“Kak Al, Kak Al! Bangun, Kak! Sumpah, Kakak harus bangun dan baca ini!” Raisa mengguncang tubuh Alle kencang. Kali ini meski dimarahi, meski dimaki, meski diteriaki agaknya Raisa sama sekali tidak peduli, tidak keberatan, tidak akan diambil hati karena suasana hatinya sendiri sedang sangat baik pagi ini. Sambil memegang ponselnya dengan mata yang terarah pada layar ponsel, satu tangan Raisa tetap mengguncang tubuh Alle agar wanita itu segera terjaga. “Kak! Kak Alll… Ayo bangun, Kak! Kali ini aku pastiin deh, ini lebih indah daripada mimpi Kakak—well, walau Kakak pernah ngeluh kalau lebih banyak mimpi buruknya. Kak Al!” “Ng? Apa sih, Sa? Nggak tahu apa kalau gue baru tidur jam 5? Bangunin jam 11 aja.” Gumam Alle masih mengerang dalam posisi berbaringnya. Matanya juga masih tertutup, bahk

