Menerima Takdir

1226 Words
Di saat remaja seusianya sudah memiliki mimpi dan berencana untuk merancang semua mimpi tersebut, Ae Ri adalah salah satu dari banyak remaja yang harus menguburkan mimpinya dalam-dalam. Menjadi seseorang yang selalu dianggap tidak bisa bukanlah hal mudah untuk Ae Ri, terlebih ibunya sendiri pernah mengatakan itu secara langsung pada Ae Ri bahwa ia tidaklah becus dalam melakukan apa pun. 'Pujian yang sebenarnya bukanlah saat kamu bersekolah dan berprestasi, tapi pujian sebenarnya adalah ketika kamu bisa survival di kehidupan yang sulit ini' Kalimat itu tampaknya menyadarkan Ae Ri bahwa apa yang dahulu ia dengar semasa sekolah bukanlah sesuatu yang harus dibanggakan, pujian tersebut hanyalah awal dari hinaan jika dirinya tidak bisa bertahan di kehidupan yang sangat kejam ini. Ae Ri menghela nafasnya pelan, langkah kakinya berhenti. Ia mencoba melepaskan high heelsnya yang membuat dirinya tidak bisa berjalan begitu leluasa. "Huft, aku bodoh mempercayai Jung Hwa untuk menjadi mucikari, ia memang tidak pernah becus dalam memilihkan tamu," Ucap Ae Ri pelan kemudian duduk di bangku jalanan sambil melihat kendaraan yang sibuk berlalu lalang. Kota seoul memanglah indah, namun sangat keras mendidik warganya. "Ayo pulang, ini sudah malam," ucap seseorang yang tiba-tiba saja sudah muncul di hadapan Ae Ri. Wajah gadis itu tampak terkejut, matanya menatap Pria yang berada di hadapannya saat ini. "Pergilah, aku bisa jalan sendiri," ucap Ae Ri dengan wajah masam, ia mengalihkan pandangannya menatap aspal jalan raya tersebut. Rasanya aneh sekali melihat Han yang tiba-tiba perhatian padanya seperti ini. Ia tidak boleh mempercayai Han begitu saja, pastilah lelaki itu ingin mengambil keuntungan darinya melalu transaksi dengan Jung Hwa. "Waktu bisa mengubah segalanya, orang jahat tidak akan jahat selamanya, begitu pun sebaliknya, tidak pernah ada yang abadi," ujar Han sambil duduk di samping gadis itu. Rasanya memang terdengar bijak ditelinga ucapan Han tadi, namun Ae Ri tidak akan pernah memaafkan Han begitu saja. Han adalah penyebab kedua orang tuanya hancur, Han adalah penyebab ibunya menjadi stress dan terus memaki dirinya sepanjang hari, itu sudah cukup untuk Ae Ri membuktikan bahwa Han tidak ada tempat lagi dihatinya untuk dimaafkan. "Dan aku harap kau tidak lupa bahwa keluargaku hancur karenamu dan kedua orang tuamu yang serakah itu," ujar Ae Ri dengan mata yang sudah berair, sedikit lagi saja pastilah air mata itu meluncur cepat ke pipinya. "Aku masih ingat, maka dari itu aku ke sini karena ingin membayar dan menebus segalanya, aku kembali untuk menebus kesalahanku dan kedua orang tuaku," kata Han dengan kepala yang tertunduk. Ae Ri melirik Han dengan wajah sedih, ia tidak boleh lemah pada Han, ia harus sadar Han bukanlah yang dulu bisa ia percaya, Han bukan lagi teman. Ae Ri harus sadar bahwa masa mereka telah berlalu begitu lama sejak kejadian itu. Mereka bukan lagi sesuatu yang harus dipersatukan, gadis itu berharap bahwa Han dapat mengerti keadaannya. "Kamu memang bisa datang kembali membawa banyak uang dan permintaan maaf, namun kamu tidak bisa membeli waktu untuk mengembalikan masa yang telah hancur," ucap Ae Ri kemudian berdiri, ia menatap Han dengan mata yang berkaca-kaca. Ia harap bahwa ini terakhir kalinya ia melihat Han dihidupnya. "Jangan pernah kembali ke hidupku lagi dan anggaplah kejadian itu tidak pernah terjadi, mari bantu aku melenyapkan masa lalu yang buruk." Setelah itu Ae Ri melanjutkan perjalanannya tanpa alas kaki, dalam perjalanan ia tampak menahan tangisnya yang terasa sangat ingin pecah saat ini. Han menatap Ae Ri dari kejauhan dengan rasa penyesalan yang dalam, ia menyesal dulu ia terlalu menuruti perkataan kedua orang tuanya, sehingga ia menghancurkan orang yang berharga untuknya. Ae Ri mengerjapkan matanya beberapa kali agar tidak menangis di jalanan seperti ini. Namun rasanya ia sudah tidak kuat menahan kesedihannya yang ia tanggung saat ini. "Ae Ri!" Panggil seseorang yang suaranya sangat familiar ditelinga Ae Ri. "Jung Hwa!" ucap Ae Ri dengan wajah senang sambil menghampiri Jung Hwa yang berada di mobil berwarna hitam Di dekatnya. "Naiklah!" ucap Jung Hwa mempersilakan Ae Ri untuk segera menaiki mobilnya. Gadis itu melihat ke dalam ada seseorang lagi selain Jung Hwa di dalam mobil tersebut. Ae Ri mengangguk kemudian membuka pintu mobil dan memasuki mobil itu dengan wajah sungkan karena ada seseorang di samping Jung Hwa yang tidak ia kenal sebelumnya. Di dalam perjalanan tidak ada percakapan diantara mereka, sepertinya Jung Hwa juga paham bahwa Ae Ri sedang risih dengan keberadaan wanita di samping Jung Hwa saat ini karena mereka tidak saling mengenal. Sebenarnya Ae Ri sendiri tidak terlalu memusingkan siapa yang berada di samping pria itu, namun sepertinuya Jung Hwa terlalu memikirkan itu hingga suasana menjadi sangat kaku saat ini. "ah, iya aku sampai lupa memperkenalkan kalian. Ini namanya Hye Mi, teman baru kita, Hye Mi perkenalkan itu adalah Ae Ri, yang baru saja mendapat tamu super istimewa," ujar Jung Hwa dengan mata berbinar-binar. Ia sangat senang malam ini karena mendapat banyak sekali uang dari Han. Kedua perempuan itu hanya saling melirik tanpa senyum, Ae Ri maupun Hye Mi tidak begitu peduli tentang perkenalan itu. Melihat betapa dinginnya kedua orang tersebut membuat Jung Hwa menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia benar-benar tidak tahu bahwa reaksi mereka akan sedingin ini. "Oh baiklah, kalian ini memang tidak ramah," ucap Jung Hwa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak butuh waktu yang lama, mobil tersebut telah berhenti di sebuah apartemen. Ya, tentu saja Jung Hwa mengantarkan Ae Ri terlebih dahulu karena ia tahu pasti perempuan muda itu sangat lelah malam ini. "Terima kasih," ucap Ae Ri singkat sambil melihat mobil Jung Hwa yang perlahan menjauh dari hadapannya. Ae Ri menghela nafasnya pelan kemudian memasuki apartemen yang terlihat sudah sepi. Kamarnya berada di lantai lima, Ae Ri pun memaksakan sepasang kakinya untuk terus berjalan untuk sampai ke kamar yang nasih sangat jauh itu. Jarinya pun menekan tombol lift yang akan membawanya sampai ke lantai 5, namun ia terkejut ketika pintu lift terbuka menampakkan seseorang yang sedang ia hindari saat ini, Hyuk penagih hutang yang muncul tiba-tiba dihadapannya. Kaki jenjang milik Ae Ri perlahan mundur bersiap untuk lari, sedangkan matanya masih fokus pada Hyuk yang berada di hadapannya saat ini. "Wah, nona. Kebetulan kita bertemu di sini, sepertinya kau tampak ketakutan karena hutang orang tuamu yang masih sangat banyak," ucap Hyuk tersenyum menyeringai. Jantung Ae Ri benar-benar sangat berdegup kencang saat ini. Ingin lari, namun kakinya seperti sulit diajak kompromi. Malah disaat-saat seperti ini kaki Ae Ri kram. "A-aku akan segera membayarnya, kau tidak perlu khawatir," kata Ae Ri mencoba bernegoisasi. Hyuk tersenyum miring mendengar perkataan Ae Ri yang terdengar seperti menenangkan agar dirinya tidak mengamuk. "Aku tahu, kamu tidak akan bisa membayar hutang orang tuamu yang begitu banyak. Dan aku juga tahu pekerjaanmu sekarang, jadi layanilah aku maka semua hutang orang tuamu aku anggap lunas," ucap Hyuk sambil perlahan mendekati Ae Ri. Tentu saja tawaran tersebut sangat menggiurkan mengingat pekerjaan Ae Ri sebagai wanita penghangat ranjang, tentu saja hal seperti itu sangatlah mudah. Ae Ri menggeleng cepat, walaupun ia bekerja sebagai wanita penghangat ranjang, namun dirinya tidak ingin membayar hutang dengan cara seperti itu. "Aku akan membayarnya dengan uang bukan dengan tubuhku. Jadi, pergilah kasih aku waktu untuk membayar lunas hutang kedua orang tuaku," ucap Ae Ri sambil mengalihkan pandangannya melihat sekitar yang sangat sepi. "Argh! Lepaskan!" seru Ae Ri berteriak ketika Hyuk dengan cepat menangkap tangannya dan menyeret untuk memasuki lift. Ae Ri sekuat tenaga berusaha melepaskan pegangan dari tangan Hyuk yang sangat kencang itu. "Berhenti!" teriak seseorang yang membuat Hyuk dan Ae Ri menghentikan aktivitasnya. Mata Ae Ri benar-benar sudah berair siap untuk menangis sekencang-kencangnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD