"Pah!" ucap Arga yang mencoba menginginkan perhatian papa dan mamanya. Hingga kedua orang itu menatapnya seperti apa yang Arga inginkan.
"Sejak kapan papa takut? sejak kapan keluarga Sanjaya takut dengan keluarga rival kita? Arga nggak takut pah. Papa ini bicara apa! nggak! Arga akan menikah tapi nggak dengan anak gadis keluarga Tama!" ucap Arga yang merasa kesal. Di mana ia jauh-jauh pulang hanya untuk mendengarkan perjodohan yang sudah papanya atur.
"Kau sudah punya calon?" tanya mama Arga kemudian. Dan saat itu Arga terdiam di tempat.
"Papa tidak bisa menunggumu mencari calon istri asal-asalan Arga. Papa tidak mau debat lagi. Papa mau istirahat," ucap Rama saat itu pada putranya sembari menarik selimut yang ia kenakan dan membuat Arga hanya bisa mendengus saja. Arga terdiam saat tahu jika papanya tidak ingin di ganggu. Akhirnya lelaki itu memilih keluar kamar dengan mamanya.
"Apa ada yang tidak beres dengan otak papa mah? kenapa aku merasa papa berbeda dari sebelumnya?" ucap Arga saat itu pada mamanya.
"Kamu ini! mana ada! nggak ada sayang... normal sih papa pengen lihat kamu menikah dalam keadaan papa yang seperti itu. Dan harusnya kamu mengerti itu sayang... apa salahnya mengalah sama pemikiran papa untuk kesehatan papa, memangnya kamu mau papa makin parah sakitnya?" ucap mama Arga lagi pada sang putra.
"Mah! sejak kapan Dokter di rumah sakit kita nggak bisa mengobati penyakit papa? kalau perlu Arga datangkan Dokter handal lainnya hanya untuk mengobati papa mah, lima puluh tahun lagi papa pasti masih baik-baik saja. Kenapa juga minta sesuatu yang aneh seperti itu. Ada-ada saja." Ucap Arga lagi yang masih belum mau menerima perjodohan itu.
"Kita tidak tahu umur seseorang sayang... papamu mau mungkin karena ada sesuatu. Lagian pernikahan ini adalah pernikahan bisnis Arga... kamu bisa bercerai kapan saja. Asal kamu sudah menyetujui keinginan papa kamu," ucap mama Arga lagi pada sang putra.
"Mah! Arga menetapkan dalam hati dan diri jika Aku hanya menikah satu kali dan untuk seumur hidup. Memangnya mama tahu aku suka gonta-ganti pacar? nggak kan?" ucap Arga lagi pada mamanya.
"Selama dua puluh tujuh tahun ini sih mama belum pernah melihatmu dekat dengan lawan jenis Arga, kamu nggak suka sesama kan?" ucap mama Arga lagi dengan tersentak sembari menatap ke arah putranya berada.
"Mama bicara apa sih! nggak lah! aku suka wanita mah, hanya saja belum ada yang membuatku... akh sudahlah mah, aku nggak mau menikahi anak rival keluarga! nggak mau!" ucap Arga kemudian sembari berlalu pergi begitu saja. Mamanya hanya bisa mendengus sembari menatap kepergian putranya. Wanita itu pun segera masuk kembali ke dalam kamar kamar suaminya. Papa Arga pun segera terjaga saat tahu istrinya yang datang.
"Bagaimana mah?" tanya lelaki itu.
"Sepertinya lebih sulit dari dugaan kita pah untuk membujuknya," ucap mama Arga kemudian.
"Ma... kalau kita nggak bisa sukses dengan perjodohan ini. Kedua perusahaan besar akan selamanya bersaing mah... aku nggak mau anak cucu kita akan memiliki saingan dan musuh. Sebisa kita harus merangkulnya menjadi mitra. Dengan cara apapun kita harus membuat Arga mau menikah dengan putri keluarga Adi Tama ma... nggak ada salahnya. Aku tahu putri keluarga mereka. Sungguh, ia gadis cantik yang berwawasan dan juga pintar memecahkan masalah," ucap papa Arga pada sang istri. Wanita itu hanya bisa menganggukkan kepalanya beberapa kali sebagai jawaban.
"Kita harus mengundang mereka untuk makan malam di sini pah... harus! kita harus mempertemukan mereka," ucap mama Arga kemudian.
Sesangkan di tempat Zoya berada. Zoya yang memiliki kemampuan melebihi seorang Hacker tingkat atas dan juga sengaja menyembunyikan kemampuannya dibalik sikapnya yang sedikit nakal agar orang tuanya tidak memintanya untuk menangani masalah kantor. Namun setiap kali sistem keamanan kantor papanya ada yang menyerang. Ia selalu turun tangan tanpa semua orang ketahui.
Malam itu, Zoya berada di salah satu tempat hiburan ternama di pusat kota dengan sahabat baiknya yaitu Moana. Zoya dan Moa menari di tengah latar bar dengan asyik sebelum ia mendapatkan kabar dari mamanya jika ia harus pulang karena keadaan rumah tidak baik-baik saja.
"Mo... pulang yuk!" ajak Zoya saat itu pada Moa.
"Kenapa? ada apa?" tanya Moa sembari berteriak karena alunan musik DJ yang mengalun begitu keras bahkan nyaris memekakkan telinga.
"Nggak tau mama mau aku pulang segera Mo, ayo!" ajak Zoya lagi yang lalu segera beranjak sembari menarik tanga Moa agar segera pergi meninggalkan tempat. Dan kebetulan saat itu Arga baru saja datang bersama dengan asitennya ke tempat hiburan yang sama yang Zoya datangi. Dan saat Arga masuk, di dalam terjadi percekcokan antara dua orang lelaki yang tengah adu pukul. Rupanya kedua lelaki itu tengah memperebutkan Zoya. Mereka bertengkar sampai berkelahi hanya untuk mengantarkan Zoya kembali. Sedangkan Zoya dan Moa sendiri hanya berdiri mematung sembari menatap kericuhan tersebut tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Kau... akan membiarkan Reno dan Bara berkelahi di sini?" tanya Moa pada Zoya.
"Mo... bukan salahku itu, salah mereka sendiri. Aku juga belum memberi jawaban apapun pada mereka," balas Zoya kemudian dengan jawabannya. Hingga tatapan mata Zoya saat itu tertju pada seorang lelaki tampan yang menyita perhatiannya.
"Hei... apakah selain Reno dan Bara masih ada lelaki tampan yang sering datang kemari?" tanya Zoya pada Moana.
"Hemz... lelaki tampan, sepertinya nggak ada, hanya mereka saja yang tampan dan kaya," sahut Moana saat itu.
"Baiklah... aku putuskan untuk memilihnya saja," balas Zoya saat itu sembari berjalan menuju ke arah Arga berada. dan saat itu Moana langsung membelalakkan kedua matanya saat melihat siapa yang tengah Zoya datangi.
"Zoy... kau gila! buka mata kamu lebar-lebar! siapa yang kau hampiri itu! kau nggak mabuk kan?" ucap Moana sembari berteriak namun suaranya tertelan alunan musik DJ yang mengalun di sana dan jelas Zoya tidak mendengarkannya.
"Bruk!" Zoya langsung menubruk lelaki jangkung dan bertubuh kekar di sana dan langsung memeluknya dengan kedua tangan yang merangkul pundak lelaki itu. Sebelum mendongakkan wajahnya, Zoya menarik tangannya sendiri lalu meraih ujung kemeja lelaki itu hingga membuat si lelaki tidak bisa menolak tarikan tangan itu dan membuatnya menunduk menatap wajah Zoya yang saat itu sudah mendongak ke atas menatapnya. Hingga kedua mata Zoya perlahan membuka dan wanita itu tersentak dengan bibir yang terbuka karena saking terkejutnya.
"Aku sudah gila! seperti tidak ada lelaki lain saja hingga aku terpesona olehnya!" ucap dalam hati Zoya yang menyesali apa yang sudah ia lakukan saat itu.
"Sudah terlambat!" ucap Arga kemudian dengan tangan yang sudah mengalung ke pinggang ramping Zoya dan menariknya hingga merapat ketubuh Arga berada.