Pesan dari Kematian

1036 Words
Suasana jalanan kota Singapura basah diguyur hujan lebat. Lampu-lampu kota berkilauan di aspal yang licin. memantulkan cahaya seperti serpihan pecahan kaca yang bertebar di jalanan. Di dalam sebuah bar, Andy duduk tenang, matanya tak lepas menatap arah pintu masuk. Ia sudah mengerti setiap saat bahaya dapat mengancam dirinya. Dan malam itu--ia sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Sejak tragedi di Macau tiga hari yang lalu, saat itu perselisihan besar terjadi antara Andy dengan salah satu gembong mafia berbahaya benama Yin Chin. Sebuah misi pembunuhan yang gagal disebabkan bukan karena peluru Andy meleset, tapi karena ketidak keberdayaannya menarik pelatuk. Seorang anak di bawah umur membuat Andy mengambil keputusan untuk menghentikan misi. Keputusan Andy membuat sang bos mafia murka. Keberanian Andy melawan Yin Chin membuat si bos sindikat mendendam. Akibatnya, Andy mengerti bahwa Yin Chin pasti akan memburunya, dan Andy telah siap tanpa rasa takut akan nama besar seorang Yin Chin. Malam itu, seorang pembunuh bayaran datang sebagai pembawa pesan kematian dari Yin Chin kepada Andy. Pintu bar terbuka pelan, seorang pia berperawakan kekar, berkulit sawo matang, dengan tatapan seperti elang, melangkah masuk. Tangan kanannya tersembunyi di balik jaket kulit mewah. Wajahnya penuh misteri membawa misi yang harus dituntaskan. Andy mengetahui siapa pria itu. Nama sebenarnya ia tidak tahu, tapi di kalangan dunia bawah tanah pria itu di panggil dengan sebutan: EL TIGRE, seorang pembunuh bayaran asal Filipina yang reputasinya tak kalah sangar dengan Andy, bahkan El Tigre sudah bergelut lebih lama sebagai pembunuh bayaran jika di banding dengan Andy Wong. Tanpa membuang waktu lebih lama, Andy menghabiskan sisa minumannya, lalu berdiri perlahan, matanya liar tapi tampak tenang--menatap tajam ke arah El Tigre. El Tigre melangkah menghampiri meja, senyum tipisnya dingin membalas ekspresi dari wajah Andy. Mereka saling tatap dan diam sejenak, seolah sadar bahwa malam itu hanya ada satu orang yang masih berdiri. El Tigre bicara dengan nada dingin mengancam: "Aku datang menyampaikan sebuah pesan dari mitra yang kau tinggalkan. Sebuah pesan... dan kematian." Andy tersenyum tipis menantang tatapan El Tigre dengan tajam. Sinar matanya melambangkan keberanian tanpa rasa gentar sedikitpun mendengar ancaman lawan. Andy menjawab, nadanya tenang: "Pesan kematian... dan kau sebagai pembawa pesan. Aku akan mengirim pesan yang sama, dan kau juga yang akan membawa." Tangan El Tigre bergerak cepat, mengeluarkan pistol peredam dari balik jaket. Tapi Andy bergerak lebih cepat seperti kilat. Ia membalikkan meja, kakinya bergerak menendang gelas di atas meja--tepat - gelas melayang menghantam telak wajah El Tigre, membuat sang pembunuh terhuyung, pecahan kaca melukai wajahnnya. Dua tembakannya meleset dari target, Andy sudah berlindung dan cepat menghindar. Andy bergerak menuju lorong belakang bar. Hujan masih mengguyur deras menambah licin lantai. Setiap langkah menjadi berbahaya. Andy berkelit lincah menyusup kebalik celah dinding sempit--ketika peluru dari pistol El Tigre melesat, memburunya tanpa henti. Hening sejenak. Andy mendengar senyap langkah kaki El Tigre yang pelan mendekat. Andy mengeluarkan perlahan pistol dari balik jas nya. Ia sengaja tidak menggunakannya di dalam bar. Ia takut jika peluru mereka membunuh pengunjung yang tak mengerti apa pun. Dan... Andy melompat dari balik persembunyian. DOR DORR DORRRR...! Adu tembak terjadi begitu cepat - hanya berjarak tiga meter. El Tigre menjerit menahan sakit, sebuah peluru Andy tepat mengenai lengannya hingga berdarah, pistolnya terlepas. Di depannya Andy berdiri sambill mengarahkan pistol ke jidatnya. Namun, El Tigre dengan gerakan cepat mencabut belati dari balik betisnya dan menusuk ke perut Andy. Andy sangat tenang, dia sudah memperhitungkan segalanya, saat pisau meluncur lurus, tangan kiri bagaikan punya insting, merespons serangan dengan cepat, menangkap pergelangan tangan El Tigre, memelintir, dan menghantam tinju ke rahang lawan. Pisau terlepas, bunyi dentingnya terdengar jelas. Andy kembali mengarahkan pistol ke El Tigre. El Tigre menatapnya dengan bengis, "Kenapa kau tidak menembakku Andi." Andy tak menjawab, ia hanya tersenyum pelan lalu menurunkan senjatanya, ia berbalik melangkah meninggalkan El Tigre yang terluka. El Tigre melihat itu suatu kesempatan. Pada saat Andy berbalik dan melangkah, dengan gerakan cepat ia mengambil pisau yang tergeletak di atas lantai lorong - dengan sisa kekuatan-- ia menerkam ingin menikam Andy dari belakang, tapi-- DORRR! Tanpa berpaling kebelakang, Andy melesatkan satu peluru - tepat--menembus kepala El Tigre. El Tigre tewas dengan kepala berdarah. Andy mendekati tubuh El Tigre yang tak bernyawa lagi, ia berkata pelan setengah berbisik, "Aku telah memberimu kesempatan, tapi kau yang memilih." Tanpa menoleh lagi, Andy berjalan menjauh, menyatu kembali dengan kegelapan malam. Ia tahu bahwa ini hanya awal dari perburuan yang lebih besar, dan Yin Chin tak akan pernah berhenti memburu nyawanya. Tapi, bagi Andy sendiri mengerti bahwa perburuan adalah siapa yang lebih dulu dan lebih cepat, bukan hanya sekedar pesan kematian. ***** BANGKOK, SORE MENJELANG SENJA. Kota itu berdenyut seperti nadi yang tak pernah tidur, dari sebuah hotel bintang lima--seorang pria 35 tahun melangkah cepat keluar dari lift menuju lobi. Di sebelahnya, dua orang pengawal mengikuti langkah dengan tatapan liar menyapu sekeliling hotel. Pria itu adalah Yin Chin bersama dua bodyguardnya. Seorang kurir datang menghampiri Yin Chin. "Maaf, Anda yang bernama Tuan Yin Chin?" Yin Chin menoleh dan mengangguk pelan, "benar. Ada apa?" Kurir itu lalu menjawab, "ada kiriman bunga dan surat kepada Anda, Tuan. Dari seseorang yang tidak memberitahu namanya. Dia katakan bahwa Anda pasti mengenalnya." Salah satu pengawal mengambil bucket dari tangan kurir dan sebuah surat yang tertulis dengan tinta merah : "WAKTU UNTUKMU HAMPIR HABIS. AKU TAHU DI MANA KEBERADAANMU, YIN CHIN. NAPASMU AKAN MENJADI YANG TERAKHIR KETIKA KITA BERTEMU. BERSENANG-SENANGLAH DAHULU, TAK ADA TEMPAT YANG BISA MENYELAMATKANMU. INI ADALAH PESAN... PESAN DARI KEMATIAN." Wajah Yin Chin memerah sambil merobek surat, "Andy... kau mengancamku," desisnya. Lampu-lampu neon memercik berpadu dalam kemilau warna biru, merah dan ungu di sepanjang jalan. Di sebuah gudang dekat pelabuhan, aroma asap rokok dan bau minyak menyebar seperti aroma yang biasa. Di sanalah Yin Chin melakukan transaksi besar--pengiriman senjata ilegal yang akan memperkuatnya sebagai bos sindikat kawasan Asia. Dari kejauhan, berjarak 50 meter, seorang pemuda 25 tahun--Andy Wong--berdiri di atap bangunan yang bersebrangan dari lokasi transaksi. Matanya menembus kegelapan melalu teropong night vision. Ia telah berada di kota itu selama dua hari, menghitung setiap langkah anak buah Yin Chin. Menghapal setiap pergerakan dan mempelajari titik lemah mereka. Malam itu, bukan hanya sekedar misi pembunuhan, tapi malam itu akan menjadi bayangan maut yang membawa sebuah nama yang akan tetap berdiri membawa sebuah PESAN DARI KEMATIAN.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD