Chapter 5

1402 Words
“Bas, Keyra pasti balik kok. Lagian urusan visanya belum kelar kan? Bentar lagi Keyra pasti balik kesini” ucap Nella untuk menenangkan sahabatnya.  Bastian langsung berbalik menatap Nella.  “Tau dari mana Keyra bakalan balik kesini? Tau dari mana Keyra gak di Jakarta?” pertanyaan Bastian memojokkan Nella.  “Eh Bas, gue cuma ngomong aja. Soalnya kita udah keliling-keliling nyari Keyra di Jakarta tapi gak ketemu-ketemu.” “Nel, loe nyembunyiin Keyra dari gue?” pertanyaan Bastian membuat Nella menelan ludah.  “Gila loe Bas, ngapain gue nyembunyiin Keyra dari loe.”  Bastian tidak bisa percaya begitu saja dengan ucapan Nella.  “Keyra dimana Nel?” tanya Bastian dengan serius.  Tatapan mata Bastian membuat Nella gelagapan. “Dimana Nel? Jawab gue. Gue tau loe nyembunyiin sesuatu.”  Feli, Jena, dan Albert sontak menatap Nella. Nella semakin gelagapan.  “Mikir apa sih loe Bas?” Nella tertawa dengan canggung.  “Kenapa? Keyra ngelarang loe buat ngomong ke gue?”  Nella semakin terpojok. “Sial, harusnya gue diem aja tadi” batin Nella. Beberapa hari yang lalu, Keyra menghubungi Nella. Namun, Keyra mewanti-wanti Nella agar tidak memberitahu Bastian. Keyra menelepon untuk meminta bantuan Nella mengurus surat-surat yang dibutuhkan dalam pengurusan visanya. Keyra memang akan ke luar negeri, tepatnya ke Australia untuk kuliah S2. Gadis itu mendapatkan beasiswa AAS atau Australia Awards Scholarship dari pemerintah Australia. “Jawab gue Nel”  Nella menghela nafas panjang.  “Oke, apa Keyra baik-baik aja?” Nella mengangguk pasrah. “Dimana dia?”  Nella menggeleng. “Gue juga gak tau Bas.”  Bastian mendecak kesal.  “Sumpah Bas, Keyra gak mau bilang dia dimana. Tiga hari yang lalu Keyra tiba-tiba menghubungi gue buat ngurusin surat-surat buat visanya gitu.” “Kalo gitu kasi gue nomornya Keyra.”  Nella menyodorkan ponselnya. Setelah menyalin nomor tersebut, Bastian menghubunginya namun tidak aktif. Setidaknya Bastian masih bisa melacak nomor tersebut jika Keyra mengaktifkan ponselnya. Bastian berdiri dan meninggalkan sahabat-sahabatnya di cafe. Bastian harus mencari tahu dimana Keyra saat ini. **** Bastian tidak bisa mendapatkan informasi apapun. Keyra memang tidak pernah mengaktifkan lagi nomor yang ia pakai untuk menghubungi Nella. Keyra sudah hafal betul bagaimana tingkah Bastian. Karena itu, Keyra mematikan ponselnya sejak awal karena ia tahu bahwa Bastian memasang aplikasi pelacak di ponselnya. Saat Keyra menghubungi Nella, Keyra hanya menggunakan nomor itu satu kali. Itu pun kartu yang diberikan oleh Gibran, kartu yang tidak bisa dilacak. Kartu itu Gibran dapatkan dari orang kepercayaannya. Gibran bekerja sebagai pengacara di sebuah firma hukum terkenal, karena itu untuk urusan seperti itu sangat mudah baginya. Sudah dua minggu Bastian frustasi karena tidak bisa menemukan Keyra. Keyra juga tidak bisa bersembunyi selamanya dari Bastian. Ia harus menghadap ke kedutaan besar Australia sebelum berangkat untuk memulai perkuliahannya. Artinya, Keyra harus kembali ke Jakarta. Dengan langkah tak yakin, Keyra menarik kopernya keluar dari apartemen kakaknya. Keyra tahu betul saat ia kembali ke Jakarta, Bastian akan menemukannya. Keyra bukannya tidak ingin bertemu Bastian, ia hanya belum siap, rasanya sangat menyakitkan baginya melihat perbuatan Bastian di apartemen siang itu. Sebenarnya Keyra tahu bahwa Bastian sesekali meniduri perempuan bayaran untuk memuaskan hasratnya. Hanya saja saat melihatnya secara langsung, hati Keyra tetap saja hancur. Sebenarnya Keyra tak serta-merta menyalahkan Bastian. Bastian pantas melakukan hal tersebut, toh Bastian adalah laki-laki normal yang butuh untuk menyalurkan hasrat seksualnya. Bagaimanapun Keyra tetap mengambil andil dalam hal itu, karena ia tak pernah mengizinkan Bastian untuk melakukannya dengannya. Keyra tiba di Jakarta dengan perasaan kacau. Memorinya saat menyaksikan perbuatan Bastian waktu itu terus terputar di kepalanya. Setelah berkali-kali menenangkan diri, Keyra akhirnya menarik kopernya keluar dari area bandara.  “Toh kita gak pernah punya hubungan apapun Bas, gue gak punya hak buat marah” ucap Keyra untuk menguatkan dirinya. Keyra mengaktifkan ponsel pemberian kakaknya setelah memasukkan kartunya. Keyra tetap saja membutuhkan kartunya untuk menghubungi teman-temannya sesama penerima beasiswa AAS. Setelah mendapatkan informasi yang ia inginkan, Keyra lalu menghubungi Nella karena Nella lah yang sudah mengurus surat-surat permohonan visanya. Taxi yang dinaiki Keyra meluncur ke apartemen Nella. Saat ini, Nella sedang berada di apartemennya karena memang sudah jam pulang kantor. Keyra tiba di apartemen Nella dan memencet bel. Tak lama pintu terbuka, Keyra masuk dan Bastian sudah ada disana. Keyra menatap Nella meminta penjelasan. Namun, Nella bahkan tak tahu apa-apa. Sekitar 10 menit sebelum Keyra tiba, Bastian sudah muncul di apartemen Nella. Bukan cuma Bastian, tapi Feli, Jena, dan Albert juga muncul disana. Tanpa Nella ketahui, Bastian sebenarnya menyadap ponsel Nella. Jadi, setiap panggilan dan pesan yang diterima Nella juga akan diterima oleh Bastian. Saat Keyra menghubunginya tadi, Bastian langsung mendatangi apartemen Nella untuk menemui Keyra. Keyra baru saja akan keluar namun Bastian sudah menariknya dan membawanya ke pelukannya. Empat orang sahabat Keyra yang lain hanya menggaruk kepala dengan frustasi. Keyra memberontak dalam pelukan Bastian, ia berkali-kali berusaha melepaskan diri namun gagal karena tenaganya tak sebanding dengan tenaga Bastian yang memeluknya dengan erat. “Bas, gue gak bisa nafas.”  Bastian mulai mengurai pelukannya perlahan-lahan. Tangan Bastian bergerak menggenggam tangan Keyra, namun Keyra menghempaskannya.  “Key…dengerin gue”  Bastian menatap mata Keyra, namun gadis itu membuang muka.  “Sakit Bas” ucap Keyra karena Bastian menahan tangannya. Bastian melonggarkan cekalannya di tangan Keyra.  “Nel, berkas gue mana?”  Nella bergerak mengambil berkas-berkas milik Keyra.  “Gak, berenti Nel!" cegah Bastian. "Loe gak boleh ngambil berkas loe sebelum ngomong sama gue.”  Nella menghembuskan nafas dengan kesal karena menjadi bahan pertengkaran Keyra dan Bastian. “Key, please maafin gue” Keyra mendicih. “Key…dengerin gue dulu”  Keyra tertawa mengejek. “Gue gak perlu denger apa-apa Bas. Loe gak perlu minta maaf sama gue.”  Bastian kembali menggenggam tangan Keyra. “Loe harus dengerin gue Key.” Keyra menghempaskan genggaman Bastian. “Loe gak perlu menjelaskan apapun Bas, itu hak loe buat ngelakuin apapun yang loe mau. Gue yang aneh karena gue marah padahal kita gak punya hubungan apapun.”  Rahang Bastian mengeras seketika. “Gak ada hubungan Key? Loe nganggep gue apaan selama ini huh?” nada suara Bastian meninggi. Keyra tertawa mengejek. “Kita emang gak punya hubungan apapun Bas. Jadi, terserah loe mau ngapain aja. Gue yang bego karena marah-marah.”  Keyra mendorong Bastian agar ia bisa masuk dan mengambil berkas-berkasnya. Tangan Bastian kembali mencekal lengan Keyra.  “Key…kita gak pacaran karena loe yang gak mau punya hubungan.” Keyra berbalik setelah menghembuskan nafas panjang. “Nah loe tau kan. Jadi, loe gak perlu susah-susah buat jelasin apapun ke gue. Gue gak mau tau Bas.” Keyra meringis karena cekalan Bastian semakin erat. “Sakit Bas” ucap Keyra dengan nada kesal.  “Key…kita emang gak pernah menamai hubungan apapun diantara kita, tapi loe tau gue sayang sama loe. Loe juga sayang sama gue.” “Cih, persetan dengan kata sayang loe Bas. Bas lepasin gue, sakit Bas.”  Bastian masih tetap mengeratkan cekalannya di pergelangan tangan Keyra. Keyra berkali-kali memohon kepada Bastian agar melepaskannya namun Bastian tidak menghiraukan permohonan Keyra. Bastian malah kembali memeluk gadis itu. Lagi-lagi Keyra memberontak. Keyra menatap sekeliling, tangan kirinya yang tidak dipegang oleh Bastian berhasil meraih vas bunga. Keyra memecahkan vas itu dengan memukulkannya di sudut meja. Sontak sahabat-sahabat Keyra berteriak. Bastian lalu mengurai pelukannya namun tetap mencekal pergelangan tangan Keyra.  “Lepasin gue Bas, atau gue motong nadi gue” ucap Keyra dengan nada serius. Bastian berusaha meraih pecahan vas bunga di tangan Keyra. Namun, Keyra malah menggenggam pecahan vas itu hingga telapak tangannya berdarah. Darah bercucuran dari tangan Keyra dan Bastian mundur seketika.  “Oke”  Bastian melepaskan cekalannya dan mengusap wajahnya dengan kasar. Keyra masih terus menggenggam pecahan vas itu dengan erat.  “Key…udah Key, gue udah lepasin loe. Tangan loe terluka Key. Sayang…sayang…”  Keyra mendecak kesal. “Loe gak punya hak buat manggil gue sayang Bas. Cih, bullshit banget semua omongan loe Bas. Gue gak mau ngeliat loe lagi. Pergi loe Bas.” Bastian masih berdiri di tempatnya.  “Kalo loe gak mau pergi, gue yang pergi Bas.”  Lagi-lagi ucapan Keyra membuat Bastian mengusap wajahnya dengan kasar.  “Oke, gue yang pergi.”  Bastian berjalan keluar dari apartemen Nella. Sebelum ia benar-benar keluar, ia meminta sahabat-sahabatnya untuk mengobati tangan Keyra. Bastian keluar dari apartemen Nella dengan wajah kacau. Bastian terus mondar-mandir di koridor karena tak ingin pergi. Bastian masih belum selesai memberikan penjelasan pada Keyra. Namun, melihat bagaimana Keyra sampai melukai dirinya sendiri, Bastian tidak bisa melakukan apapun saat ini. **** 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD