“Halo, Sena? Saya Dira, sahabatnya Alle.” Dira yang pertama kali mengulurkan tangannya ke arah Sena, yang disambut Sena dengan baik tak lupa dengan segaris senyum. “Sena. Sayang banget kita baru bisa ketemu sekarang ya.” Timpal Sena santai, membalas uluran tangan Dira dengan jabatan ringan. “Hm, saya sibuk, Anda juga orang yang sibuk, kan? Makanya kita sulit ketemu meski Alle sudah bahas soal Anda sering sekali pada saya.” Ugh, meski senyum itu masih terukir di wajah lawan bicaranya, Sena bisa mengatakan senyum itu tidak benar-benar tulus diperuntukkan baginya. “Yaa… Alle juga sudah sering cerita soal Anda, Anda dan Nadya—dua sahabat baik Alle yang tidak lain merupakan seorang dokter, saya jadi bisa mengerti betapa sibuknya kalian.” Dira melirik ke arah Alle yang memasang raut wajah

