“Aku tidak mau tahu, kamu harus pulang, Alesha.” Crish berkata dengan nada penuh ancaman. “Itu salahmu kenapa kamu tidak meminta ijin padaku!”
“Eh,” Alesha yang berada di dalam toilet demi menghindari keingintahuan teman-temannya. Dia merasa serba salah. “Itu... anu...”
“Anu apa?!” Chris menaikkan nada suaranya hingga Alesha berjengit kaget.
“Ini dadakan aku tidak sempat menghubungi kamu.”
“Mau dadakan mau tidak, kamu tetap harus dalam pengawasanku.”
Alesha menjauhi ponsel dari telinganya. “Otoriter sekali dia,” gumamnya tidak percaya akan sikap Chris yang berlebihan padanya.
“Cepat pulang dan jangan banyak protes!”
Ponsel mati sebelum Alesha mengatakan satu huruf pun.
Alesha keluar dari toilet dengan wajah masam. Dia berpapasan dengan wanita berbobot sekitar 85 kg yang daritadi menunggunya di depan pintu toilet sembari memakan cumi krispi.
“Lagi berantem ya?” tanya wanita itu sembari mengunyah cumi krispinya.
“Tidak,” Alesha menggeleng dan segera melesat pergi.
Dia mengambil tas brandednya. “Aku harus pulang, Chris—dia menyuruhku pulang. Bye!”
“Alesha kita baru bertemu sebentar!” teriak Joe yang dibalas acungan jempol oleh Alesha.
“Chris over protectif sekali dia.” komentar Amy.
“Uh, aku tidak bisa membayangkan hidupku dikekang oleh suami.” Clara mengangkat bahu menolak apa yang dilakukan Crish pada Alesha.
“Tapi, kalau suamiku seperti Chris aku tentu menuruti keinginannya asalkan dia memanjakan aku.” Amy tersenyum membayangkan dirinya dimanja Chris.
“Tidak ada yang bisa menolak pesona Christian Grey Dean.” tambah Clara.
“Sayangnya, Chris yang menolak pesona kalian.” Joe membuat kedua sahabatnya memberengut kesal.
Joe terbahak senang melihat ekspresi ngeri dari Amy dan Clara.
***
Christian Grey Dean adalah pria dengan sejuta pesona. Tidak ada yang bisa menolak pesona pria itu termasuk Alesha kalau dia mau jujur pada dirinya sendiri. Keluarga Dean terkenal dengan kekayaan yang berlimpah ruah. Berbagai macam bidang bisnis telah mereka geluti dan di saat Bella dan Chris lahir mereka hanya perlu menikmati kekayaan itu tanpa perlu bekerja keras.
Kakak Chris, Bella tinggal di rumah mewahnya sendiri. Dia sibuk mengurusi bisnis retail dan rumah sakit yang dibangunnya sendiri. Dia baru bercerai dari seorang dokter yang kini memilih mengabdi di pedalaman salah satu negara Asia. Dia beralasan ‘kemanusiaan’ tapi Bella tahu kalau itu hanya alasan omong kosong. Suaminya pergi karena merasa tak sepadan dengan Bella. Bella memiliki anak bernama Alice. Anak pintar yang berusia 8 tahun.
Chris termasuk jenis pria yang sulit didekati. Kalau di luar sana banyak pria yang tidak akan menyia-nyiakan wanita yang memberikan seluruh hidup dan cintanya, Chris sebaliknya. Dia selalu merasa bersalah jika harus mempermainkan wanita. Yang baru diketahui tentang kisah cinta Chris hanya Kathlyn. Namun sesungguhnya ada wanita lain yang jauh berbeda dari Kathlyn. Sangat berbeda yang belum bisa dilupakan Chris.
“Aku pikir kamu sudah di kantor dan sibuk dengan pekerjaan jadi saat Joe menelponku—“
“Siapa Joe?” tanya Chris dengan tatapan mengintimidasi Alesha.
“Temanku.”
Chris melipat kedua tangannya di atas perut. Dia menatap dengan tatapan penuh curiga pada Alesha yang wajahnya mulai memerah. Ada ketakutan yang tidak bisa dibantah Alesha setiap kali Chris menatapnya seperti itu.
“Kamu bertemu dengan Joe saja?” tanya Chris lagi.
“Tidak, ada Amy dan Clara. Kita sahabat baik. Kita berempat.”
Crish hanya menatap Alesha tanpa berkomentar untuk beberapa saat hingga pandangan mata Alesha terkunci. Meskipun pria itu selalu bersikap dingin padanya tapi tak bisa dipungkiri kalau setiap saat menatap wajah pria itu seakan candu bagi Alesha. Tapi dia benci sikap berlebihan Chris padanya.
“Aku tidak melarangmu bertemu teman-temanmu. Tapi, kamu bukan wanita biasa setelah menyandang status Nyonya Dean.” Chris mengatakannya seakan Alesha bukan manusia pada umumnya semacam keturunan alien.
“Di luar sana ada banyak orang yang tidak menyukai aku dan keluargaku. Mereka bisa saja mencelakaimu.”
Alesha terbelalak mendengar perkataan Chris. “Kamu tidak sedang menakut-nakuti kan?”
“Apa aku terlihat sedang berbohong?” kata Chris dengan sebelah tangan dibenamkan di saku celananya.
Dia mendekati Alesha yang—sebenarnya masih tidak percaya dengan perkataan Chris. Mungkin Chris memang hanya menakut-nakutinya saja.
Crish berhenti saat dia berada tepat di samping Alesha. “Aku akan kembali ke kantor dan aku harap kamu menuruti semua perintahku untuk tetap berada di rumah.”
Alesha ingin sekali protes tapi semua keprotesannya hanya bisa tertahan di hatinya.
Chris memiringkan kepala dengan mata menyipit. Dia mendekatkan wajahnya pada wajah Alesha. Alesha pikir Chris akan menciumnya tapi pria itu malah membelai sudut bibir Alesha dengan lembut.
“Apa ini?” tanya Chris mendapati lipstik yang menggumpal di sebelah sudut bibirnya.
“Itu lipstik.” kata Alesha yang sudah menerka kalau Chris mungkin akan menciumnya atau mengatakan sesuatu yang romantis. Sayangnya, terkaannya meleset.
“Ckck! Pakai lipstik saja belum benar.” Chris menggeleng dan dia melanjutkan langkah meninggalkan Alesha.
Alesha terdiam sesaat setelah menyentuh sudut bibirnya yang dibelai lembut Chris. “Apa sih dia ngambil gumpalan lisptik saja lama dengan sentuhan yang—aaaaahhhhh!” Alesha tidak tahu apakah dia senang atau sebal. Tapi yang jelas kedua perasaan itu menyatu di dadanya saat ini.
***
Alesha duduk berhadapan dengan Crish yang mengenakan kaus putih polos. Crish fokus pada ponselnya sedangkan Alesha mencuri pandang pada Chris. Yang jadi sorotan Alesha adalah isi hati Chris. Dia penasaran bagaimana Chris menilainya mengingat pria itu bersikap dingin, tapi seakan selalu saja ada alasan yang membuat Alesha mau tak mau berdekatan dengan Chris. Termasuk memijitnya kemarin lusa. Kalau dipikir-pikir Alesha merasa terjebak di film komedi romantis yang dimainkannya sendiri.
“Ini kopinya, Nyonya.” Naomi memberikan segelas kopi di depan Alesha.
“Terima kasih,” Alesha tersenyum riang.
“Tuan,” Chris mengalihkan tatapan matanya dari layar ponsel ke Naomi.
“Apa?” tanya Chris dengan wajah datar dan dingin yang malah anehnya membuat Alesha meleleh.
“Nyonya Bella tadi menelpon dan bilang dia ingin menitipkan Alice di sini. Nyonya Bella akan pergi ke Swiss selama sebulan penuh.”
“Alice akan tinggal di sini?” tanya Alesha dengan wajah berbinar cerah.
Naomi hanya tersenyum ala kadarnya. “Itu tergantung jawaban Tuan. Apakah Nona Alice boleh tinggal di sini atau tidak.”
“Pasti boleh! Alice kan keponakannya Chris.” Alesha tampak yakin.
“Siapa bilang?” suara Chris yang dingin seakan menjatuhkan Alesa dari kegirangannya akan kehadiran Alice.
Alesha tampak kecewa. “Chris, ayolah ijinkan Alice tinggal di sini bersama kita.” pinta Alesha. Ini pertama kalinya Alesha memohon dan meminta pada Chris selama pernikahan mereka.
“Kamu kembali ke kamarmu saja, Naomi.” Chris mengacuhkan permintaan Alesha.
Setelah Naomi lenyap dari pandangan mata mereka, Alesha tampak kesal. Dia menyesap kopinya dengan perasaan terabaikan.
Dia benar-benar mirip seperti es batu.
“Alice itu bukan anak kecil dengan pemikiran anak kecil pada umumnya. Kamu mau kalau dia bilang pada orang tuaku kalau aku dan kamu tidak tidur dalam satu kamar? Lalu Bella akan mengurusi urusan rumah tangga kita.”
Alesha mengerucutkan bibirnya.
Ponsel Chris berdering. Chris menatap layar ponselnya beberapa saat sebelum dia mengangkat teleponnya. Dia menempelkan layar ponsel ke telinga kiri tanpa berkata apa pun. Matanya menatap Alesha yang menyesap kopi lalu mendelik pada Chris yang menatapnya dengan tatapan—seolah bahaya mengintai Alesha.
Crish bangkit dari kursi kayu eboni. Dia melesat pergi ke arah kamarnya.
“Kenapa sih dia?” gumam Alesha sembari membawa cangkir kopinya dan meninggalkan tempat duduknya.
“Nyonyaaaa!” teriak Naomi. “Ada telepon dari Tuan Elon.” katanya mengarahkan telepon rumah ke arah Alesha yang mendekat.
“Elon siapa?” dahi Alesha mengernyit.
Naomi mengangkat bahu tidak tahu.
“Halo, Alesha di sini.” jawab Alesha di ponsel dengan formal.
“Halo, Alesha.” suara ramah yang seperti tak asing menyapa telinga Alesha.
“Ini siapa ya?”
“Leon, teman Chris. Masih ingat?”
“Oh, Leoooon! Haha, aku kira siapa soalnya kata Naomi dari Elon.”
“Elon?”
“Haha, iya, Elon.”
Chris yang muncul melepaskan telepon dari telinga Alesha dan membanting telepon rumahnya begitu saja hingga Alesha dan Naomi berjengit ngeri.
“Jangan pernah angkat telepon dari Leon!” Chris berkata marah.
Alesha dan Naomi masih tercengang atas apa yang dilakukan Chris.
“Kenapa?” tanya Alesha takut-takut.
“Aku berhak melarangmu tanpa alasan.” lalu Chris melangkah pergi meninggalkannya.
“Sepertinya aku harus masuk ke kamarku, Nyonya. Permisi.” Naomi tampak ketakutan dan memilih tidak ikut campur.
Ada yang aneh.
Leon menelponnya lewat telepon rumah. Dia tidak menelpon Chris dan yang dicari Leon adalah dirinya. Lalu Chris marah dan membanting telepon rumah mereka. Sebenarnya mereka itu teman atau musuh sih?
***