Gama Side 2

1132 Words
Sial!! Mengapa Desi jadi seseksi ini?? Dan mataku tidak bisa beralih dari gundukan payudaranya yang terlihat. Ya ampun!! Apakah aku kembali menjadi Gama yang m e s u m? "baik kak.." ucap Desi pelan dan berusaha menutupi bagian payudaranya yang terlihat dengan rambut panjangnya karena sepertinya wanita ini tahu kalau mataku tertuju ke arah sana. Sial!! Apakah aku terlihat semesum ini? "Oh iya kak maaf Desi ada urusan dan harus pergi. Permisi Kak Gama" ucapnya cepat tanpa membiarkan aku kembali bersuara. Ketika Desi ingin berbalik, dia menghentikan gerakannya dan setelahnya melangkahkan kakinya menuju kearahku, tepatnya kearah belakangku. "oh.. Ternyata disini kamu?" tanya Desi berkacak pinggang pada anak kecil yang bersembunyi di belakangku ini. Gara. Hampir saja aku lupa pada anak kecil dibelakangku ini. Aku melihat Gara nyengir tanpa dosa pada Desi. "dia adik kamu Des?" tanyaku. Kulihat Desi menegang karena pertanyaanku. "dia.." "mama.." ucap Gara sambil memeluk kaki jenjang Desi. Deg.. Gara memanggil Desi mama? Tidak mungkin!! Usia Desi sekarang baru 21th kan? Tidak mungkin dia punya anak usia yang aku rasa sekitar 4 atau 5 tahunan. Apakah dia mengadopsi anak? Atau.. Apa dia menikah ketika SMA? Atau.. Atau.. Gara.. Aku memperhatikan wajah Gara dengan seksama. Mata, hidung serta bibirnya. Dia.. "Gara kita pulang sekarang ya.." Ucapan Desi membuyarkan lamunanku yang masih memperhatikan wajah Gara. "tapi becok plomice tita te temjone ya mama?" tanya Gara lucu sambil mendongakkan wajahnya kearah Desi yang masih memasang wajah kaku. "mama~" rengek Gara karena tidak mendapat jawaban dari Desi yang masih terpaku. Entah apa yang di fikirkan wanita ini. Apakah sama dengan yang aku fikirkan? "i-i-i-iya Gara, besok kita ke time zone. Sekarang ki-ki-kita pulang ya sayang. Opa udah telpon mama, katanya Gara udah di beliin bis tayo.." ucap Desi yang benar-benar terlihat gugup dan semakin membuatku curiga akan sesuatu. "benelan??? aciiiik..yaudah ayo mama.. tita pulang cetalang Juda! Ayo.. Ayo.." ucap Gara sumringah sambil menarik-narik jemari lentik Desi. Aku melihat Desi tersenyum lembut pada Gara sambil mengusap sayang rambut tebal anak laki-laki itu. Senyumnya masih sama, senyum yang menenangkan. " iya ayo.. Ehm.. Kak Gama. Desi permisi ya" Desi menatapku sebentar lalu menggandeng tangan Gara menjauh dariku. Namun sebelum dia benar-benar pergi, aku menahan lengannya yang satu lagi sehingga Dia menatap ku bingung. "kamu sudah menikah?" Aku melihat matanya yang melebar karena pertanyaan spontan yang keluar dari mulutku. Desi membuka dan mengatupkan bibirnya bingung. "Desi, Gara beneran anak kamu?" tuntutku karena belum mendapatkan jawaban dari wanita ayu ini yang semakin membuat wajahnya menegang. "k-kak.. Desi.. Desi beneran harus pulang se-sekarang. Permisi" Setelah mengucapkan hal itu, Desi membebaskan lengannya yang aku tahan tadi dan langsung menggendong Gara. Aku melihat Desi berjalan tergesa-gesa menjauh dari pandangan. Apa ini yang dibilang 'the power of emak-emak'? Dia menggendong Gara dengan berjalan tergesa-gesa menggunakan high heels?? Dan aku rasa ukuran high heels itu tak kurang dari 10cm tingginya. Yang benar saja Desi??!! Bagaimana kalau mereka terjatuh??! Sial!! Aku harus menyusulnya. Akhirnya aku berlari kecil menyusul Desi yang sudah hampir mencapai eskalator turun. Tanpa aba-aba aku mengambil Gara dalam gendongannya yang membuatnya terkesiap namun setelahnya berdiri kaku karena melihat aku menggendong Gara. "kamu bawa mobil?" tanyaku. "i-iya..kak.." "aku antar kalian sampai parkiran." Ucapku tanpa ingin dibantah. Akupun menggendong Gara dengan sebelah tangan dan sebelahnya lagi menggenggam tangan Desi yang dingin dan berkeringat. Ada apa denganmu Desi? "om.. tok.. Dendong Gala?" tanya Gara lucu. "mamanya Gara lagi pakai sepatu tinggi. Om takut nanti kalian jatuh." jawabku sambil menampilkan senyum lembut kearah bocah tampan ini. "ka-kalau gitu Gara bisa jalan sendiri kok Kak" ucap Desi yang aku balas tatapan tajam yang sepertinya langsung membuat nyalinya ciut lalu menundukkan kepala sambil mengikuti langkahku menuju parkiran mobil. "om.. Wangi deh.." ucap Gara tiba-tiba dalam keheningan kami-aku dan Desi-. "Gara juga wangi.. Wangi sabun baby.. Om suka. Apalagi kalau wangi bunga Lily" ucapku ambigu yang membuat tangan dingin dalam genggamanku menegang. Kami berjalan menuju basement diiringi celotehan bocah tampan ini dalam gendonganku. Gara memeluk leherku erat dengan tangan kecilnya yang mampu membuat jantungku berdetak tak menentu. Perasaan apa ini Ya Allah? Mengapa rasanya benar ketika bocah laki-laki ini memeluk leherku? Tak terasa kami sampai di tempat parkiran. Desi menunjukkan mobil Mini Coopernya yang berwarna biru muda lalu kami berjalan kearah mobil itu. Setelah Desi membuka pintu penumpang di samping kursi kemudi, aku mendudukkan Gara disana dan aku memakaikannya sabuk pengaman. "hati-hati ya, Boy." aku mengacak rambut tebal Gara yang dibalas cengir menggemaskan anak itu. "matacih ya om.. Udah bolein Gala ngumpet. Hihihi.." ucap Gara cekikikan yang membuatku semakin gemas karena tingkah bocah ini. Kulihat Gara segera sibuk dengan mainan robot-robotannya yang berada di samping anak itu. Aku melihat sekilas isi mobil Desi. Ternyata mobil Desi penuh dengan mainan berbau khas bocah laki-laki yang aku yakin milik Gara. "ehm.. Kak.. Makasih udah anterin sampai sini" ucap Desi yang berdiri di sampingku. Akupun menegakkan tubuh dan berbalik untuk menghadap kearah Desi. Aku menatap Desi dalam yang membuatnya mengeluarkan rona merah dipipinya yang penuh dengan make up itu. Aku menyentuh dan menarik lembut ujung rambut panjangannya menuju indera penciumanku.  "wanginya masih sama.." bisik ku yang hanya dapat di dengar olehnya yang menegang karena perbuatanku. "Gara.. Dia.. Anakku kan?" tembakku yang membuat wajahnya pias. Desi lalu menarik gugup ujung rambutnya yang masih berada di genggamanku. Aku melihat tangannya bergetar. "ha..ha..ha..bercandanya.. Gak lucu Kak.. Ki-kita lagi gak main.. Te-tebak-tebakan loh.. Gara itu anakku, Bukan anak kakak. Sudah ya kak, Desi harus pulang. Permisi" Aku melihatnya terburu-buru masuk kedalam mobil. Aku mengikutinya dari belakang, setelah dia berhasil duduk dan hendak menutup pintu mobil, aku menahannya dan aku membungkuk untuk berbisik di telinganya. "Gara.. Dia anak kita kan? Kalau kamu tidak mau mengatakannya, aku akan membuktikannya sendiri, Sayang." Kulihat Desi menegang dan menatapku tajam. Aku memakaikannya sabuk pengaman karena sepertinya dia lupa memakainya karena terburu-buru menghindari ku. Aku yakin itu! Aku tersenyum manis kearahnya dan sengaja menyentuhkan bibirku kesudut bibirnya seringan bulu lalu aku menegakkan tubuhku kembali. "Hati-hati di jalan. Jangan ngebut okay?" Ucapku sambil mengusap lembut rambut panjangnya lalu menutup pintu untuk Desi yang masih terkejut karena perbuatanku. Persetan dengan rasa malu! Salah sendiri, penampilannya membuat tubuhku meresponnya berlebihan. Dan jangan salahkan aku kalau aku mencuri ciuman di sudut bibirnya walaupun hanya sekejap.  Shit!!! Aku mengusap wajahku kasar untuk menghalau wangi bunga Lily yang tak sengaja masuk kedalam penciumanku ketika Desi tadi berada di sampingku. Kulihat Desi mulai menjalankan mobilnya. Namun sebelum mobil itu benar-benar pergi, kaca jendela tempat Gara duduk terbuka dan menampilkan wajah ceria bocah itu. "dadah om danteng yang dantengnya tayak atu..tapan-tapan tetemu ladi ya.. " "Gara tutup jendelanya nak.." Dapat kudengar suara lembut Desi. Dan perlahan, wajah ceria Gara menghilang seiring jendela mobil yang tertutup perlahan. "kita pasti ketemu lagi, Boy..pasti!" lirihku sambil memasukkan kedua tanganku ke dalam saku celana menatap mobil Desi yang perlahan menghilang dari pandangan. "Anggara.. " monologku dengan jantung berdebar hebat. *************
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD