Amira menatap sebuah tanah pemakaman yang masih merah, menandakan jika pemakaman ini baru saja di buat, di atasnya terdapat nisan yang bertuliskan nama adiknya. Yang membuat Amira merasa sakit adalah, bagaimana bisa dia tak tahu jika adiknya telah tiada, bagaimana bisa Frans menyembunyikan tentang kematian adiknya, Amira bahkan tak bisa melihat wajah adiknya untuk terakhir kalinya. Amira jatuh terduduk dengan lemas, tak dia pedulikan tanah basah yang baru saja di guyur hujan mengotori pakaiannya. "Rendra." tangan Amira menyentuh nisan adiknya "Maafin mbak," lirihnya. Janjinya untuk menjaga adiknya tidak terlaksana. Amira mengusap seluruh permukaan tanah yang kini menenggelamkan adiknya, air matanya mengalir deras tak dapat di bendung dengan rasa sesak yang amat menghantam hatinya, Frans

