Ghost 11

1005 Words
Tiga puluh menit berlalu sejak Dayu tiba di rumah Kelline. Beberapa orang terlihat keluar masuk, namun yang dinantikannya tak kunjung terlihat, membuatnya mulai tak sabar. Dari pengakuan satpam, majikannya sedang keluar bersama asistennya, tanpa merinci kemana perginya. Lagipula bukan hal itu yang penting baginya saat ini. Seperti sudah diduga, satpam itu mengusirnya secara halus. Tapi Dayu tak kehabisan akal, diceknya akun ** pribadi milik Kelline. Dilihat dari riwayat di feed instagramnya, Dayu tahu jika Kelline tipe pengguna aktif yang selalu memposting segala kegiatannya. Dan kebetulan, sang model baru saja memposting kegiatannya hari ini, lengkap dengan tiga buah foto yang memperlihatkan posenya yang sedang berjemur dan berolah raga yoga di sebuah taman samping kolam renang. Dayu memperlihatkan foto itu pada Kai, dan Kai dengan segenap memori yang tersisa memberitahunya bahwa background tempat dalam foto Kelline persis dengan salah satu bagian rumah yang ada di depannya ini. Dayu memutuskan untuk menunggu, karena dari caption yang dicantumkan Kelline di fotonya, sang model baru akan pergi setelah menuntaskan kegiatannya. Dan menurut perkiraannya, asistennya sebentar lagi pasti akan datang, dan saat dia melihat orang yang ditunggunya nanti, Dayu akan mendekati orang itu. Jadi di sinilah dia sekarang, jongkok di balik motornya di pinggir lapangan seberang rumah Kelline. Satpam yang memintanya pergi mengamatinya dari kejauhan, namun Dayu tak peduli. Sebelum dia berhasil bertemu dengan seseorang yang akan dimintai bantuan olehnya, dia tidak akan pergi dari sini. Dan setidaknya Dayu bisa bernafas lega, satpam itu tidak memanggil polisi untuk menyuruhnya pergi. Kalaupun itu sampai terjadi, Dayu tidak akan menyerah selama daerah itu masih terbuka untuk dirinya. Dua kali tiga puluh menit berjalan, mulai membuat Dayu menyerah. Dilihatnya makhluk tak kasat mata yang sedari tadi hanya duduk dengan memangku tangannya, memandang lurus pada rumah di depannya. Wajah pucatnya terlihat datar, namun menyiratkan makna yang tak terbaca. Entah apa yang sedang Kai pikirkan saat ini, tapi dari sorot matanya yang sendu sedikitnya Dayu bisa menebak. Dayu tak berhenti memandangi Kai untuk kesekian kalinya. Berbagai pikiran terlintas di benaknya, memunculkan iba di hati Dayu. Kemungkinan terburuk dari kedatangan mereka ke rumah Kelline adalah penolakan dari si pemilik rumah, dan itu sudah mereka dapatkan saat kali pertama kedatangan mereka tempo hari. Tak berapa lama, dari dalam rumah terlihat seorang pria keluar dari pintu samping yang menghubungkan area taman belakang dan depan. Awalnya Dayu mengabaikan sosok itu karena bukan orang yang dinantinya, namun setelah pria itu mendekat dan berbicara pada satpam yang sedang mengamatinya, barulah Dayu mengenali pria itu. Sosok yang sudah familiar, namun tak urung membuatnya ternganga, tidak menyangka akan melihat keberadaannya di tempat ini. "Kok dosen gue ada di sini!" celetuk Dayu. Dengan segenap kepenasaranannya, Dayu memfokuskan pandangan pada sosok di sebrangnya. "Hah, apa Yu?" Kai yang berada tak jauh darinya mendengar Dayu berbicara. "Itu ... " tunjuk Dayu. "Itu abangnya Kelline!" beritahu Kai. "Abang?" Otak Dayu mencerna informasi tersebut, dan dia terlonjak setelah menyadari maksudnya. "Jadi, Kelline adalah adik dari dosenku?" Giliran Kai yang terkejut mendengar ucapan Dayu. "Dosen kamu?" Dayu menganggukkan kepalanya dua kali, untuk menegaskan bahwa ucapannya tidak mengada-ada. "Pak Yassa beneran abangnya Kelline?" ulang Dayu. "Namanya Yassa?" "Kamu ngga tahu?" heran Dayu. "Aku ngga ingat. Tapi mereka bukan saudara kandung." Dayu masih bertahan dengan posisinya, saat dari kejauhan Yassa memaku pandangan pada dirinya. Merasa terperangkap, Dayu berdiri dan sedikit menganggukkan kepala pada dosennya sebagai bentuk penghormatan. Dia tidak mau dicap sebagai penguntit yang tidak tahu sopan santun. Setidaknya kalau Yassa menganggapnya penguntit, Dayu masih memiliki kesopanan. Karena Yassa tak juga memalingkan wajah darinya, dengan terpaksa Dayu mendekat kepadanya. Namun niatnya untuk berbasa-basi menyapa dosennya itu urung setelah melihat dosennya memasang wajah serius. "Apa yang kamu lakukan di sini? Satpam bilang sudah satu jam kamu menunggu, memangnya kamu tidak ada kuliah hari ini?" berondong Yassa tanpa seulas senyum pun dilemparkan untuk Dayu. Sejak memutuskan untuk mendekati Yassa, Dayu sudah merunut apa saja yang akan diucapkannya pada dosennya itu, termasuk alasan keberadaannya di depan rumah seorang model papan atas. Namun kenyataannya setelah saling berhadapan Dayu kehilangan kepercayaan dirinya, segala skenario yang dirancangnya buyar dan dia hanya terdiam hingga Yassa melihatnya dengan wajah yang kesal. Kai yang berdiri di samping Dayu memanggil namanya. Dayu melirik sebentar pada Kai, menimbang apa yang akan dikatakannya pada Yassa. "A-anu ... Justru saya juga merasa heran kenapa Bapak ada di sini, apakah Bapak tinggal serumah dengan seorang model terkenal?" tuding Dayu, yang membuat wajah Yassa semakin masam. "Dahayu Janithra! Sebelum pemilik rumah melaporkan kamu, sebaiknya kamu segera pergi dari sini." Yassa berbalik hendak kembali ke dalam rumah, tapi Dayu mencekal tangannya. "Tu-tunggu! Jangan pergi dulu, tolong bantu saya kali ini saja. Lain kali saya ngga akan minta bantuan Bapak lagi!" Dayu mengangkat tangan kirinya dan memberikan tanda 'V' dengan jarinya. Yassa mengarahkan pandangan pada tangannya yang dicekal Dayu, membuat Dayu mengikuti arah pandangan Yassa dan refleks mengibaskan tangan Yassa. "Ada apa?" tanya Yassa dingin. "Umh, anu ... karena sepertinya Bapak sudah mengenal penghuni rumah ini, pastinya Bapak tahu tentang seseorang bernama Bertha." Ujar Dayu ragu, apakah Yassa bisa membantunya bertemu orang yang ditunggunya sejak tadi atau tidak. Namun sebelum dia merasa putus asa, tidak ada salahnya dia mencoba segala cara. Meski harus lewat jalan pintas. Yang penting tidak melanggar norma yang berlaku, tekad Dayu bulat. "Kenapa dengan dia?" "Saya, saya ... mmhh, ada yang harus saya bicarakan dengan Mba Bertha." "Bicara apa?" "Bicara ... tentang urusan yang hanya bisa saya bicarakan dengan Mba Bertha." "Ck, bagaimana saya bisa bantu, kalau kamu tidak percaya pada saya?" "Bapak mau bantu saya?" Dayu terlonjak, girang dengan apa yang diucapkan Yassa. "Tapi saya ngga janji Bertha bersedia bicara dengan kamu." "Ngga apa-apa, yang penting tolong katakan kalau saya mau bertemu dengannya. Dan, kalau bisa ... Kelline jangan sampai tahu kalau saya bertemu asistennya." Yassa mengerutkan keningnya, namun tak bertanya lebih jauh. Dia kembali masuk ke dalam rumah setelah mengatakan akan memberi Dayu kabar jika dirinya sudah berbicara dengan Bertha. Sambil berjalan kembali menuju motornya, Dayu berbicara pada Kai. "Semoga Pak Yass bisa bantuin kita." Ucapnya semringah. Kai tak meresponnya, pikirannya sibuk dengan sesuatu yang baru disadarinya, setelah tadi Yassa berbicara dengan Dayu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD