9. Pesta yang buruk

1235 Words
Pagi ini … Mia baru saja bangun dari tidur nyenyaknya, dia melanjutkan kegiatan seperti biasa di apartemen. Mandi ,menyiapkan makanan untuk diri sendiri, lalu pergi ke luar dan memastikan beberapa hal. Seorang diri mencari beberapa barang yang dibutuhkan untuk nanti malam, karena Mia akan melanjutkan penyelidikan mengenai p**************a di wilayah itu. Selama berjalan kaki, Mia merasa ada yang mengikuti dirinya. Hingga dia masuk ke dalam sebuah jalan kecil. Mia berhenti di ujung jalan itu dengan memegang dua senjata sekaligus. Tidak lama kemudian, ada tiga pria yang datang dengan mengenakan jas hitam dan sedang menikmati gulungan tembakau di mulutnya. “Apa yang kalian cari di sini?” tanya Mia. “Tidak ada, kami hanya lewat dan melihat dirimu sedang sendirian.” “Apa itu penting?” “Tidak, tetapi jika kau mau membuat situasi ini menjadi penting, kami akan merubah semuanya.” “Kalian tahu apa yang ada di tanganku?” “Hahahaha, jangan bermain-main dengan kami! Kami tahu itu hanya mainan.” DOR Satu peluru menembus kaki pria itu dan membuatnya mengaduh. Sedangkan pria lainnya mencoba mengeluarkan senjata untuk membalas, tetapi sialnya … Mia juga menembak mereka. DOR DOR “Argh! Apa ini? kenapa kau menembak kami?” tanya salah satu dari mereka. “Kenapa? kalian sangat lucu, jika ingin menjadi seorang penjahat, jangan memberikan lawan kalian ruang untuk bisa menyerang. Karena bisa saja nyawa kalian akan melayang.” Mia berjalan mendekat, dan melewati mereka. Pergi dari sana dan tidak peduli dengan para pria yang sudah mengeluh karena kaki mereka berlubang. Mia terlihat masuk ke dalam toko alat-alat bangunan, dan memilih banyak alat di sana. “Hmm, ini bagus … ini juga … baiklah, aku juga akan membeli ini.” Mia terus mengambil alat-alat yang sepertinya bisa digunakan untuk membangun rumah. Entah untuk apa alat itu, Mia membayar semua dengan kartu yang berisi uang jutaan rupiah. Dan itu semua didapatkannya dari hasil kerja selama ini. Mia menyuruh pihak toko untuk mengirim semua itu ke apartemen miliknya. Agar tidak menyusahkan dia saat pulang. Kembali berjalan kaki, dan Mia lagi-lagi bertemu dengan pria yang diperintahkan oleh Ellena. Mia berusaha untuk menghindar, tetapi pria itu terus mengikuti Mia sampai di depan sebuah kedai makanan. Mia masuk ke dalam kedai dan memesan makanan. Tidak lama kemudian pria yang mengikutinya juga duduk tepat di samping Mia. “Apa lagi sekarang?” tanya Mia. “Ini, dari Ellena.” Mia menerima sebuah surat dan satu kotak kecil berisi chip dengan kertas yang menjelaskan kegunaan chip itu. Mia tidak langsung melihat isi dari chip itu, dia memasukkannya ke dalam saku celana. “Aku pergi,” pamit pria itu. Mia hanya mengangguk, dan kini dia menikmati makanan di sana. *** Kembali dari kegiatannya di luar sana, kini Mia sedang meneliti chip yang diberikan oleh Ellena. Dia melihat ada beberapa data yang tidak dimengerti, dan Mia harus memecahkan teka-teki dari Ellena. “Dia memang sangat pandai membuat aku pusing.” Sampai akhirnya Mia meneyrah dan memilih untuk memebersihkan diri terlebih dahulu ke dalam kamar mandi. Di bawah guyuran air shower, Mia membasahi seluruh tubuhnya. Dan tiba-tiba saja Mia mendapatkan jawaban dari teka-teki yang diberikan oleh Ellena. Mia berlari menuju ke ruangannya, dan memeriksa kembali isi dari chip itu. “Yeah! Aku mendapatkannya!” seru Mia senang. Mia bisa melihat ada banyak sekali angka di sana, dan kini dia tahu jika angka-angka itu adalah titik koordinat tempat mereka harus menangkap pelaku. Mia kini bersiap dengan mengenakan pakaiannya berbahan latex dan juga mengenakan  jaket kulit berwarna hitam. Ellena kemungkinan sudah berada di titik itu, dan Mia tidak ingin sahabatnya terluka atau dalam bahaya. Sehingga dia segera berangkat, dengan menggunakan motor yang ada di area basement. Motor itu melaju dengan cepat menembus kemacetan yang ada di jalanan. Sampai akhirnya Mia tiba di Beverly Hills. Dia kini menuju ke Beverly Wilshire Hotel, sebuah hotel mewah dan bersejarah terletak di persimpangan Wilshire Boulevard dan Rodeo Drive, hotel tersebut diselesaikan pada 1928. Hotel tersebut dipakai sebagai tempat pengambilan gambar untuk film dan serial televisi. Para tamunya meliputi para selebriti dan presiden AS. Mia melihat Ellena tersenyum dengan pakaian yang begitu anggun layaknya wanita yang sedang pergi ke sebuah pesta. Mia sedikit kesal, tetapi dia tidak bisa melakukannya pada Ellena. “Kau lihat bagaimana penampilanku bukan?” tanya Mia. “Mia, maaf,” ujar Ellena. “Elle, apa ini?” tanya Mia. “Hari ini ulang tahunku, apa kau lupa?” tanya Ellena. “Astaga! Maafkan aku, Elle. Tapi … ini untukmu,” ujar Mia sembari memberikan sebuah senjata baru untuk Ellena. “Wow, shotgun … apa ini –“ “Itu adalah shotgun yang sudah dimodifikasi, dan aku sendiri yang melakukannya. Kau pernah mengatakan jika kau iri dengan senjata milikku. Dan itu adalah salah satu ciptaanku.” “Terima kasih, Mia.” Mereka saling berpelukan, dan Ellena mengajak Mia untuk masuk ke dalam ballroom. “Tidak, aku tidak mengenakan pakaian yang pantas, kau tahu itu.” “Ayolah! Ini pestaku, dan aku selalu memiliki sesuatu untuk dirimu. Kita ke kamarku dan aku akan memberikan pakaian yang kau inginkan.” Mia hanya bisa menurut dan mengikuti langkah Ellena untuk masuk ke dalam hotel. Mereka akhirnya sampai di sebuah kamar yang cukup luas, dan di sana ada banyak sekali gaun pesta. “Kau bisa memilih.” “Kau tahu pilihanku, Elle.” Ellena tersenyum tipis, dan mereka pun bersiap bersama. “Elle, siapa saja yang akan datang ke acara ini?” tanya Mia. “Hmm, aku tidak yakin ada temanku yang datang, karena temanku hanya dirimu, Mia.” “Lalu, siapa mereka?” “Beberapa teman Daddy, dan juga pengawal ku.” “Hmm.” Setelah selesai dengan persiapan itu, mereka akhirnya ke luar dari kamar dan menuju ke ballroom. Sudah terdengar suara dentuman music dari DJ yang diundang dalam acara itu. Dan tuan rumah dari acara itu pun masuk ke dalam sana, dengan disambut oleh banyak tamu yang datang. “Elle –“ “Ada apa?” “Kenapa ada mereka?” tanya Mia. “Mia, mereka juga agen yang sudah membantu aku selama ini.” “Ya, aku tahu … hanya saja … mereka itu –“ “Sudahlah! Cobalah untuk membaur dengan mereka, Mia.” Ellena berjalan menuju ke tempat sang ayah berada, sedangkan Mia berjalan menuju ke meja yang dipenuhi oleh makanan juga minuman. Mia mengambil beberapa camilan di sana, dia juga meminum segelas wine untuk membasahi tenggorokannya. “Elle sangat tidak pandai membuat pesta.” Mia kini berjalan menuju ke balkon dan menikmati angina yang berhembus di sana. Sampai akhirnya seorang pria menyapa Mia, “bukankah kau Mia Tanner?” “Kenapa namaku semakin banyak yang mengenali?” gumam Mia. “Tidak-tidak, aku minta maaf jika mengganggu. Aku akan pergi,” ujar pria itu. Akhirnya Mia kembali sendiri dan kini dia merasa jika hidupnya dipenuhi dengan orang-orang yang mengenakan topeng. Mia merasa jika semua orang yang baik padanya, hanya sebuah topeng untuk menutupi jati diri mereka yang sesungguhnya. “Aku lelah … Elle memang sangat tidak pandai dalam membuat pesta,” gerutu Mia sekali lagi. Sayangnya, saat Mia akan pergi dari sana, ada seseorang yang menyerangnya dan membuat Mia jatuh dari balkon, hingga akhirnya tenggelam di dalam kolam. BYURR … Tubuh Mia tenggelam dengan perlahan, kesadarannya hampir saja menghilang. Hingga akhirnya Mia sadar jika dia tidak bisa bernapas di dalam air. Mia berenang mencari tepi kolam, dan akhirnya berhasil ke luar dari sana. “Uhuk … uhuk … sialan! Siapa yang menyerang aku?” gerutu Mia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD