Seline's Mission

1033 Words
Seline menatap Cherly yang tampak kesal sambil menyeruput Avocado coffeenya. Dia sudah bertahan selama lebih dari 1 jam hanya untuk mendengarkan keluh kesah sepupunya tapi sepertinya mood Cherly tidak juga kunjung membaik. "Niat Tante Bella baik banget, Cher. Seharusnya kamu putusin aja si Dean itu dan jadi menantunya Tante Bella." Komentar Seline yang langsung mendapat pelototan dari sepupunya. "Hubunganku dengan Carlie tidak seperti itu." "Bukankah kamu pernah cerita kalau dia pernah menyatakan perasaan padamu saat kalian SMA dulu?" "Itu cerita lama. Lagian siapa yang peduli pada perasaan Carlie. Aku nggak pernah menyukai cowok cengeng itu." Keluh Cherly saat kembali mengingat betapa cengengnya lelaki itu saat mereka masih kecil dulu. "Emang terakhir kalian ketemu dia masih cengeng?" Cherly mengerutkan keningnya. "Sepertinya nggak sih. Dia terlihat agak lebih dewasa. Tapi, aku nggak pernah menyukainya, Lin." Seline menghela nafas panjang. "Nggak ada yang memaksamu untuk menyukai Carlie. Dia juga udah nggak mengejar kamu lagi kan? Poin ceritamu juga lebih ke Tante Bella yang menawarimu untuk bekerja di kantornya kan?" "Dia mungkin nggak cengeng tapi nggak punya semangat juang. Baru juga ditolak sekali. Lagian aku juga nggak pernah ngerasa dia ngejar aku." Gerutu Cherly yang membuat Seline tersenyum sambil mengangkat alisnya. "Kamu tertarik pada Carlie?" Cherly melotot kesal. "Siapa yang bilang seperti itu?" "Baru ditolak sekali dan nggak punya semangat juang. Apa coba maksudnya kalau kamu memang nggak tertarik padanya?" "Nggak usah dibahas lagi." Seline hampir saja tertawa terbahak-bahak tapi gadis itu menahannya mati-matian daripada mendapat omelan yang nggak kunjung berhenti dari sepupunya. "Ya sudah, kita bahas tawarannya Tante Bella. Kamu ambil aja." "Kenapa juga tiba-tiba Tante Bella dan papa mendorongku untuk bekerja?" "Kalau tunanganmu seperti Pieterku tentu saja Om Troy nggak akan khawatir." Cherly terdiam. Dia nggak bisa membela Dean atau mengatakan dengan lantang bahwa Dean sama bucinnya seperti Pieter. Seline sangat tahu hubungannya dengan Dean serta sikap pria itu padanya. Seline menatap sepupunya prihatin kemudian bergerak untuk memeluknya. "Kurasa kamu udah nggak terlalu buta untuk bisa melihat perasaan Dean yang sebenarnya kan?" Tanya Seline pelan kemudian melepas pelukannya dan menatap Cherly serius. "Kalau masih bisa, lepaskan saja cowok b******k itu sekarang, Cher. Kamu cantik dan menarik. Lagipula sebenarnya banyak yang tertarik padamu tapi matamu hanya tertuju pada Dean. Nggak peduli sebobrok apapun sifatnya, sekasar apapun sikapnya padamu, matamu tetap hanya tertuju padanya. Kamu berhak untuk bahagia dan mendapatkan yang terbaik." "Aku sungguh mencintainya, Lin." "Aku tahu. Kurasa semua orang juga bisa melihat betapa besarnya cintamu untuk Dean. Tapi, pernikahan butuh cinta dan komitmen dua orang, Cher. Bukan cuma cinta dan komitmenmu. Seumur hidup terlalu panjang dan akan sangat melelahkan kalau hanya kamu yang berjuang seorang diri." "Aku punya dua saran untukmu." Tambah Seline yang langsung menarik perhatian Cherly. "Apa?" "Pertama, bekerjalah di kantor Tante Bella. Atau, yang kedua, kamu bisa berkenalan dengan Achiel, sepupu Pieter. Dia bilang padaku kalau dia tertarik padamu." Cherly mengernyitkan dahinya nggak suka. "Aku nggak akan pernah mengkhianati Dean." Seline memutar bola matanya kesal. "Ya, terserah padamu. Kalau begitu, ambil saja tawaran Tante Bella. Siapa tahu kalau kamu sudah bekerja, kamu bisa berpikir lebih logis." "Siapa tahu kamu lebih mudah move on. Atau, terjebak pada romansa perkantoran misalnya." Tambah Seline yang membuat Cherly lebih bete lagi. "Udah ah aku pulang aja. Kamu makin nyebelin aja." Ucap Cherly kesal lalu berjalan keluar dari cafe. "Yah.. ngambek lagi kan tuh anak." Gumam Seline sambil menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat mobil Cherly melaju meninggalkan area parkir cafe. Tangan Seline bergerak mengambil ponselnya yang ada di dalam tas. Dia menelpon Omnya alias papa Cherly. "Halo, Om." "Bagaimana?" Seline terkekeh. "Kalau sekali coba langsung berhasil mungkin Cherly bukan anak Om." Jelas Seline seenaknya tapi tetap saja mengundang tawa Troy. "Om akan anggap itu sebagai pujian." "Dia sepertinya masih bersikukuh nggak mau ngambil tawaran Tante Bella, tapi kurasa dia mau untuk mempertimbangkannya. Yang nggak ada dalam pertimbangannya adalah ideku untuk menjodohkan dia dengan sepupu Pieter." "Lamaran Bella saja selalu ditolaknya." Seline tertawa. "Dia cinta mati sama Dean, Om." "Itu juga yang Om sama sekali nggak ngerti. Apa yang sebenarnya dia lihat dari cowok itu?" "Hm.. pada akhirnya aku harus mendengarkan curhatan Om juga kah?" "Nggak perlu. Tapi, inget terus bujuk Cherly untuk mengambil tawaran Bella entah itu bekerja dengan Bella atau malah menjadi menantu Bella." "Aku jadi penasaran pada Carlie. Sayangnya, kami nggak pernah bertemu secara langsung. Aku hanya mendengar cerita tentangnya dari Cherly." Di seberang telepon, Troy menaikkan alisnya. Dia tampak tertarik mendengar penjelasan Seline. "Memangnya apa yang diceritakan Cherly padamu?" "Carlie yang cengeng. Carlie yang pernah menyatakan cinta padanya saat SMA dulu. Hanya itu yang kuingat." "Carlie pernah menyatakan cinta pada Cherly?" "Iya. Itu yang dikatakan Cherly. Tapi, setelah Cherly menolaknya, kurasa mereka nggak lagi berhubungan." "Ah.. begitu rupanya. Jadi itu penyebab mereka nggak lagi berkomunikasi." Gumam Troy. "Apa, Om?" "Nggak. Lupakan. Ya sudah. Makasi ya untuk bantuanmu, Lin. Ingat untuk kembali membujuk Cherly sampai berhasil." "Tenang aja. Yang penting jangan lupa ngasi transferan ke rekening Seline." "Kamu memang mirip mamamu." Keluh Troy. "Nanti Om akan minta Ervin untuk mentransfer uang ke rekeningmu." "Oke. Seline tunggu ya, Om." Ucap Seline lalu menutup telpon. Tatapan Seline beralih pada dua pria tampan yang tengah berjalan ke arahnya. Gadis itu melambaikan tangannya antusias yang dibalas dengan senyuman oleh salah seorang pria tampan itu. "Hai, honey." Sapa Pieter lalu memberikan kecupan ringan di bibir Seline kemudian mengambil tempat duduk di samping kekasihnya. Tatapan Seline kini beralih pada cowok tampan blasteran Eropa yang kini tengah celingukan ke area cafe, seperti sedang mencari seseorang. Tentu saja Seline sangat tahu siapa yang sedang dicari oleh Achiel. Bahkan sebenarnya, dia yang tadi menginfo Achiel kalau dia sedang bersama Cherly. "Kamu telat, Chiel. Cherly udah balik." Jelas Seline yang langsung mendapat helaan nafas dari Achiel. "He took time too long." Keluh Achiel sambil menatap Pieter kesal. "You'll need give more effort to get Cherly's heart. She love his fiancee too much." "I love challenge." "Playboy!!" Umpat Pieter. Seline menatap tunangannya kemudian tatapannya beralih pada Achiel yang hanya menyengir menanggapi umpatan Pieter. Melihat tatapan mata Achiel, sepertinya Seline harus mengubah rencananya untuk menjodohkan Achiel dengan Cherly. Bisa-bisa Omnya akan membunuhnya jika dia berani mengenalkan Cherly pada pria b******k lainnya. Bayangkan itu sama saja melepaskan Cherly dari singa tapi langsung menjebloskannya ke kandang buaya, yah.. buaya darat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD