Awal status playgirl "

1281 Words
"Dewa.. aku mau ngomong!" ucapku, hari ini aku harus membereskan kesalah pahaman dengan Dewa. "Kenapa sayang" jawab Dewa yang sedang makan mie ayam sampai muncrat-muncrat. "Aku mau membatalkan hubungan kita" jawabku tegas, tak mau lagi melihat wajahnya karena aku takut jadi kasihan padanya. "Maksud kamu Ray ?" tanya Dewa sambil mengangkat mangkuk mie ayam. "Mulai sekarang kita tak ada hubungan apa-apa. aku tarik kembali kata-kataku ingin menjalankan dulu sama kamu" sungguh aku ingin tertawa melihatnya yang tetap masih sibuk makan. "Huhuhuhu.. gak bisa gitu Ray. Kamu tega, masa gara-gara aku makan mie ayam sendiri terus kamu mutusin aku" 'Akupun melotot tak percaya, sejak kapan aku mempermasalahkan mie ayamnya ?' "Gak.. gak.. aku bisa beli sendiri makananku, ini bukan tentang itu" jawabku sambil mengoyangkan tangan tak setuju. "Bohong .. dari tadi kamu liatin mie ayam aku kan ?. Maaf tapi uangku cuma bisa beli satu. Nanti kalau aku ada uang aku bakal teraktir kamu" Plak...!! sungguh menyesal aku menjadikan Dewa bahan percobaan. Kalau begini aku jadi pusing sendiri. tapi ekspresinya sungguh lucu, bagaimana bisa dia berfikir aku sangat menginginkan ditraktir makan ?. "Dewa.. bukan seperti itu. tapi memang dari awal aku gak mau pacaran, bukan karena apapun" jawabku berusaha lembut, aku tahu jika Dewa memiliki perasaan yang halus dan aku tak mau menyakitinya. "Gini deh Ray.. kamu boleh deh ngabisin mie ayam aku, tapi janji kita pacaran lagi" Eerrrggghhh... tahan Ray.. tahan lo harus stay cool.. tarik nafas buang! tarik lagi buang! "Dewa kamu emang baik banget.. makasih loh udah nawarin, tapi aku kenyang. jadi mulai sekarang jangan ganggu aku lagi yah" jawabku penuh penekanan. aku bahkan sedikit mencekram bahunya. tak mau berlarut-larut aku pergi meninggalkan Dewa. "Ray.. lo mutusin Dewa ?" Tanya Okta sesampainya aku dikelas. aku juga tak tahu kenapa Okta bisa langsung tahu. "ya.." jawabku singkat. "Kenapa.. gara-gara Mie ayam ?" gusar Okta Aku buru-buru menatapnya, tunggu sepertinya ada berita yang engga-engga tentang aku. "Maksudnya" tanyaku tak percaya "Tadi si Adam cerita ke satu kelas. Kamu mutusin Dewa karena gak diajakin makan mie ayam" Sial... ! Kenapa jadi timbul berita menjijikan seperti itu. "Oke. gue bakal ketemuin si Adam." dengan marah aku mencari Adam. gimana bisa ia menguping pembicaraanku dengan Dewa. "Ngomong apa lo" bentakku sambil menjambak kerah bajunya. "Eh.. Ray.. tunggu..." gugup Adam. "Kenapa lo mesti bilang kekelas hal yang gak BENAR." teriakku. aku begitu emosi sekarang. "Loh.. bukan tadi emang bener begitu, aku gak sangka ajah Ray kamu itu sampai segitunya mau diajakin makan" Kali ini emosiku sudah diujung tanduk tanpa komando tanganku sudah menampar keras pipinya, perkataannya sungguh membuat aku terhina. "Raya rusuh.. woy Raya nampar Adam" teriak anak-anak se isi kelas. baiklah sekarang aku bagai napi yang pantas mendapat hukuman. karena sikapku aku diskors 3 hari, bahkan guru BP menandaiku sebagai murid badung. sakit memang, aku yang tak pernah mau cari masalah kenapa selalu dihadapkan dengan masalah yang bertubi-tubi. aku hanya ingin memiliki teman akrab yang bisa berbagi cerita tentang apa yang kami senangi, tapi rasanya begitu sulit. Tok... tok.. tok... "de Ray.. udah tidur " tanya kak Mesya lembut. "Belum kak" sahutku, buru-buru aku menghapus air mataku. "Kakak boleh masuk?" "Iyah kak" "Kenapa dek, ada masalah ?" tanya kak Mesya kembali dan ia telah duduk dipinggir ranjangku, buru-buru aku mengganti posisi duduk menyamainya. "Aku bingung Kak. satu sisi aku gak mau pacaran tapi aku gak mau nyakitin orang terus dengan nolak mereka" "apa yang kamu bilang bener dek, kakak juga dulu kayak kamu pusing saat ada yang nembak kakak. tetapi kakak tolak dengan tegas, inget tegas dek bukan galak. beruntung kakak ketemu kak Athalla yang mau menjalankan pacaran setelah menikah" "Iih.. kakak mah enak. Nah aku " jawabku sambil menunjuk diriku sendiri. "Kakak tahu ini pasti ini lebih berat untukmu, kamu sangat cantik dan juga masih muda. Sehingga akan sering terbawa emosi" "Coba yah kak aku pas lahir gak cantik-cantik amat, aku bakal gak bingung kayak gini sekarang" "Ray.. Ray.. kamu lagi nyesel apa lagi muji diri sendiri? gini ajah coba Ray berjilbab insha allah gak akan ada yang ganggu Ray lagi" "Hehehee... aku belum siap kak. kakak tahukan aku hobby panjat tembok" sahutku "Yaudah nanti kalau siap dipakaiyah sayang... inget wanita muslim diwajibkan memakai siap atau tidaknya" "Iyah kak" akupun bergelayut manja dengan kak Mesya bagiku ia sudah bagai ibu pegganti. ---- "Hari ini kamu sekolahkan dek ?" Tanya kak Thalla yang sibuk dengan roti dimulutnya. "telen dulu kak, baru nanya" aku gak suka orang yang bicara sambil makan. "Iyah hari ini aku masuk, cutinya udah abis" "Kamu tuh diskors bukan cuti" "Bawel" jawabku malas. sesampainya di sekolah semua anak memperhatikanku, sepertinya rumor tentangku semakin bertambah. Kulihat Melisa yang tersenyum miring ke arahku seperti orang jijik. "Gilak yah.. semiskin itu kah lo La. sampai makan ajah lo minta dtraktir" teriak Chelsea, sepertinya mereka sedang membuat sandiwara menyindir aku. " huhuhuhu... ia nih abis gimana guekan laperrrrrrr !" sahut Ella dengan nada manjanya. tak ingin berlama-lama dikelas, aku memutuskan ke kantin. disana aku bertemu Rio. Ia datang menghampiri ku dengan semangkuk Mie ayam. "Bilang Ray.. kalau lo mau disogok mie ayam, gue ini cukup kaya buat beliin lo setiap hari" Jika aku tak ingat ini hari pertama aku masuk, sudah aku lempar mie ayam itu ke wajahnya. aku berusaha sabar. ku ambil Mie ayam itu lalu memakannya, membuang makanan jugakan tak baik. lagi anak ini tak bisa dinasehati dengan kata-kata. aku harus pakai cara lain. Nampak Rio yang tersenyum puas melihatku melahap mie ayam itu, baik jika ia sangat kaya sekalian saja aku minta yang banyak. "Jangan satu dong! beliin gue tiap hari lima mangkok" “haah.. 5 Ray 5.. “ sahur Rio tak percaya, bahkan tangannya membentuk angka 5 dengan mata yang melotot sempurna. “Iyah lima setiap hari, dan gak bisa kurang” sahutku penuh kepastian. Enak saja ia sudah membuat aku dilanda masalah, bahkan sekarang memandang rendah padaku. Aku Rayalisa tak akan tinggal diam. Seminggu berlalu, Rio masih setia membelikan 5 mangkuk mie ayam tiap harinya. Walau dengan wajah yang cemberut ia memberikan kepadaku. Sebenarnya aku sama sekali tak peduli, karena toh.. aku sama sekali tak memakannya, justru aku memberikan mie ayam itu kepedagang sekitar sekolahku. dan 3 hari ini aku cukup dekat dengan teman satu eksulku namanya Ikhsan. Dimataku orangnya keren karena selalu memakai headband, entah kenapa aku suka. Dan hari ini tanpa aku sangka ia nembak aku. “Ray.. lo maukan jadi pacar gue” minta Ikhsan dengan sebuket mawar merah ditangannya. Entah jiwa wanitaku berkecamuk, melihatnya membawa sebuket mawar dengan gayanya yang cool membuat aku “mengiyakan” permintaanya. Melupakan nasihat kak Meysa untuk menolak dengan tegas. dan hari ini aku jalani dengan status baru, tak lupa aku memberi tahu Okta, temanku satu-satunya. “Lu jadian sama Ihksan?” “Hemmm..” jawabku menganguk malu-malu. Pasti Okta bakal kegirangan sendiri deh. “lu gak tahu Ray ? Ikhsan itukan panuan di jidatnya. Parah banyak banget malah” “Hah.. masa siih ?” “iyah.. dia dulu sering make up ala-ala cewek terus panuan gitu sekarang” ‘panuan ? make up ? aduh apa lagi nih ? kenapa hamba selalu dikasih cobaan ya tuhan’ runtukku dalam hati. “gini ajah. gue yang bakal mutusin hubungan lo sama Ikhsan, gue tahu lo pasti sekarang lagi kagetkan menerima kenyataan pacar sehari lo panuan ?” Hemm.. kubuang nafas kasar, sungguh aku tak tahu lagi dengan “keajaiban” seorang Okta. Ia selalu tahu tentang laki-laki disekolah ini. meskipun aku sedikit kesal, tapi aku sama sekali tak ingin menolak. Jam istirahat.. “Ray.. gue udah mutusin ikhsan buat lo. awalnya dia kesel banget tapi akhirnya ngerti juga. Heheheh...” lapor Okta kepadaku, entah apa yang ia katakan ke Ikhsan yang jelas aku tak perlu repot-repot memutuskan hubungan. “sebagai gantinya, gue bakal jadi “sekertaris” cinta lo. Gue yang akan ngatur jadwal kencan lo, siapa yang pantas sama lo, pokoknya gitu deh.” Atur Okta. Gak tahu sih manusia ini maunya apa ? kenapa malah senang dapat kerjaan yang merepotkan. “terus.. apa gue harus bayar lo ? “ “pastinya.. lo juga harus carin gue pacar, yah gakpapa kalau misal bekas lo juga” “itu Ikshan, lo gak mau ?” “iihh.. ogah no... big no! “ sahut Okta dengan jari telunjuk kekanan kekiri, dan memonyongkan mulutnya. “terserah loh deh! Males ahk gue "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD