77. Status Kacau

1017 Words
“Jenderal Gu, apa kau masih memiliki air?” Terlihat seorang wanita paruh baya berpakaian kumuh membawa sebuah cawan di tangannya. Ia tampak menatap Jenderal Gu dengan ekspresi memelas, di sampingnya bahkan ada dua orang anak kecil laki-laki yang bertubuh sedikit kotor. Sejenak Gu Sheng Jun menatap ke arah sekitarnya untuk mencari botol air minum milik seseorang. Namun, sayang sekali di sana tidak terlihat prajurit yang membawa air. “Komandan Hao, bisa berikan padaku sedikit air!” pinta Gu Sheng Jun pada seorang lelaki yang melintas sembari memegang botol air. “Baik, Jenderal Gu,” balas lelaki itu memberikan botol airnya pada sesosok jenderal yang menjadi panutan siapa pun. Sontak senyuman lebar terlihat jelas pada wajah dua anak laki-laki yang kehausan membuat Gu Sheng Jun menuangkan sedikit air pada cawan di tangan wanita paruh baya itu. “Terima kasih, Jenderal Gu,” ucap wanita itu tersenyum lebar sembari membungkuk penuh hormat. Sedangkan Gu Sheng Jun hanya mengangguk singkat membuat Komandan Hao yang melihatnya mengernyit tidak mengerti. Akan tetapi, ia kembali tersadar bahwa yang meminta air miliknya bukanlah Gu Sheng Jun, melainkan seorang penduduk. Namun, lelaki itu tidak mempermasalahkan apa pun, selain menerima kembali botol air minum tersebut. Kemudian, ia membungkuk singkat pada Jenderal Gu dan melanjutkan kembali langkahnya menuju tempat istirahat. Seluruh komandan dari perbatasan memang berkumpul menjadi satu di padang rumput untuk mendirikan tenda pengungsian para penduduk. Akan tetapi, sayang sekali mereka kekurangan air dan bahan makanan pokok membuat Gu Sheng Jun kembali memikirkan cara agar bisa bertahan hidup lebih lama di sana tanpa mengandalkan kemurahan hati para prajurit yang datang membawa air. Sebab, dibiarkan seperti itu memang menjadi tidak sehat. Mereka akan terus melakukan permintaan yang lama-kelamaan menjadikan rasa malas dan bergantung pada seseorang. “Jenderal Gu, bagaimana dengan persiapan kita untuk menangkap beberapa Klan Iblis yang sudah terperangkap di dalam jebakan?” tanya komandan perbatasan Timur sembari mendudukkan diri tepat di depan Gu Sheng Jun. Mendengar hal tersebut membuat lelaki tampan nan gagah itu menghela napas panjang. Ia terlihat sedikit tertekan dengan semua yang terjadi. Entah kenapa situasi yang sekarang tidak terlalu ricuh sempat membuat dirinya kesal. “Turunkan perintah untuk para warga segera mengangkut air, dan pastikan keamanan mereka terjamin. Aku merasa muak dengan keterdiaman ini malah menyusahkan banyak orang. Lalu, bawa beberapa lelaki dewasa untuk pergi berburu dan mencari bahan makanan. Jangan sampai mereka menahan lapar, karena aku hendak kembali ke kediamanku memastikan bahwa di sana tetap aman terkendali,” tutur Gu Sheng Jun sedikit muak sekaligus mengejutkan komandan dari perbatasan Timur itu. Meskipun begitu, ia tidak urung menyampaikan sebuah perintah tersebut pada komandan lainnya. Agar mereka menyiapkan segala keperluan untuk menjalankan perintah pencarian bahan makanan dan minum mulai diberlakukan. Sedangkan Gu Sheng Jun bangkit dari tempat duduknya sembari merapikan penampilan yang terlihat sedikit acak. Bahkan ia mengencangkan tali pinggang serta ikatan pada pakaian hanfu miliknya. Sebab, lelaki dewasa itu hendak menunggangi kuda menuju Kota Xuanhu yang lumayan jauh. Tanpa berpamitan pada komandan bawahan lainnya, Gu Sheng Jun berangkat menuju Kota Xuanhu untuk melihat keadaan kediaman keluarganya. Karena sekeras apa pun ia melindungi rakyat Kekaisaran Mouyu, tidak akan pernah bisa membuat perasaannya membaik. Sebelum mata kepalanya sendiri memastikan bahwa keadaan sang ibu benar-benar jauh dari kekacauan yang terjadi. Sementara itu, Xuan Yi terlihat bertengger di atas atap kamar kediaman sembari menatap beberapa rumah penduduk hancur berantakan akibat ulah dari Klan Iblis. Hatinya merasa sedikit teremas melihat betapa kejamnya klan tersebut menghancurkan keadaan yang dulu jauh dari kekacauan. Bahkan rasanya pemuda tampan itu merasa sedikit kecewa. Mungkin semua ini tidak akan terjadi jika Klan Manusia tidak pernah melakukan hal yang merugikan pada Klan Iblis. Sehingga permusuhan antar dua klan tidak akan membuat dirinya merasa benar-benar dicuragi. “Xuan Yi! Apa yang kau lakukan di sana?” panggil Shen Jia mendongakkan kepalanya melihat seorang pemuda terduduk asyik sama sekali tidak terusik akan panggilan dari dirinya. Dengan malas, Xuan Yi pun menoleh dan mendapati seorang gadis berpakaian hanfu tradisional lengkap dengan pita rambutnya berwarna putih menghiasi ikatan kepala. Entah kenapa penampilan Shen Jia kali ini terlihat hendak melakukan pelatihan bela diri. “Astaga, kau cepatlah turun!” pinta gadis itu lagi dengan ekspresi memerintah. Xuan Yi menghela napas kasar, lalu berkata, “Tidakkah kau melihat aku sedang beristirahat di sini?” “Aku tidak peduli!” jawab Shen Jia acuh tak acuh. Sedangkan Xuan Yi mengerti betapa bossy sekali sifat teman sekamarnya ketika sedang menginginkan sesuatu. Sebab, Shen Jia tidak ragu untuk memaksa siapa pun menuruti semua perkataannya. Dalam hitungan detik, pemuda tampan yang menggunakan pakaian hanfu tradisional milik keluarganya itu pun melompat turun tepat di hadapan Shen Jia. Membuat gadis itu spontan menutup matanya terkejut merasakan angin cepat berhenti tepat di hadapannya. “Kenapa kau menutup mata seperti itu?” tanya Xuan Yi mengernyit bingung. Shen Jia perlahan membuka mata indahnya yang membuat perhatian Xuan Yi teralihkan selama beberapa detik. Memang tidak ada yang bisa melepaskan diri dari pesona seorang putri bangsawan seperti gadis itu. “Tentu saja aku terkejut akan tingkah ajabimu, Xuan Yi,” jawab Shen Jia mendesis sinis. Sedangkan Xuan Yi mengernyitkan keningnya bingung. Akan tetapi, pemuda itu tidak mengatakan apa pun, selain memikirkan perkataan yang terlontar dari gadis cantik dengan latar belakang menakjubkan. “Ah, lupakan saja. Aku menyuruhmu turun untuk memberi tahu sesuatu,” lanjut Shen Jia memutar bola matanya malas. Ia baru menyadari perkataannya sejak tadi tidak berguna. Xuan Yi menaikkan satu alisnya tertarik. “Apa yang ingin kau katakan?” “Aku tidak sengaja mendengar perbincangan Master Kultivasi Gu yang mengatakan bahwa situasi di luar cukup gawat. Bahkan Jenderal Gu dikabarkan sudah membuka tempat pengungsian di padang rumput. Menandakan situasi di desa-desa terpencil mulai dirusak oleh Klan Iblis,” tutur Shen Jia menatap sesosok pemuda tampan di hadapannya yang terdiam membisu. “Tapi, aku ingatkan untuk kau tidak keluar dari sini, Xuan Yi. Karena situasi di sana masih belum ada konfirmasi bisa dikatakan baik. Sehingga semua murid Akademi Tangyi harus tetap berada di dalam. Sampai situasi benar-benar terkendali,” lanjut Shen Jia dengan ekspresi serius. Seakan ia benar-benar melarang pemuda itu melakukan hal sesuka hatinya. Mengingat mereka berdua adalah teman sekamar yang harus selalu menunjukkan jalan kebenaran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD