat marah, beraninya dia bikin lecet elis anak perempuan kesayangan keluarga erlangga. "Aku gapapa rifai, udah biarin aja cuma lecet, jangan lebay ah." ucap elis menarik tangan rifai untuk duduk lagi disampingnya.  "Ini berdarah bodoh, lagian ngapain kamu kesini pake baju begituan, bikin cowo-cowo pengen makan kamu." protes rifai melihat pakaian yang di pakai elis cukup membuat mata nakal pria memandangnya.  "Kamu yang bodoh, nih ponsel kamu ketinggalan di rumah. bunda nyuruh bawain ke kamu, bunda khawatir kalo kamu ngga bisa dihubungin, jadi orang lengotan banget ponsel aja ketinggalan." kesal elis.  "Astaga ponselku, ternyata dirumah aku kira hilang." rifai mengambil ponselnya dari tangan elis.  "Makannya jangan liat cewek seksi mulu, jadi ngga fokus." cibir elis.  "Haha... Masih sensi aja soal seksi. Sebenernya pas aku liat kemarin itu ngga seksi, tapi seksi sekali sayang...." ucapnya dengan suara yang menurut elis sangat menggoda membangkitkan sesuatu dalam tubuhnya. "Aw...." rifai mengaduh sakit.  Elis menyubit lengan rifai. Kesal di goda seperti itu. "Kamu tau, aku bela-belain kesini cape-cape baru pulang kerja cuma buat nganterin ponsel kamu." cerocos elis, sambil memukul-mukul lengan rifai.  "Aw aw... Aw...... Sakit el, ampun." rifai menarik tangan hingga tubuh elis menempel pada d**a bidangnya.  "Lepas." brontak elis, tapi sebenernya dalam hatinya mah peluk hayati lagi bang haha..  "Nggak." ucap rifai tak menghiraukan elis.  "Lepasin rifai, atau aku aduin ke bunda." ancam elis. "Aduin aja wleee.." ledek rifai, semakin mengeratkan pelukannya.  "RIFAI... LEPASIN...." teriak elis berusaha melepaskan diri. "Aku lepasin tapi janji ngga mukul-mukul aku lagi." "Aku ngga mukulin kamu lagi." "Janj?" "Ya bawel, aku janji."  Rifai melepas pelukannya Di peluk sampe pagi si ngga masalah, tapi ngga Bagus juga buat kesehatan jantung aku. Batinnya.  "Ayok pulang." ajak rifai. "Pulang? Entar kek baru juga duduk. Di bawah bentar." rajuk elis.  "Bentar aja, disini ngga Bagus buat anak di bawah umur." ledeknya.  "Ck! Aku udah 20 tahun dan mau ke 21 tau." elis berdecak sebal. "Yaudah ayok kebawah, tapi jangan jauh-jauh dari aku."  "Ck! Bawel ih, posesif banget." "Kalo dibilangin sama yang tua tuh nurut jangan ngebantah." kata rifai sok tua padahal umurnya sama elis cuma beda satu tahun. "Iya deh iya yang tua, ayok ah berdebat mulu kapan turunnya." elis nyelonong keluar. "JANGAN DEKET-DEKET SAMA OM-OM BAU TANAH MESUM..." teriak rifai memperingatkan. "IYA...." Rifai memijat kepalanya, pusing, bagaimana pun juga ia khawatir elis di tempat seperti ini. meskipun club ini milik bang vano tidak menjamin keselamatan elis dari pria haus belaian. apalagi dengan pakaian yang di pakai elis saat ini mengundang birahi para p****************g. Astaga bunda, bagaimana bisa menyuruh elis ketempat begini.  "ELIS.. TUNGGU..." rifai mengejar elis.  Rifai mencari keberadaan elis, yang ternyata sedang mengobrol dengan bartender, yang juga kenalan rifai.  "Oh fai." sapa David bartender yang mengobrol dengan elis. "Mau gue buatin sesuatu?" tawar David.  "No, thanks dave." tolak rifai.  "Kamu kenal bartender ganteng ini fai." elis menanyakan david. "Ya dia, david. Teman bang vano juga. Kenapa? Naksir? Kalo iya buang jauh-jauh deh pikiran itu. dia itu tukang nidurin cewek, kalo udah puas ditinggalin cari yang baru." jawab rifai santai. "Sial lo fai, gue orangnya Setia tau." elak David.  "Selingkuh tiada akhir atau selingkuh itu Indah." cibir rifai lagi.  "Hai, aku David." David tidak meladeni ocehan rifai dan memperkenalkan diri ke elis. "Hai dave, aku elisa." jawab elis. "Senang berkenalan dengan kamu cantik, next time, dinner bareng aku." ucap dave sambil mencium punggung tangan elis. "Jangan macem-macem sama nih bocah, bisa abis loh sama bang vano." ucap rifai memperingati dave, soal bang vano yang sangat menyayangi elis seperti adiknya.  "Vano girlfriend?" tanya dave. "Bukan, lebih tepatnya bang vano nganggep dia adiknya. Masih berani deketin dia?" ucap rifai memberi tahu.  "Haha, ampun bro mana berani gue sama si ice man kejam kaya abang lo." ucap dave angkat tangan tidak mau membuat masalah dengan vano yang dikenal cuek dingin dan kejam. "Makannya jangan macem-macem, kalo ngga mau...." ucapan rifai terpotong karna ada yang memeluknya dari belakang.  "Hay fai. I miss you."ucap perempuan berpakaian serba kurang bahan dan super ketat mempertontonkan setiap lekukan tubuhnya.  "Baby, ngapain kamu disini." tanya rifai melepas pelukannya, melihat sekilas elis yang sedang berpura-pura tidak melihatnya.  "Baby, baby, babi kaliah ah." cibir elis. Dave tertawa mendengar elis, seperti orang yang sedang cemburu. "Aku kangen sama kamu." ucapnya manja, dan memeluk lengan rifai lagi.  "Lepas baby, kita udah ngga punya hubungan apa-apa lagi." rifai melepas paksa pelukan baby. "Cihh! Kalo mau mesra-mesraan disana kali, ngga di tempat umum juga." cibir elis lagi. "Mending lo bawa cewe ini kemana fai, jangan disini." kata David menengahi. "Ikut aku." rifai menarik baby entah kemana. "Sok-soan romantis manggil baby baby namanya juminten aja di panggil baby." grutu elis yang di dengar David. "Namanya, baby yoland."  "Kamu kenal dia." tanya elis ke David tentang cewek kurang bahan tadi. "Yapp, dia itu mantan rifai empat Bulan yang lalu." jawab david.  "Kenapa dia bisa putus, padahal kan yang seksi begitu rifai demen." ketus elis. David terkekeh mendengarnya. "Baby selingkuh sama temen rekan bisnisnya rifai." jawab David lagi. "Oh... Kok kamu bisa tau banget." tanya elis kepo.  "Rifai sering ngajak banyak cewek kesini." jawab david.  "Berati kalo sering kesini kak vano tau?" tanya elis lagi. "Minus vano tentunya." jawabnya. Rifai mana berani memperkenalkan cewek seperti baby.  "Oh. Kirain kak vano tau." "Kamu cemburu." tanya david. "Aku? Cemburu? Ngga mungkin." elaknya. "Kirain."  "Kok tiba-tiba panas ya, jadi haus, dave ambilin aku minum." elis mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya.  "Siap cantik. Kamu mau minum apa?" tanya David.  "Apa aja." David menuangkan minuman, yang ternyata wine, yang terlihat seperti minuman berwarna biasa. "Nih." dave langsung menyodorkan minuman itu kepada elis.  "Thanks." elis langsung meneguk habis minumannya sekali teguk, saat minumannya sampai tenggorokan, elis merasakan panas di tenggorokannya. "Ini minuman apa, rasanya kok aneh." tanya elis polos. "Itu yang istimewa disini. seperti kamu yang istimewa." rayu david, elis memutar bola mata malas.  'Tukang modus ulung.' batin elis.  "Buatin lagi." elis meminta david membuatkan lagi, karna ternggorokannya benar-benar terasa haus melihat rifai dan mantannya itu.  * "Ribet banget si baby, ketauan matrenya. cowonya bangkrut langsung minta balikan sama gue." grutu rifai datang entah dari mana.  "Dia tidur?" tanya rifai melihat elis tertidur dengan bertumpu pada tangannya.  "Yaps, setelah ngabisa lima gelas minuman." "Minuman apa?" tanya rifai.  "Wine." jawabnya.  "WHAT!!!" pekik rifai. "Bacot lo fai kaya toa." David melempar kain lap ke wajah rifai.  "Lo ngasih tuh minuman sama nih bocah?" tanya rifai menunjuk elis yang sedang tertidur.  "Dia minta minum ya gue kasihlah. kenapa si? " tanya david penasaran. "Mati gue kalo ketauan bunda, dia ngga bisa minum begok." sungut rifai.  "Mana gue tau begok." dave membela diri.  Rifai mengacak rambut frustasi, dia harus mencari alasan kalo di tanya bundanya, tentang elis yang mabuk. Jalan satu-satunya adalah membawa elis diam-diam agar bunda tidak tahu.  "Gue balik dulu dave, inget kalo gue tiba-tiba jatoh miskin, ini gara-gara lo."  "Haha..." Rifai memeluk pinggang elis, menuntun agar jalannya tidak sempoyongan sampai dalam mobil.  "Semoga bunda udah tidur." rifai berkomat kamit berdoa agar bundanya tidak melihat elis mabuk. Perjalanan dari club ke rumah cukup memakan waktu banyak sekita 54 menit baru sampai. Rifai menggendong elis ala brydak style, masuk ke dalam rumah. tidak lupa rifai yang tidak berenti berdoa. Kalau sampai ketahuan, rifai benar-benar akan jatuh miskin semua usahanya dibekukan dan ambil alih oleh bunda. Belum lagi dari ayah sama bang vano "Nyusain." kesal rifai harus menggendong bayi besar naik ke lantai dua. Elis terbangun dari tidurnya, mengoceh tidak jelas. "Yeee... Aku terbang hyu... Ayok terbang lebih tinggi, kita kekorea liat oppa-oppa ganteng sambil nonton konser g-dragon." ocehnya tidak jelas.  "Sssttt berisik nanti bunda bangun." "Eh rifai. Kamu mau ikut aku nonton konser juga, nanti kita nonton konser exo, kamu tau ngga personilnya ada yang mirip sama kamu, namanyakim jongin dipanggilnya kai, kulitnya ngga putih kaya kamu manly-manly hot gitu deh." racau elis lagi. Bruk Rifai menjatuhkan elis di kasurnya. "Casingnya doang kecil ternyata berat." rifai memijat punggungnya yang pegal karena di gelayuti elis.  Baju yang dikenakan elis terangkat sampai d**a dan menampakan bra berwarna merah. Rifai buru-buru menurunkan kaos elis sebelum datang setan yang merasukinya.  "Rifai....." igau elis. "Hmm..."  "Rifai....." panggilnya lagi.  "Apa elisa kusumah." rifai mendekat. Tanpa sadar elis memeluk tengkuk rifai. "Fai."  "Hm..." gugup rifai. Elis semakin mengeratkan pelukannya hingga jarak mereka sangat dekat.  Entah setan dari mana yang merasuki rifai. Ia dengan berani menempelkan bibirnya ke bibir elis yang menggoda.  Awalnya hanya menempel, tapi elis merespon ciuman itu, melumat memainkan bibir atas dan bawah milik rifai.  Rifai yang terbuai dengan ciuman elis pun tak kalah panasnya melumat bibir elis. Tangannya pun tak tinggal diam, tangan kanannya meremas pelan gundukan Indah milik elis sampai sang empunya mengerang.  "Ah.... Fai."  Rifai yang di panggil seperti itu semakin menggila, ia mencium bibir elis ganas turun keleher mulus Elis dan berlama-lama ditempat itu. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD