Anastasya berkutat dengan laptopnya di kantin kantor sambil makan kentang goreng dengan saus tomat favoritnya. Sebelah tangannya menggenggam ponsel berbicara dengan sesekali tertawa. Mengeluhkan tentang uang yang didapatnya dari bekerja sebagai karyawan salah satu perusahaan swasta yang hobi sekali memotong gajinya hanya karena dia terlambat satu menit.
“Aku benar-benar sebal, Emma. Di sini terlalu patriarki. Kamu tahu aku tidak boleh melepas kemejaku saat kerja.”
“Hahaha,” Emma terbahak di sana. “Untuk apa kamu melepaskan kemejamu?”
“Hei, aku mengenakan kaus, aku lebih merasa bebas bekerja dan bebas bergerak. Kemeja-kemeja ini kan sudah lama dan tubuhku sudah mulai Melebar.”
“Apa hukumannya kalau kamu nekat membuka kemejamu.”
“Surat peringatan dua. Aku sudah melakukan kesalahan pertama dan dua kali aku melakukan kesalahan lagi, aku akan dipecat.”
Anastasya yang tidak sengaja menoleh ke arah kanan melihat bosnya—James sedang melihatnya. Mata mereka bersitemu untuk beberapa saat hingga suara Emma menyadarkannya.
“Emma,” kata Anastasya setelah membuang wajah karena James masih saja menatapnya. Tatapannya aneh seperti sedang menyelidikinya.
“Ya,” sahut Emma.
Anastasya berbisik. “Bosku—James sedang menatapku dari tadi.” Anastasya menoleh kilat pada James yang masih menatapnya.
“Oh ya? Sepertinya dia naksir ya?” terka Emma.
“Hah? Astaga dia sangat misterius, Emma dan sangat-sangat dingin. Dia selalu menganggap dirinya lebih tinggi. Selalu mengabaikan karywannya yang ramah. Dia benar-benar menyebalkan sekali. Sungguh!”
“Halo, kamu kan baru di sana, bagaiman kamu bisa tahu?”
“Para karyawan di sini hobi membicarakannya.”
“Benarkah?”
“Iya, mereka bilang padaku kalau aku melihat James lebih baik pura-pura tidak tahu karena kalau kita tersenyum dia akan membuang wajah.”
“Wow! Apa dia tampan?” Emma mulai penasaran dengan James.
“Sangat. Matanya biru gelap, hidungnya bagus sekali, rambutnya rapih, tinggi dan—“
“Dan apa?”
“Ya, aku suka warna matanya.”
“Hmmm, kupikir ada lagi. Mungkin karena dia muak didekati para karyawannya makanya dia jadi seperti itu.”
Anastasya kembali menoleh ke arah James dan James sudah menghilang.
“Anastasya?”
“Emma, James sudah tidak ada. Dia menghilang, Emma. Astaga, jangan-jangan dia mendengarkan percakapan kita.”
“Memangnya tempat dudukmu dekat dengan James?”
Anastasya menggeleng seakan Emma dapat melihatnya. “Tidak. Tapi, aku takut kalau dia tahu aku sedang membicarakannya.” Anastasya mulai khawatir.
Terdengar helaan napas Emma di sana.
“Apa James lebih tampan dari Noah?” tanya Emma.
“Iya, tapi Noah itu pria yang aku mau sejak pertama kali aku melihatnya.”
“Baiklah, aku rasa perbincangan kita hari ini harus diakhiri karena aku ada kerjaan baru yaitu menggambar—“
“Gambar apa?”
“Apakah bosmu bernama James MacLachlan?”
“Iya, kamu tahu?” Anastasnya mengernyitkan dahinya.
“Ada klien bernama Suzanne dan dia memintaku membuatkan ilustrasi James MacLachlan sebagai kado ulang tahunnya minggu depan.”
“Oh, itu mungkin pacarnya.”
“Bukan,” sanggah Emma.
“Siapa memangnya?”
“Adiknya. Suzanne MacLachlan.”
Anastasya terdiam mendengar pemberitahuan Emma tentang adik James. Dia tak pernah tahu mengenai kehidupan pribadi James, tapi tak pernah terdengar kalau James memiliki adik bernama Suzanne MacLachlan. James adalah pribadi yang misterius.
“Anastasya,” wanita berusia 32 tahun memanggilnya.
“Ya, Sam,” sahut Anastasya.
“Bos memanggilmu untuk masuk ke dalam ruangannya.”
Jantung Anastasya berdegup kencang. Dia curiga pemanggilan ini berurusan dengan topik pembicaraannya dengan Emma.
“Sekarang, Anastasya!” kata Samantha dengan anda tinggi karena Anastasya tampak melamun.
“Oke!”
“Hei,” Samantha mendekati Anastasya dan berbisik, “Aku dengar asistennya dipindahkan sebagai staf keuangan di posisimu.”
Dahi Anastasya mengernyit heran. Pikiran negatifnya menyala-nyala di kepala anastasya. Itu tandanya posisinya saat ini tergantikan oleh asisten bosnya.
“Apakah maksudmu aku dipecat.”
Samantha hanya mengangkat bahu.
***
Apakah aku dipecat?
Adalah pertanyaan yang terus-terusan membayangi Anastasya semenjak Samantha membicarakan asisten James yang dipindah tugaskan mengganti posisinya. Ya, James punya hak untuk langsung melakukan pemecatan atau pemindahan tugas, jabatan atau apa pun itu tanpa prosedur. Karena dia satu-satunya pemilik perusahaan yang bergerak di bidang properti tersebut. Tapi, setega itukah James pada Anastasya karena Anastasya membicarakannya lewat telepon dengan Emma? Itu bisa saja mengingat James adalah sosok pria dingin misterius dengan masa lalu yang tidak diketahui siapa pun. James seperti muncul di Bumi begitu saja. Berbagai media mencari tahu asal keluarganya tapi nol besar. Dia sudah seperti selebritis yang diburu media.
Anastasya duduk dengan tegang di hadapan James. Wajah pria itu makin tampan kalau dilihat dari dekat. Ini pertama kalinya Anastasya berada di ruang kerja James yang sangat nyaman. Meskipun bekerja di satu kantor dengan James tapi Anastasya nyaris tak pernah berkomunikasi dengan James apalagi dia baru beberapa bulan ini bekerja di kantor James.
“Anastasya Sneden?” kata James menatap Anastasya dengan mata biru gelapnya.
“Iya, Pak. Saya Anastasya Sneden. Baru beberapa bulan ini bekerja di perusahaan Anda.” Jawab Anastasya berusaha mencairkan suasana yang begitu kaku antara dirinya dan James.
“Oh,” gumam James seperti memikirkan sesuatu.
Anastasya tidak bertanya lebih lanjut. Berbahaya kalau dia bertanya lebih lanjut mengenai kenapa James mempertanyakan nama belakangnya.
“Oh ya, aku memindahkan posisi asistenku ke staf keuangan.”
Jeda sejenak.
Anastasya menelan ludah.
“Mulai besok kamu menjadi asisten saya di sini.”
Pernyataan James sukses membuat Alesha membelalakan matanya. Kedua daun bibirnya terbuka. Apakah ini semacam omong kosong atau apa? Bagaiman mungkin seorang staf keuangan baru menjadi asisten seorang presiden direktur di perusahaannya sendiri?
“Apa saya—“
“Ya, besok kamu mulai bekerja di ruangan ini. Jam delapan pagi sudah harus ada di dalam ruangan. Silakan keluar.”
Anastasya merasa seperti diberi perintah aneh oleh James. Ini semacam mimpi di siang bolong. Asisten bos? Seorang pria dengan masa lalu misterius yang tak pernah terungkap memintanya untuk menjadi asisten dan memindah tugaskan asisten lamanya.
***
Anastasya hanya terdiam di dalam ruangannya. Dia tidak berkata apa-apa pada rekan kerjanya. Dia hanya fokus pada laptopnya seakan tidak ada apa-apa. Biar semua tahu besok saja. Kenaikan jabatan seperti ini tentu membuat rekan kerjanya curiga. Staf keuangan yang baru bekerja beberapa bulan menggantikan posisi asisten yang bekerja selama dua tahun? Mungkinkah ini sebuah keberuntungan bagi Anastasya?
Selesai mandi, Anastasya membuat kopi di cangkir peninggalan kakeknya. Cangkir itu berwarna putih dengan tulisan ‘happy’ mungkin inilah sebab alamarhum kakeknya selalu bahagia. Dia mengagumi kata bahagia dan mengatakan bahwa setiap hari dia selalu bahagia. Baginya, semua yang dimiliki di hidupnya adalah berkat. Bagi Anastasya, kakek adalah inspirasinya dalam hidup. Meskipun sering kesal dan mengalami kesialan yang tak berujung dari siang tadi dia mendapatkan berkat istimewa sebagai asisten bosnya—James.
Kakek bilang di setiap situasi dan keadaan kita harus memilih berpikir positif apa pun yang terjadi, tapi Anastasya tak habis pikir saat kedua orang tua dan kakaknya meninggal akibat kecelakaan pesawat saat mereka hendak liburan ke Jepang. Semua penumpang berserta kru pesawat dinyatakan meninggal. Saat itu Anastasya tidak ikut karena kakek berjanji akan membuatkannya rumah di atas pohon. Kehilangan tiga orang yang paling disayanginya di dunia benar-benar membuat Anastasya hancur. Dia mengurung diri di kamar hingga berbulan-bulan lamanya. Dia enggan pergi hanya untuk bermain hingga kakek mengenalkan Anastasya dengan gadis periang—Emma. Dan sampai sekarang persahabatan mereka masih terjalin dengan baik. Dengan sangat baik karena sepeninggal kakek, Emma sering menginap di rumah Anastasya.
Banyak yang bilang kalau apa yang terjadi pada kedua orang tua Anastasya adalah karma karena mereka pernah berbuat curang dan membuat satu keluarga harus kehilangan harta bendanya. Anastasya sempat memikirkan soal karma yang orang-orang katakan tapi kakek bilang orang tua Anastasya adalah orang baik. Kematian adalah takdir yang tidak bisa diubah.
Ponsel Anastasya berdering.
“Halo, Emma.”
“Anastasya, bisakah kamu menjemputku di tempat kerjaku? Aku tidak bisa pulang mobilku tiba-tiba tidak bisa dinyalakan aku tidak tahu ini kenapa.”
“Oke, aku akan ke sana sekarang dengan—“ Anastasya menatap motif piyama yang dikenakannya. “piyama Winnie The Pooh.”
“Hahaha, segera tolong!”
Lima belas menit berlalu dan kini Anastasya berada di depan ruko tempat Emma bekerja. Dia mencepol rambutnya asal dan membiarkan poninya bertengger di dahinya. Dia mengabari Emma kalau sudah berada di depan ruko.
Selang beberapa detik Emma muncul dan masuk ke dalam mobilnya.
“Antar aku ke alamat ini?” Emma menyodorkan alamat di sebuah kertas yang berisi tulisan tangan.
Dahi Anastasya mengernyit membaca alamat yang tertera di kertas itu. “Itu kan alamat kantorku?”
“Alamat kantormu?”
Anastasya mengangguk. “Memangnya kamu mau bertemu siapa?”
“Valks.”
Dahi Anastasya kembali mengernyit. “Setahuku tidak ada yang namanya Valks di kantor. Apa nama lengkapnya?”
“Hanya ditulis dengan nama Valks.”
Anastasya terdiam sementara dan mencoba mengingat-ngingat kembali nama Valks.
“Aku rasa tidak ada yang bernama Valks. Memangnya kamu mau apa ke sana?”
“Tunggu, sepertinya aku pernah membaca nama Valks deh, dimana ya. Daftar klien.” Emma sibuk dengan ponselnya tanpa menjawab pertanyaan Anastasya. Jarinya berhenti bergerak dia atas layar ponsel saat menemukan nama yang dicari.
“James Valks MacLachlan,” gumamnya.
“James MacLachlan? Itu nama bosku.”
Keduanya saling menatap dalam diam.
“Dia salah satu klienku selain adiknya. Tapi dia selalu menyebut dirinya dengan nama Valks. Sepertinya nama Valks itu nama tengahnya.”
“Memangnya dia memesan kamu menggambar wajahnya?”
Emma menggeleng. “Aku sudah membuat ilustrator sebuah poto keluarga tahun 90-an. Aku tidak bisa membukanya karena sudah aku bungkus.” Emma memperlihatkan bungkusan berukuran besar yang ada di atas pahanya.
“James masih ada di kantor? Malam-malam begini dia masih di kantor? Aneh! Benar-benar pria misterius.”
“Kebetulan sekali ya aku akan bertemu pria yang dibicarakan para karyawannya, haha!”
Anastasya menyalakan mesin mobilnya dan dengan rasa penasaran yang tinggi dia mengendarai mobilnya cepat-cepat untuk melihat James yang masih di kantor.
***