Ansel.... Menciumnya? Kenapa? Kenapa harus sekarang? Apakah karena dia tidak ingin melepaskan mainannya? Apa dia berpikir dengan cara ini bisa membuat Poni kembali mengejarnya seperti orang gila? Atau, apakah Ansel juga menyukainya? Pandangan Poni mulai buram akibat air mata. Tubuhnya bergetar dengan kedua tangan mengepal erat. Poni mengatupkan bibirnya. Rasa sakit yang luar biasa menetes dari kedua matanya. Melihat Poni yang terdiam tidak membalas ciumannya membuat Ansel mengerang frustasi. “Kiss me, Poni. Ayo, cium aku. Bukankah kau menginginkan ini?” Bergidik, Poni memejamkan matanya erat. Dengan kekuatan yang ia kumpulkan, ia mendorong tubuh Ansel hingga pria itu mundur beberapa langkah. Melihat air mata jatuh kembali di wajah cantiknya membuat Ansel mendekatinya kembali. “Kenap

