Keduanya menerjang pada saat yang sama. Mulut mereka saling menempel sementara Rudolf mengangkat Alena hingga dapat melingkarkan kakinya di pinggul berotot Rudolf. Keduanya terhuyung ke arah sofa dan jatuh sebelum Rudolf menahan tubuh mereka dengan satu tangan, dan Alena berbaring di bawahnya, terengah dan napas yang tak beraturan sementara Rudolf berlutut dan membelai Alena dengan lidahnya. “Ya,” Alena mengerang, menggapai punggung lebar Rudolf. Pria itu tak sedingin es lagi. Rudolf telah berubah menjadi panas dan terbakar. “Tiduri aku, Felix. Tiduri aku. Lakukan apapun yang kau inginkan.” “Alena, sayang.” Mulut Rudolf menutupi mulut Alena sambil mencengkeram rambut Alena, menahannya untuk tetap diam sementara Rudolf terus mendesak. Rudolf menopang tubuhnya dengan sebelah kaki di lenga

