PROLOG

736 Words
Malam paling terkutuk dalam hidupku adalah malam saat aku bertemu dengan dirimu ~Malam Terkutuk~ KALAU KALIAN BACA TEKS INI BERARTI KALIAN PEMBACA BARU, JADI HARAP TETAP VOTE DAN KOMEN SETIAP CHAPTER WALAUPUN SUDAH ENDING. HARGAI SAYA SEBAGAI PENULIS, FOLLOW AKUN AKU SEBELUM BACA CERITA INI, BIAR BERKAH Cuma mau kasih tahu kepada pembaca jangan berharap lebih terhadap cerita ini karena ini hanya keisengan aku saat boring Jangan lupa vote dan komen Tere hanya duduk diam menatap lantai dansa yang penuh dengan pasangan muda seumurannya yang sedang berdansa dengan penuh cinta. Tere tersenyum kecil saat melihat kebahagiaan terpancar dari mata sahabatnya, Lily yang sedang berdansa dengan kekasihnya bahkan sesekali kekasih Lily mencium kening Lily dengan lembut. Tere tidak munafik dan mengakui terkadang dirinya iri dengan kehidupan Lily, terlahir sebagai anak konglomerat, memiliki paras secantik boneka, dan memiliki kekasih tampan dan kaya raya. Itulah kehidupan Lily sahabatnya namun satu kekurangan Lily yaitu dia memiliki otak dibawah rata-rata. Inilah keadilan Tuhan yang Tere tahu dalam hidupnya selama delapan belas tahun. Hari ini adalah perayaan kelulusan angkatannya dan perayaannya di Club ternama di Indonesia sebenarnya Tere tidak mau ikut namun mau bagaimana lagi Lily memaksa dan mengatakan padanya bahwa ini perpisahan terakhir mereka karena Tere akan melanjutkan kuliahnya di Harvard University, tentu dengan beasiswa dan perjuangan yang sangat keras selama ia duduk di bangku SMA. "Hai, boleh gue duduk di samping Lo?" Tanya seorang pria yang ia kenal bernama Gerald. Siswa anak orang kaya yang suka semena-mena dengan siapa pun yang berada di bawahnya. "Selama enggak ada papan peringatan di bangku ini, terserah Lo mau duduk atau gak," jawab Tere dingin dan datar dengan tatapan tajamnya. "Ternyata benar ya kata anak-anak selain cantik dan pintar, Lo juga galak dan judes," ucap Gerald dengan nada bercanda namun tidak membuat Tere tertarik untuk berbicara dengan pria tampan di sampingnya. Gerald. "Lo mau lanjut kuliah di mana? Pasti universitas paling bagus mengingat otak Lo yang di atas rata-rata." Gerald berusaha mengajak Tere berbicara namun Tere hanya diam tidak peduli dengan kehadiran dan obrolan pria itu malah Tere sibuk menatap setiap orang yang berdansa sesekali meminum jus jeruk yang ia pesan tadi. "Nih cewek sombong banget, lihat aja malam ini gue buat Lo enggak punya muka lagi buat menatap dunia," ucap Gerald dalam hati sambil tersenyum miring. "Eh itu Tasya nyari Lo ya?" Tawa Gerald sambil menunjuk ke arah kanan membuat Tere menoleh ke arah kanan namun tak melihat Tasya sahabatnya. "Lo bohong ya?" Tanya Tere menatap tajam Gerald. "Enggak mungkin gue salah lihat kali ya, gue pergi dulu ya teman gue manggil gue tadi." Tere hanya menatap tajam punggung Gerald yang menjauh dan akhirnya Tere bernafas lega saat pria itu akhirnya pergi. Tere tidak suka berada di dekat pria b******n seperti Gerald. Tere kembali meminum jus jeruk sampai habis karena setelah ini ia akan pulang, sudah larut malam. Tere tidak tahu kalau minuman itu sudah dicampur obat perangsang sewaktu dia menoleh tadi. "Tasya aku pulang." "Lily aku pulang." Itulah pesan yang Tere kirim ke teman-temannya karena saat ini kepalanya terasa pusing, berkunang-kunang dan tubuhnya..... Sangat panas. Tere berjalan dengan sempoyongan ke arah pintu Club berusaha menggapai kesadarannya namun pandangannya semakin kabur. Tere menoleh ke belakang saat merasa ada yang mengikutinya. Tere dapat melihat ada Gerald dan teman-temannya yang sedang berjalan ke arahnya dengan tawa jahat dan samar-samar ia bisa lihat ada senyum miring di bibir Gerald. "Kau begitu sombong di sekolah. Kau dijuluki primadona sekolah karena kecerdasan, kecantikan, dan kebaikanmu di sekolah namun bagaimana kalau primadona sekolah ini akan kami gilir sampai pagi," ucap Gerald membuat jantung Tere berhenti berdetak sejenak. Tere berusaha berlari dari mereka namun tubuhnya terasa sangat panas dan tidak mampu hanya untuk berdiri. "Buggghhhhh." Tere mendongakkan pandangannya dan menatap pria yang telah dia tabrak barusan. Tere tanpa sadar memeluk pria itu membuat tubuh pria itu menegang. "Tolong aku, aku diberi obat perangsang dan sekarang mereka mau memperkosa aku hiks," tangis Tere setengah sadar sambil menunjuk ke arah Gerald dan teman-temannya. Tere berusaha meredam rasa panas di tubuhnya akibat obat sialan itu apalagi setelah memeluk tubuh atletis pria di depannya membuat bagian bawahnya gatal. Samar-samar Tere mendengar baku hantam dan ia bisa melihat ada kerumunan yang mengelilinginya namun tubuh Tere sangat panas sehingga dia hanya diam tidak menoleh. "Kalian semua bubar!" "Kau tak apa?" Tanya pria itu pada Tere namun Tere hanya diam membuat pria itu khawatir. Pria itu terkejut saat Tere mencium bibirnya tiba-tiba. "Tubuhku panas, aku butuh kau."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD