Empat Puluh Empat.

1208 Words
Pras terlebih dulu mampir ke rumah sebelum dia harus kembali lagi ke rumah sakit. Sudah beberapa hari ini rumah dapat dipastikan dalam keadaan kosong. Dia dan semua orang rumah ikut menemani Laras di rumah sakit. Pras memasuki motor matic bongsor kesayangannya ke pekarangan rumah. Belum sampai lebih dekat ke rumah, ia dapat melihat ada seseorang yang dia kenal duduk di teras rumah seperti menunggu kedatanganya. Mbah Darmi terlihat berdiri dari duduknya saat melihat Pras dengan motornya memasuki pekarangan rumah. Pras melemparkan senyumnya kepada wanita berusia senja di hadapannya itu. Mbah Darmi terlihat memberikan hormatnya walau pada Pras yang jauh lebih muda darinya. "Si mbah sudah lama di sini?" Tanya Pras. "Belum terlalu lama, mas. Si mbah sudah dua kali datang ke rumah, tadi pagi dan sore ini. Tadi pagi mbah datang tapi tidak ada orang di rumah. Maka dari itu sore ini mbah datang lagi, mbah pikir sudah ada orang tetapi ternyata rumah masih dalam keadaan kosong." Ucap mbah Darmi. "Tapi kok mas Pras datang sendiri? Kemana yang lain?memang ibu dengan mbak Laras sudah pulang ke Bogor?" Tanya mbah Darmi sambil menengok kiri kanan belakang Pras. "Ibu dan Laras belum pulang, mbah. Tetapi sekarang Laras sedang di rawat di rumah sakit. Sudah beberapa hari ini. Aku, Rai dan juga ibu tidur di sana menemani Laras." Pras memberitahukan keadaannya pada mbah Darmi. "Ya Allah, kok bisa mas? Kenapa mbak Laras bisa masuk rumah sakit, sakit apa mbak Laras, mas?" Mbah Darmi tentu terkejut setelah mendapat berita dari Pras. Baru beberapa hari dia tidak datang, dia sudah banyak tertinggal informasi. " Tidak apa - apa, mbah. Si mbah tak perlu khawatir. Tidak lama lagi Laras juga sudah boleh pulang. Sekarang aku datang hanya untuk mengambil beberapa baju ganti untuk Rai dan Ibu. Jadi untuk sementara si mbah juga istirahat saja di rumah ya. Mbah juga kan baru pulih dari sakit." Ucap Pras pada mbah Darmi. " Ya, mas, jika begitu keadaannya. Kira - kira sekarang apa ada yang perlu si mbah bantu? Biar mbah bantu mas Pras menyiapkan apa - apa yang akan dibawa ke rumah sakit." Mbah Darmi menawarkan diri. "Boleh, mbah. Si mbah bisa bantu saya mengemas beberapa makanan ringan yang ada di dapur untuk saya bawa ke rumahan sakit. Sedangkan saya akan menyiapkan baju - baju salin untuk Rai dan ibu." Ucap Pras meminta bantuan pada mbah Darmi. " Iya, mas. Baik akan si mbah siapkan." Mbah Darmi dengan sigap segera melaksanakan apa yang Pras minta. Pras dan mbah Darmi sibuk di tempat yang berbeda dengan kesibukan masing - masing. Tidak butuh waktu lama mereka berdua telah selesai dengan tugasnya Masing-masing. Sebelum memutuskan untuk kembali ke rumah sakit, Pras sudah lebih dulu mandi dan berganti pakaian. Sebelumnya dia juga sempat merebahkan badannya sejenak di atas tempat tidur, meluruhkan lelah yang menggelayuti tubuhnya. Beberapa hari ini menginap di rumah sakit tentu tidaklah begitu enak, badan terasa sakit dan letih. Walaupun kamar rumah sakit yang ditempati oleh Laras sangatlah nyaman. Setelah memastikan rumah dalam keadaan aman untuk ditinggal, Pras pun bersiap kembali ke rumah sakit. " Mbah, aku berangkat ke rumah sakit sekarang. Si mbah lebih baik pulang dulu saja yah. Nanti jika aku dan Rai sudah pulang. Aku akan datang ke rumah mbah untuk memberitahu." Ucap Pras. "Iya, mas, si mbah sepertinya pulang saja dulu. Jangan lupa kabari si mbah ya, mas! Semoga mbak Laras cepat pulang." Sahut mbah Darmi. Mbah Darmi dan Pras keluar dari rumah dengan menjinjing beberapa barang bawaan. Pras kembali mengunci rumah dari luar. Di situ mereka pun berpisah. Tawaran Pras untuk. Mengantar mbah Darmi lebih dulu ke rumahnya, di tolak secara halus oleh mbah Darmi. Akhirnya mereka pun berpisah di halaman rumah. Pras berlalu dengan motor kesayangannya sedangkan mbah Darmi berjalan kaki berbelok ke dalam gang kecil yang menuju ke arah rumahnya. Langit sudah mulai menguning saat Pras meninggalkan rumah. Waktu memang hampir masuk maghrib, kemungkinan Pras akan sampai di rumah sakit lewat dari maghrib. Saat memasuki malam hari seperti ini, suasana rumah sakit menjadi lebih sepi dibanding saat pagi hari. Saat pagi hari saat ia meninggalkan rumah sakit untuk berangkat bekerja. Rumah sakit sudah mulai ramai, banyak pasien berdatangan dari subuh. Rata - rata mereka yang berdatangan dari pagi untuk mendapatkan nomer antrian awal untuk berobat ke berbagai poli. Rumah sakit tempat Laras dirawat ini, merupakan salah satu rumah sakit terbesar di kota ini. Banyak pasien yang berdatangan untuk berobat setiap harinya. Dari kebanyakan mereka ya g datang adalah pasien yang sudah tetap dan rutin datang setiap bulan. Ruangan Poli yang penuh saat pagi tadi, sore ini terlihat sangat lengang. Bahkan apotik yang biasanya penuh antrian sekarang hanya buka setengahnya. Apotek yang buka setengah lagi hanya untuk melayani pasien yang sedang mendapatkan perawatan inap. Hanya beberapa petugas rumah sakit dan suster jaga yang diam di tempat jaganya masing - masing. Pras melewati lorong rumah sakit yang sangat sepi, terlihat ada dua penjaga keamanan yang berdiri di ujung lorong. Pras sempat melemparkan senyum saat melewati keduanya. Pras memasuki paviliun tempat Laras di rawat. Saat membuka pintu kamar rawat bertuliskan nama cempaka, nampak ibu dan Rai sedang mengelilingi Laras yang terlihat mulai ceria. Laras sudah duduk dari barangnya. Dua hari kemarin bahkan Laras sama sekali tidak bisa duduk. Tubuhnya begitu lemas tak bertenaga. Bersyukur kemajuannya terlihat begitu signifikan hari ini. "Assalamu'alaikum" "Waalaikumsalam." Ketiganya dengan kompak menjawab salam yang Pras ucapkan. "Ya Allah, seneng banget mas liatnya, Laras sudah bisa tertawa lagi." Laras tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh kaka laki - lakinya itu. " Kamu jadi pulang dulu ke rumah, mas?" Tanya Rai, memastikan suaminya pulang dan membawa barang - barang titipannya. " Iya, tadi aku mampir ke rumah sebelum ke sini." Jawab Pras. "Oh iya, tadi waktu mas sampai rumah, ada mbah Darmi menunggu di depan rumah. Rupanya si mbah bolak - balik mencari kita. Sekalian saja tadi mas bilang agar si mbah istirahat dulu di rumah selama Laras masih di rawat di rumah sakit." Tutur Pras. Rai bangun dari posisi duduknya yang berada di samping Laras. Ia meraih bawaan yang ada dalam jinjingan suaminya. Membantu untuk merapihkan. Ketika Rai meninggalkan kursi di samping Laras, bergantian Pras yang duduk di sana ikut berbincang dan bergurau dengan Laras yang terlihat sudah jauh membaik. "Bagaimana keadaan Laras sekarang? Ada yang Laras rasakan? Apa masih ada keluhan?" Pras mencoba memastikan keadaan Laras. "Sudah tidak ada yang dirasa kok, mas. Hanya tinggal lemas nya saja sedikit." Jawab Laras. "Syukur alhamdulillah." "Kata dokter, jika keadaan makin membaik besok sudah boleh pulang." Ucap ibu. " Alhamdulillah." Tak henti - hentinya Pras mengucapakan syukur. "Pras." Ibu memanggil nama anak laki - lakinya itu, wajahnya terlihat seperti akan menyampaikan hal yang serius. "Ibu mau bicara sesuatu." Ucap ibu. " Bicara apa, bu? Bicara saja." Jawab Pras. " Sebelumnya, tadi siang ibu sudah sempat membicarakan ini dengan Laras." Pras mendengarkan ibu dengan seksama. " Rencana ibu, setelah Laras sudah diijinkan untuk meninggalkan rumah sakit. Ibu akan langsung membawanya pulang." Pras diam saat ibu menyelesaikan ucapannya. "Bukannya ibu bermaksud apa - apa. Ibu hanya ingin Laras bisa istirahat setelah semua yang terjadi ini." Pras tidak bisa merasa sedih ataupun kecewa. Ia tahu keputusan yang ibu ambil itu adalah keputusan yang paling tepat. Karena sebenarnya ia sendiri tidak dapat menjamin Laras tidak akan mengalami kejadian yang serupa jika dibawa kembali ke rumah dinas mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD