23. Tantangan Bagi Murid

1019 Words
Sebuah beban berat di tangan membuat ringisan lelah terus keluar dari bibir berpeluh lumayan banyak. Tetesan demi tetesan membasahi pakaian yang dikenakan membuat rasa lembab menyambut setiap punggung menimbulkan bekas kebasahan. Tentu saja erangan kesal sekaligus lelah terdengar dari masing-masing murid Akademi Tangyi. Mereka baru saja menyelesaikan tantangan membawa dua ember penuh berisikan air menuju puncak Tangyi. Di mana puncak tersebut terdapat sebuah mutiara hijau yang dipercaya menjadi pelindung Akademi Tangyi. Sebenarnya pendiri akademi bukanlah dari istana, melainakan ada seorang satria yang begitu sakti dan mampu melawan Alam Neox seorang diri. Semua hal itu hanya diketahui oleh orang dalam dan beberapa prajurit lulusan Akademi Tangyi. Namun, sayang sekali mereka tidak boleh membicarakannya ketika di luar akademi hingga saat ini belum ada yang mengetahui bahwa sejatinya Akademi Tangyi bukanlah seperti Akademi Dangyi. Jelas kedua akademi sihir itu sangat berbeda. Bisa dikatakan Tangyi lebih memusatkan anak muridnya untuk bertahan dengan atau tanpa kekuatan sama sekali, sedangkan Dangyi lebih dipusatkan membuat sihir begitu besar. Dari perbedaan itulah yang membuat Akademi Tangyi lebih diperhatikan bagi rakyat biasa. Selain penerimaannya begitu umum, Akademi Tangyi tidak pernah membedakan kasta dari mana pun seseorang tinggal. Setelah menyelesaikan tantangan tersebut, Xuan Yi menggunakan sisa energi qi miliknya untuk turun ke bawah bukit untuk segera melepaskan rasa dahaga yang bersarang di tenggorokan miliknya. Asisten guru yang melihat tindakan Xuan Yi itu pun tersenyum penuh bangga. Padahal pemuda itu telah menghabiskan banyak tenaga untuk menggapai puncak Tangyi dengan sepenuhnya. Bahkan beberapa temannya terlihat masih berada di bawah dengan menatap pundak kesal sekaligus tidak percaya. Sedangkan Chang Qi, pemuda tanpa ekspresi itu telah menyelesaikan tantangan dan ikut turun ke bawah menghampiri Xuan Yi. Tentu saja keduanya langsung menjadi pusat perhatian karena telah menyelesaikan tantangan dalam waktu yang tidak sebentar. Xuan Yi meluruskan kedua kakinya, lalu berkata, “Aku tidak tahu puncak Tangyi begitu sulit. Apalagi dengan membawa dua ember berisikan air dan tangan yang membentang lebar. Untung saja tanganku masih baik-baik saja dan tidak terjadi sesuatu tadi.” “Tapi, kau sangat hebat, Tuan Muda,” puji Chang Qi tersenyum tipis membuat Xuan Yi ikut tersenyum lebar. “Aku pikir bukan karena hebat, melainkan tekad dan keinginan,” ralat Xuan Yi meminum air dari dalam gayung yang telah disiapkan oleh para guru. Tanpa mereka sadari sebenarnya semua perkataan Xuan Yi membuat seseorang dari balik pohon yang ada di belakangnya tersenyum penuh bangga. Ia tidak tahu kalau pemuda itu sama sekali tidak mengeluh. “Sebenarnya, kau sangat berbakat dalam bela diri, Tuan Muda. Tapi, kenapa Jenderal Gu tidak pernah mengizinkanmu. Padahal dalam didikan berkultivasi Tuan Master Gu juga kau sudah berkembang cukup pesat. Membuat ilmu sihirmu jauh lebih baik daripada yang lain,” celoteh Chang Qi panjang lebar. Ini memang kali pertama pemuda yang telah mengabdi sejak Xuan Yi kecil itu terlihat jauh lebih hangat daripada biasanya. “Aku memang tidak bisa melakukan apa pun, selain menuruti permintaan ayahku. Meskipun aku sendiri memiliki cita-cita untuk menjadi seorang pendekar yang melakukan perjalanan ke banyak lembah,” balas Xuan Yi tersenyum miris mengingat cita-citanya terpaksa berhenti di tengah jalan akibat dari rasa ketakutan seorang bernama Gu Sheng Jun. Tak lama kemudian, satu per satu murid Akademi Tangyi pun menyelesaikan tantangan. Di belakang sana terlihat seorang pemuda dengan peluh benar-benar sangat banyak melangkah dengan lemas ke arah tempat mata air khusus minum yang baru saja diduduki oleh Xuan Yi dan Chang Qi. Akan tetapi, keduanya langsung bangkit memberikan akses pada murid lainnya untuk melepaskan dahaga di sana. Sedangkan mereka berdua memilih diam sembari memegang gayung berisikan air. “Apa ini untukku?” tanya Xiao Pingjing melihat Chang Qi menyerahkan gayung berisikan banyak sekali air. “Ini memang untukmu,” jawab Xuan Yi memberikan gayung yang tengah ia pegang. Sontak hal tersebut membuat Xiao Pingjing langsung menghabiskannya dalam beberapa detik sana. Tidak ada yang menyadari bahwa di tempat lain, lebih tepatnya di mana para gadis tengah melakukan tantangan untuk membuat sihir pelindung diri. Sama seperti yang pernah dilakukan oleh Xiao Pingjing ketika terkunci dari luar. Namun, terik matahari seakan membakar para gadis untuk lenyap begitu saja. Karena sihir tersebut tidak selalunya jadi dengan sempurna membuat beberapa terlihat putus asa. Tentu saja Master Kultivasi Gu yang mengajarinya langsung merasa sedikit kecewa, tetapi ada satu gadis yang sama sekali tidak mengeluh sampai sihirnya benar-benar berhasil. “Yeay, aku berhasil!” seru Shen Jia dengan spontan ketika bulatan pelindung benar-benar sempurnah bahkan terlihat guratan kekuatan yang mengalir di sekitar. Master Kultivasi Gu yang mendengarnya pun langsung melepaskan serangan. Sontak hal tersebut mengejutkan semua gadis di sana, terutama Shen Jia’er. Ia tidak tahu bahwa pelindungnya akan benar-benar diuji secara langsung. Kilatan bak petir menyambar itu terlihat membuat semua yang ada di sana menutup matanya, termasuk Shen Jia’er. Ia benar-benar pasrah kalau saja pelindung kekuatannya akan hancur. Namun, sejenak ia merasa tidak terjadi sesuatu sampai wajah sumringah Master Kultivasi Gu terlihat di luar perlindung membuat Shen Jia langsung membukanya secara perlahan, lalu menurukan semua energinya kembali. “Kerja bagus, Shen Jia’er,” puji Master Kultivasi Gu tersenyum lebar. Sedangkan Han Yuri terlihat mendengkus tidak suka membuat beberapa gadis yang berada di dekatnya langsung berbisik-bisik. “Xiexie, Shifu,” balas Shen Jia menunduk hormat, lalu tersenyum lebar menatap Han Yuri yang berdiri tidak tahu dari dirinya. Setelah itu, semua murid Akademi Tangyi pun berkumpul di aula sembari mengistirahatkan tubuh mereka yang baru saja dipaksa melakukan sesuatu untuk kenaikan tingkat agar tidak terlalu dini. Terlihat seorang lelaki paruh baya berjubah abu-abu berdiri di depan sembari menatap mereka semua dengan pandangan serius. Guru Xuaming yang menjadi pembicara di antara guru lainnya pun tersenyum tipis. Tentu aja ia menjadi penggerak bagi murid laki-laki. “Setelah selesai kelas, kalian diperbolehkan untuk beristirahat sampai nanti malam mengunjungi Yang Mulia Kaisar,” ucap Guru Xuaming membuat Shen Jia langsung menegakkan tubuhnya. Salah satu murid laki-laki mengangkat tangannya, lalu bertanya, “Ada acara apa, Shifu?” “Sebentar lagi Akademi Dangyi akan meluluskan para muridnya, dan kita di sana hanya untuk meramaikan pesta. Mengingat Akademi Tangyi dan Akademi Dangyi dikenal sebagai satu pemikiran bagi orang luar. Sehingga kita harus tetap melakukan tradisi tersebut,” jawab Tetua Besar Xiao tersenyum tipis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD