2

1864 Words
Belmira tiba di bandar udara Internasional Barajas di Madrid ibukota Spanyol yang merupakan kota terbesar pertama, dan untuk pertama kalinya ia meninggalkan Barcelona untuk mencaritahu soal anak laki-laki itu, selama ini pencarian Belmira hanya di kota Barcelona saja sehingga ia tak pernah menyangka akan sampai di kota itu. Karena kedatangan Belmira saat itu merupakan undangan dari pemilik galeri seni The Prado Museum sehingga ia di jemput oleh suruhan orang tersebut di bandara, jarak bandara dan tempat tinggal Belmira nantinya sekitar satu jam sehingga ia memanfaatkan waktunya untuk mencaritahu soal kota tersebut. “ Permisi, apa anda mengenal pria yang bernama Ruan Wellington.?” Tanya Belmira pada pria yang menjemputnya di bandara. “ Apa dia seseorang yang terkenal? Sepertinya aku baru mendengar nama itu.” Jawabnya yang kemudian kembali fokus menyetir. “ Dia hanya orang biasa, terima kasih atas jawabannya.” Setibanya di apartemen tempat Belmira akan menghabiskan waktu selama masa kerjanya di galeri Seni, pihak apartemen sudah menyiapkan kamar khusus untuknya dan semua itu atas pesanan Madam Audry pemilik The Prado Museum. Belmira menempati kamar apartemen di lantai 30 yang di mana ia bisa menikmati pemandangan laut dan kota Madrid yang sangat luas, setelah selsai menyimpan barang dan melihat-lihat isi kamar apartmennya selanjutnya Belmira harus bergegas menemui Madam Audry di galeri tempatnya bekerja nanti. ** Setibanya di The Prado museum, Belmira langsung di sambut hangat oleh pemilik tempat dan mereka melanjutkannya di ruangan madam Audry di mana untuk menyambut Belmira, ia sampai menyuguhkan makanan khas Madrid untuk wanita itu. “ Aku sangat bersyukur kau mau menerima tawaran ku untuk bekerja sama Nona Belmira.” Ucap wanita setengah baya itu terlihat sangat senang. “ Saya pun mengucapkan banyak terima kasih Madam memilih saya sebagai ilustrator untuk galeri seni anda.” Balas Belmira begitu sopan. “ Roberto, tolong berikan lembar kontrak kita kepada nona Belmira.” Titah Maadam Audry pada seorang asistennya. “ Baik madam.” Balasnya pelan dan segera memberikan lembar kontrak kepada Belmira untuk segera di tanda tangani. Pada aturan kontrak yang terdapat di lembar kertas itu, Belmira harus membuat lukisan yang menarik minat kolektor untuk dua tahun kedepan, karena karya Belmira sudah sangat menajanjikan pihak galeri pun tidak memiliki masalah soal itu. Tujuan Belmira datang ke Madrid yang paling penting dan paling utama hanyalah mencari keberadaan Ruang Wellington, sehingga dalam waktu dua tahun masa kontraknya itu ia berharap akan segera bertemu dengan Ruan di kota tersebut. “ Ini silahkan, saya sudah menandatanganinya.” Belmira menyerahkan lembar kontrak tersebut kepada asisten madam Audry. Selesai menandatangani kontral, mereka lanjut menikmati menu yang telah di hidangkan oleh koki bintang lima. Sikap ramah madam Audry membuat Belmira merasa nyaman, ia yakin bekerja sama dengan wanita itu adalah keputusan yang tepat. ** Malam yang dingin di hari pertama Belmira tinggal di Madrid, ia menatap langit malam yang di penuhi oleh kemintang yang bersinar indah menghias langit malam. Seperti biasa untuk mendapat petunjuk tentang Ruan, sekali lagi ia menghubungi seseorang yang waktu itu melarangnya untuk mencari Ruan. ( Halo, ini aku Belmira Glaucia, maaf mengganggumu apa kau punya waktu sebentar?) ( Aku sudah berada di Madrid, dan sangat berharap bisa bertemu dengan anda secepatnya.) ( Kumohon bantu aku, kali ini saja.) Pesan yang di kirim oleh Belmira sudah sangat banyak, bahkan saat masih berada di Barcelona pun ia tetap mengirimkan pesan kepada orang itu. Sayangnya tak ada satu balasan pun setelah orang itu memberikan peringatan untuk berhenti mencari Ruan. Triingg.. Dengan sigap Belmira langsung membuka isi pesan di mana orang itu kini baru saja membalas pesan darinya, di mana pesan itu berbunyi tentang peringatan yang sama seperti sebelumnya. ( Berhenti mencaritahunya, dia sangat berbahaya sekarang dan orang sepertimu hanya akan menjadi kotoran baginya.) Belmira benar-benar