1

1336 Words
Rasya POV Dan di sinilah gue, di kantin mengisi perut dengan somay pak Ujang dan sebotol teh botol. Kekesalan gue sama makhluk kutub utara itu gue salurkan pada sendok, piring, dan somay pak Ujang yang tak bersalah. "Wo wo wo.... nona manis aya naon? Itu muka ditekuk aja kaya pakaian dalam lemari." Rezky sohib gue buat berantem setiap harinya di ring datang dan langsung menjarah teh botolku. "Pakaian di lemari mah rapi, lah ini? Lecek kaya duit seribuan." Reka menyalahkan dan membetulkan berkataan Rezky. Rezky duduk di sampingku, sedangkan Reka di hadapan ku bersama dengan kembarannya Raka. "Ketawa aja lo semua ketawa! Itu minuman gue lo abisin aja Ky, sekalian ama botolnya! Rak lo ketawa aja lo kagak usah ditahan gitu! Rek, ketawa lo kurang lebar!" sendok di tangan ku terlempar kasar ke piring hingga membunyikan suara nyaring. Rezky, Raka, dan Reka seketika diam. Tatapan gue jatuh pada Raka yang tepat ada dihadapanku. Tatapannya lembut dan aku suka itu. "Lo kenapa?" Raka bertanya dengan nada lembut penuh perhatian. "Gue sekelas lagi sama beruang kutub!" aduku pada Raka "Bukannya kemaren juga sekelas?" Rezky ikut pembicaraan kami, sedangkan Reka dengan pelan menarik piring somay ku. Biarlah si Reka mungkin lapar. "Iya! Tapikan kemaren tuh gue sama Raka sekelas juga jadi ya gitu deh, terus gak sebangku sama dia, sekarang gue sebangku sama si beruang kutub! Arghh pusing pala gue" Reka kini sedang melahap somayku, Rezky mengusap punggungku, sedangkan Raka ia menatapku dengan pandangan yang membuat siapa saja meleleh. "Kenapa gak pindah aja?" Reka disela-sela kegiatan mengunyahnya bertanya padaku "Mr.Joe bikin peraturan di kelas, bahwa siapapun gak boleh pindah dari tempat duduk yang sudah dia tentukan," bahu Rezky sudah menjadi tempat sandaranku. Tangannya membelai rambutku lembut. "Ya udah sih, terima nasib aja" Reka dengan santainya mengatakan itu padaku dan menghasilkan sebuah tendangan di kakinya. "Woy gila lu! Sakit anjir!" pekiknya dan langsung menarik kakinya ke bangku, mengusapnya pelan. "Ya udahlah Sya, mau gimana lagi coba? Nikmatin aja udah. Lagian kenapa sih lo benci banget kayanya sama Rangga?" Gue mendengus saat Raka menanyakan pertanyaan itu. Rezky masih setia membelai rambutku, aku melingkarkan tanganku di pinggangnya dan menyembunyikan wajahku di d**a bidangnya. "Pindah jurusan aja gimana? Ke IPS bareng gue" Rezky memberi usul. Usul yang amat sangat luar biasa. Belum sempat gue menjawab ada seorang gadis membawa rombongannya datang BRAK!!! "LO JANGAN KEGANJENAN SAMA RANGGA! RANGGA ITU MILIK GUE! NGERTI?" gadis itu berbicara seperti orang kesetanan. Ganjen? Ganjen sama si berung kutub? Demi kolor Spongebob andai kata cowok cuman sisa satu di dunia ini dan cuman sisa dia seorang gue gak bakal mau ama dia. "Ya udah sih, ambil aja itu si Rangga Rangga lu! Gak peduli gue" "Berani lo ama gue?" Raka mencengkram lengan gadis itu saat gadis yang gue ketahui namanya Aurora ingin mencengkram kerah bajuku. Hahah mohon maaf sayang, kau salah mencari perkara disaat para penjagaku berada di sekitar ku. "Lo gak usah main kasar sama Rasya!" Reka berdiri. "Lo ambil aja Rangga lo itu! Rasya aja gak suka sama dia!" Rezky menambahi, ia juga ikut berdiri seperti yang lain dan sekarang ia memunggungiku, melindungiku. "Dan lagi, gue bukan milik lo!" suara Rangga terdengar di belakang kami. Aku menoleh dengan cepat, ia berdiri dengan tatapan yang menusuk siapa saja yang melihatnya, kedua tangannya dimasukkan ke kantong celana bahan hitamnya. Aurora dan komplotannya terdiam mematung, Raka menghempaskan tangannya. Tidak ada lagi wajah arogan dari gadis primadona sekolah ini, hanya ada wajah ketakutan. Setelah berkata bahwa dirinya bukanlah milik Aurora, Rangga berjalan dengan langkah angkuhnya. "Cih tuh cowok sombong amet! Sok kegantengan! Najis gue!" aku mengumpat melupakan bahwa pemuja Rangga masih ada di sini. Rezky, Raka, dan Reka hanya terkikik geli. Sedangkan Aurora mendegus sebal sebelum meninggalkan kami pergi. "Tapi Rangga emang ganteng kan?" "Rezky yang paling tampan, lo bilang manusia kaya gitu ganteng? Mata lu katarak?" "Lah, kenyataan dia ganteng. Gue yang cowok aja mengakui ketampanannya. Lagian nih Sya, gue setuju-setuju aja kok kalau suatu saat lo jadian sama dia." Inilah kebiasan Rezky, selalu menjodoh-jodohkan ku dengan si beruang kutub. Raka pamit pergi karna ia harus ke perpustakaan, apa cuman perasaanku saja atau air mukanya memang berubah menjadi lebih datar. "Baaaang!! Jangan tinggalin adek!!" Reka mengejar abangnya dengan langkah yang menjijikan. Layaknya ABG melambai di kelas gue. **** Author POV BRAK!! Rangga menghampiri Aurora dengan napas yang memburu, ia sudah tidak tahan dengan kelakuan gadis cantik ini. Ia sudah muak. Benar-benar muak. Semua gadis yang mendekati Rangga akan dilabrak oleh Aurora. Ada sepercik api amarah yang membuat Rangga tidak bisa tinggal diam ketika teman sebangkunya sekarang dilabraka seperti tadi oleh Aurora. "Stop ngelakuin hal yang memalukan itu! Stop menganggap gue milik lo! Stop ngaku-ngaku jadi pacar gue! Kita gak pernah pacaran! Lo ngerti kan?" Rangga berkata sambil menahan amarahnya yang meluap. Entah kenapa sisi tempramennya keluar disaat Aurora melabrak Rasya. Padahal saat ia melihat gadis cantik ini melabrak gadis lainnya ia biasa saja, malah bersyukur karna dengan begitu tidak ada lagi yang mendekatinya. Namun, tidak saat gadis ini melakukannya pada Rasya. "Ka...kamu kok gitu sih? Kita kan emang pacaran." Rangga bergedik geli saat gadis ini mengatakan bahwa dirinya memanglah kekasih gadis cantik ini. Senyum meremehkan terukir di wajah tampan milik Rangga, tangannya ia silangkan di depan d**a. "Lo bilang kita pacaran? Hahaha jangan karna gue pinjemin jaket sama lo dulu, lo anggap kita itu pacaran. Gue cuman kasihan sama elo yang kedinginan, gak lebih" Rangga berkata dengan amat sangat dingin. Wajah Aurora berubah merah, ia menahan malu yang amat sangat di hadapan teman-teman sekelasnya. Ia dipermalukan. Dirinya sudah berkoar-koar bahwa ia adalah kekasih Rangga karena jaket yang dipinjamkan Rangga dulu. Rangga menutup jarak antara dirinya dan Aurora, wajahnya hanya berjarak sekitar 5cm dari wajah lawan bicaranya, bahkan ia bisa mendengar deru napas tak beraturan Aurora. Matanya tepat menatap tajam mata Aurora. "Stop ngelakuin itu semua atau lo tau akibatnya? Lo emang cewek, tapi gue gak akan segan-segan buat hajar lo!" setelah berkata itu Rangga pergi meninggalkan kelas Aurora dengan langkah angkuhnya. Di koridor ia berpapasan dengan Rasya juga Rezky, mereka terlihat mesra. Lengan Rezky merangkul Rasya posesif, begitupula Rasya yang melingkarkan lengannya pada pinggang Rezky. Sungguh pandangan yang membuat iri siapa saja, sangat manis. Rangga berjalan dengan angkuh, dengan dagu yang terangkat. Pandangannya beradu dengan Rezky, sedetik kemudian Rezky tersenyum pada Rangga. "Pengecut" Rezky jelas mengatainya pengecut tanpa suara. Sedetik kemudian Rangga memberikan bogem mentahnya pada Rezky. Rasya terpekik kaget, kakaknya sudah jatuh di lantai. Napas Rangga memburu, wajahnya memerah, tangannya mengepal kencang. "Lo apa-apaan sih?! Lo gila hah?! Mukul orang seenak jidat lo!" Rasya berteriak tepat di wajah Rangga tak peduli jika pemuda yang ia teriaki ini sedang menahan amarahnya. Ia tak takut. "Udah, Sya. Gue gak kenapa-kenapa" Rezky bangun dan mengusap darah yang mengalir dari lubang hidungnya "Lo gila atau gak waras sih?!" Rasya mendorong bahu Rangga dengan kuat, tapi yang didorong sama sekali bergeming. "Pacar lo ini yang cari masalah sama gue." Rangga berkata dengan dingin, entah kenapa ia tak ingin meledak di hadapan gadis ini, walau faktanya ia sudah memukul Rezky, pacar Rasya. Rezky tersenyum penuh arti, Rasya memejamkan matanya sebelum melayangkan bogemannya pada Aaro. Sedikit darah terlihat pada sudut bibir Aaro, ia membiarkan saja bogeman gadis itu mendarat di pipinya. "Gigi dibalas gigi, nyawa dibalas nyawa" setelah itu Rasya menarik Rezky pergi menuju UKS. Rezky berbalik menatap Rangga dan memberikan senyum penuh artinya sekali lagi. Aaro menggeram dan tembok menjadi sasaran empuknya kini. "s****n! Liat aja gue bakal balas dendam!" *** Rasya terus mengomel perihal Rangga yang menonjok wajah Rezky. Ia tak terima dan belum puas jika Rangga belum babak belur di tangannya sendiri. "Aww... lo keselnya sama Rangga kenapa yang kena getahnya gue sih? Sakit ogeb! Pelan-pelan kenapa sih!" "Elo b**o atau gimana sih?! Kenapa gak lo balas?" "Kan lo udah balasin buat gue" Rezky mengerlingkan matanya, Rasya semakin menekan kapas pada lubang hidung Rezky yang membiru dan mengelurkan sedikit darah. "Awsh... gila lo anjir!" Rezky menjauhkan tangan Rasya dari hidungnya, sudah cukup kesakitan yang ia rasakan karna ulah Rangga, jangan lagi Rasya menambahnya. "Liat aja bakal gue balas si beruang kutub itu!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD