Beberapa hari berlalu, Cancri kini sedang duduk dengan tenang di depan piano. Tangan pria itu bermain dengan lincah di atas tuts piano, rambut putihnya tertiup angin dan irama menenangkan mengalun dengan merdu. Cancri memang menyukai piano, ia juga seorang pianis yang berbakat saat usia muda. Deretan penghargaan karena bakatnya sudah berjejer rapi di mansion utama keluarga Snake. Pria itu sedang merenung sekarang, ia mencurahkan isi hatinya melalui melodi yang tercipta. Begitu lembut, namun juga terkadang begitu keras. Malam itu Cancri memilih untuk merenung seorang diri, memikirkan langkah yang lebih tepat untuk menarik Felica ke sisinya. Ia terhanyut dalam cintanya yang gila, ia melawan logika dan tak peduli pada pandangan orang-orang di sekitarnya. "Cancri," seseorang memel