tak mengerti maksud dari orang itu memberinya peringatan, apa alasan yang membuat orang itu sampai menyuruhnya berhenti mencari Ruan. Semua itu seakan melayang di kepala Belmira, ia ingin tau lebih tapi sayangnya orang itu kembali mengabaikan pesannya. ** Pagi keesokan harinya, sekitar pukul 9:00 pagi Berlmira meninggalkan hotel untuk memulai inspirasinya dalam melukis. Sambil mencari inspirasi tak lupa ia juga mencari informasi tentang Ruan pada beberapa orang yang di temuinya di jalan maupun di tempat ia berdiam diri sejenak. Belmira melihat sebuah kedai teh tak jauh dari tempat ia tinggal, karena haus ia pun berkjunjung ke tempat tersebut. Belmira mengambil tempat yang ada di luar kedai itu agar tetap dapat menikmati udara segar, tak lama setelah itu pelayan datang dengan membawa list menu yang tersedia. Di kedai teh yang memiliki luas yang cukup besar itu menyediakan berbagai macam jenis teh, meskipun di juluki kedai teh bukan berarti mereka tidak menyediakan menu lain seperti desser dan sebagainya. “ Aku pesan teh citrus dan butter cake.” Ucap Belmira dan setelah pelayan mencatat pesananya ia pun harus menunggu beberapa saat untuk pesanannya di buat. Seperti biasa, laptop kembali di nayalakan dan Belmira mulai mencari informasi tentang Ruan dan tak lupa mengirim pesan kepada orang yang semalam memperingatinya. “ Orang ini satu-satunya petunjukku untuk segera bertemu denganmu.” Ucap Belmira sambil menatap kolom percakapannya dengan orang itu. Tak lama bersselang pesanan Belmira telah jadi, dan yang mengantarkan pesanannya bukanlah pelayan wanita yang tadi melainkan seorang pria tampan yang membuat Belmira sempat melakukan kontak mata dengan pria itu sebentar. “ Silahkan di nikmati.” Ucap pria itu dengan ramah. “ Terima kasih.” Jawab Belmira pelan. “ Ruaaaaaan.” Sorak seseorang membuat Belmira menghentikan cangkir teh yang siap ia minum ketika mendengar suara barusan. Pandangan Belmira tertuju pada seorang wanita yang baru saja turun dari motor sekutternya dan menghampiri pelayan pria yang baru saja melayani Belmira barusan, Belmira sangat yakin dengan apa yang di dengarnya barusan kalau wanita itu memanggil pria tersebutan dengan nama Ruan. “ Ada apa lagi.?” Tanya pelayan pria itu sinis. “ Hehe aku merindukan mu tau, dan juga aku ingin mampir minum teh boleh kan.” Tatapan Belmira terus tertuju kepada mereka berdua, Belmira berharap ia dapat meyakinkan apa yang di engarnya barusan dari wanita itu. Sayangnya mereka berdua langsung masuk ke dalam kedai dan Belmira hanya dapat memperhatikan mereka dari kaca tembus pandang kedai di mana keduanya tampak sangat dekat satu sama lain. “ Pria itu tidak mungkin Ruan, tapi jika dia benar adalah Ruan apa itu artinya perjuangan ku dalam mencarinya di kota ini tidak berakhir sia-sia.” ** Hampir setiap hari Belmira mengunjungi kedai itu untuk membuktikan benar atau tidaknya pria yang kemarin adalah Ruan, setelah beberapa hari terakhir ini Belmira mencoba untuk memperhatikan pria itu dari dekat sambil mengingat dengan jelas annak laki-laki dua belas tahun yang lalu yang sudah merubah kehidupannya seperti sekarang ini. “ Ini membuatku frustasi, apa sebaiknya aku langsung bertanya padanya.?” Benak Belmira hanya dapat memperhatikan pria itu dari tempatnya duduk. Seorang pelayan baru saja lewat dan membuat Belmira menariknya untuk bicara, diam-diam Belmira mulai menanyakan sosok pria itu kepada pelayan tersebut dan sekilas wanita yang menjadi pelayan itu menatap Belmira sambil tersenyum aneh. “ Dia pemilik kedai ini, tampan kan? Namanya Senor ( Tuan ) Ruan Wellington.” Jawab pelayan wanita itu sukses membuat Belmira terkejut. “ Jadi itu benar kamu, akhirnya setelah dua belas tahun aku berhasil menemukan mu.” Benak Belmira dengan mata yang berkaca-kaca. “ Nona apa kau baik-baik saja.?” Tanya pelayan wanita itu bingung melihat Belmira yang tiba-tiba menitihkan air mata. Setelah mengetahui identitas dari pemilik kedai itu, Belmira tak ingin menegur Ruan dan memilih untuk membiarkan pria itu yang mengingatnya terlebih dulu. Belmira paham kalau saat ini Ruan mungkin belum mengenalinya karena jarak mereka berpisah cukup lama dan perubahan yang terjadi di antara mereka sangatlah berbeda. Ruan yang saat ini di lihat oleh Belmira sangatlah berbeda, dulu Ruan selalu memakai kaca mata dan rambutnya tertata sangat rapih begitu pun dengan sikapnya yang ceria setiap saat. Dari semua itu hanya sikap ceria Ruan yang masih nampak sampai sekarang, pria itu sangat ramah terhadap para pengunjung lain meskipun jabatannya saat ini adalah si pemilik kedai teh tersebut. ** Kedai sudah hampir tutup sore itu, ketika Ruan sedang membersihkan sekitaran kedai ia tak sengaja menemukan sebuah gambar di atas meja yang membuatnya penasaran dan langsung meliriknya. Sebuah gambar pria yang sedang melayani seseorang engan senyum merekah tergambar sangat bagus di kertas berukuran kecil itu, saat Ruan membalik kertasnya ia menemukan catatan yang bertuliskan. “ Akhirnya aku menemukan mu, apa kau masih ingat dengan seekor kelinci yang bisa terbang? Waktu itu kau menceritakannya seolah-olah kelinci itu benar-benar bisa terbang. Tolong cepat ingat aku, aku menunggu mu selalu.” Tulisan tangan pada gambar itu jelas merujuk kepadanya, dari gambar tersebut Ruan terlihat bingung meski begitu ia tidak membuang gambar itu dan menyimpannya ke dalam saku. Dari kejauhan, tampak sosok Belmira yang seang memperhatikannya dengan senyum merekah, melihat Ruan yang akhirnya menerima gambar tersebut membuat perasaanya lega. “ Ku harap kau akan mengingat ku besok.” ** Sayangnya keesokan harinya Belmira tidak dapat berkunjung di kedai teh Ruan di karenakan jadwal pameran sudah di tetapkan dan dia harus memulai untuk melukis, di dalam kamar apartemennya sudah tersedia berbagai keperluan melukis dan tinggal menunggu Belmira yang siap untuk membuatnya. “ Sepertinya aku punya ide kali ini, terima kasih berkat mu aku dapat melanjutkan melukis lagi.” Ucap Belmira sambil menatap media lukis yang masih kosong di hadapannya. Dari pagi hingga petang di habiskan Belmira hanya untuk melukis, ia ingin hasil lukisannya ini selesai dalam waktu singkat agar ia bisa kembali di kedai itu dan bertemu dengan Ruan. Ia yakin kali ini Ruan akan mengenalinya setelah apa yang di lakukannya kemarin. Ting nung…ting nung… Suara bel baru saja membuat Belmira menghentikan tangannya untuk melukis, ia tidak ingin sudah memanggil seseorang ke tempatnya padahal sebelumnya ia sudah meberitahu madam Audry kalau selama melukis ia tak mau seseorang datang mengganggu. Karena suara bel terus berbunyi akhirnya Belmira bangkit dan segera membuka pintu apartemennya, ketika pintu terbuka dirinya sangat terkejut karena yang ada di depannya saat ini adalah Ruan. “ Maaf apa benar ini kamar nona Glaucia.?” Lontar pria itu membuat Belmira seketika tersadar. “ Benar, itu aku.” “ Seseorang dari The Prado baru saja memesan paket teh dan cemilan untuk anda, ini silahkan di terima.” Ruan menyerahkan pesanan atas nama Belmira kepda wanita itu dan di terimanya dengan tatapan tak percaya. “ Saya permisi.” Lanjutnya segerapergi dari hadapan Belmira. “ Apa dia tidak mengenal ku.?” Benaknya sedih. “ Tunggu.” Cegah Belmira berhasil menghentikan langkahnya. “ Ya, ada apa.?” Ruan kembali menoleh dengan penasaran. “ Kamu Ruan Wellington kan.?” “ Iya benar.” “ Apa kau tidak mengenal ku.?” Tanya Belmira penuh harap. “ Maaf, aku tidak mengenal anda tapi aku tau kalau anda selalu datang di kedai kami untuk sekedar minum teh.” Begitulah jawaban yang keluar dari mulut Ruan. Belmira merasa ada yang aneh dengan Ruan, jika benar dia adalah Ruan yang di kenalnya dua belas tahun lalu tidak mungkin dia tidak mengingat nama terakhirnya yaitu Glaucia. Apakah waktu benar-benar berhasil membuatnya lupa, ataukah dulu dia memang bukanlah orang yang penting sehingga saat ini yang mengingat semua kenangan itu hanyalah Belmira seorang. “ Apa anda masih membutuhkan sesuatu.?” Tanya pria itu membuat lamunan Belmira buyar. “ Tidak apa-apa, terima kasih atas kirimannya.” Balas Belmira dan hanya dapat melihat pria itu pergi dari pandangannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD