Tiga Puluh Empat

1500 Words
Ibu cukup lama berada di dalam kamar mandi. Dari suara yang terdengar di luar kamar mandi, sepertinya ibu juga mandi untuk membersihkan diri dan menghilangkan semua lelah dari tubuhnya. Tentu dengan mandi dapat membuat tubuhnya kembali merasa segar. Semula Rai juga sebenarnya ingin pergi mandi jika ibu telah selesai dengan semua aktifitas kamar mandinya, tetapi rasanya nyalinya sedikit menciut saat ini. Ia sepertinya akan pergi mandi jika suaminya, Pras, sudah pulang ke rumah. Dia bisa meminta Pras untuk menemaninya. Ibu keluar dari kamar mandi, setelah Rai dan Laras selesai dengan kekacauan yang ada di dapur. " Ras, kamu mandi sana! Biar segar badannya. Lagian seharian di luar kena debu dan berkeringat, banyak kuman." Perintah ibu pada Laras. "Iya," Jawab Laras sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar mandi, sebenernya Laras setengah hati menuruti perintah wanita yang telah melahirkannya itu. Sama seperti remaja pada umumnya, mandi biasanya menjadi kegiatan yang sangat malas untuk dikerjakan. Rai tersenyum ketika melihat adik iparnya itu tertunduk lemas masuk ke dalam kamar mandi untuk menuruti perintah ibunya. "Rasanya ibu ingin teh manis hangat." Ucap ibu sambil melangkahkan kaki mendekati kompor untuk memasak air. " Sini, bu, sama Rai buatkan saja." Ucap Rai menawarkan diri. "Sudah tidak perlu, ibu bisa sendiri. Kamu istirahat sana!" Ucap ibu. " Kamu gak mandi Rai?" Lanjutnya bertanya. "Iya, selesai Laras nanti gantian aku mandi." Jawab Rai. Ketel air di atas kompor telah mengeluarkan uap dan berbunyi, dengan perlahan ibu menuangkan air panas yang ada di dalamnya ke dalam sebuah gelas yang telah ia siapkan dengan satu buah kantung teh. "Rai, Pras setiap hari memang pulang sampai selarut seperti ini?" Ibu bertanya tanpa berhenti membuat tehnya. "Gak setiap hari sih, bu. Jika ada acara atau sedang banyak kerjaan di kantor saja. Kebetulan belakangan ini sering banyak acara juga banyak kerjaan. Awal - awal mas Pras pulang selalu tepat waktu kok. Sore sebelum maghrib dia selalu sudah sampai rumah." Tutur Rai, menjawab pertanyaan ibu mertuanya itu dengan jelas. "Kira - kira hari ini dia pulang jam berapa?" Tanya ibu lagi. "Tadi mas Pras sudah chat aku, katanya dia sedang jalan pulang." Jawab Rai. "Ibu sudah selesai. Ayo, kita ke depan!" Ajak ibu pada Rai. dengan segelas teh hangat di tangannya. "Ke depan? Laras kita tinggal?" tanya Rai seperti orang bingung. "Ya, tinggalkan saja untuk apa kita tungguin. Dia kalau sudah di kamar mandi lama." Jawab ibu santai, karena dia memang merasa biasa - biasa saja. Rai yang sebelumnya baru saja mengalami hal aneh tentu saja menjadi bingung. Ia ragu untuk meninggalkan adik iparnya itu. Tetapi ia juga tidak mungkin menceritakan apa yang baru saja dia lihat dan alami kepada ibu mertuanya itu. Mau tidak mau akhirnya Rai mengikuti ajakan ibu. Mereka berdua meninggalkan Laras yang masih dengan segala aktifitas kamar mandinya. Rai dan ibu duduk di sofa ruang tengah, menyalakan televisi dan menikmati siaran di dalamnya. Mereka berdua menunggu kedatangan Pras dan juga menunggu Laras keluar dari kamar mandinya. Memang benar kata ibu, Laras akan lama jika sudah di dalam kamar mandi. Sejak awal masuk saja Laras sudah banyak menghabiskan waktunya sendiri. Rai yang menunggu untuk bergantian, belum juga mendapatkan gilirannya. Walaupun itu cukup melegakan untuknya sendiri. Setidaknya dia bisa mandi setelah Pras pulang nanti. Rai dan ibu cukup lama di depan televisi, hingga akhirnya terdengar suara motor suaminya yang memasuki pagar rumah. Suaranya sangat Rai hafal, walaupun banyak motor sejenis yang melintas di depan rumah mereka. Rai dapat membedakan mana yang suara deru motor suaminya atau yang bukan. "Mas Pras pulang, aku ke depan dulu ya, bu." Pamit Rai pada ibu yang sedang fokus dengan sinetron favoritnya. Hingga Pras pulang, Laras belum juga keluar dari kamar mandi. Entah apa saja yang dilakukan gadis itu di dalam sana. Rai berjalan ke ruang depan, membukakan pintu untuk suaminya yang baru saja sampai. Malam sudah semakin larut, mereka pun sepertinya tidak mungkin lagi melakukan kegiatan keluar rumah. Dengan sekalian Pras pun memasukan motor ke dalam rumah. "Baru sampai juga, dek?" Tanya Pras pada Rai yang baru saja membukakan pintu untuknya itu. "Gak juga mas, sudah cukup lama. Saat kamu chat aku tadi, aku sudah sampai di rumah." Jawab Rai. "Kok mas lihat sepertinya masih pakai baju pergi." Ucap Pras yang ternyata cukup memperhatikan istrinya itu. "Oh," Mulut Rai membulat. " Ini belum sempat ke kamar mandi aja. Masih nunggu giliran dengan Laras." Jawab Rai. "Laras? Aduh, alamat lama kalau nungguin dia di kamar mandi sih." Tutur Pras saat mendengar jawaban dari istrinya itu. "Ya, makanya itu." Ucap Rai singkat. Jawab singkat Rai itu tetapi sudah cukup menjelaskan pada Pras bahwa Rai sebenarnya sudah menunggu Laras cukup lama. Rai meminta tas kerja juga jaket yang di pakai oleh Pras. Ia menyimpannya ke tempat barang - barang itu biasa tersimpan. Pras berjalan ke ruang tengah menemui ibunya yang masih asik dengan acara televisi. Pras sudah sangat hafal, ibu yang telah melahirkannya itu pasti sedang menikmati acara favoritnya setiap malam. Pras mengucapkan salam, memberikan isyarat kedatangannya. Ia meraih tangan ibunya dan mencium punggung tangannya dengan sangat hikmat. Tidak lama Laras juga keluar dari pintu yang mengarah ke dapur. "Ya ampun, Ras. Kalau diminta mandi susah tetapi kalau sudah di dalam kamar mandi lamanya minta ampun." Tegur ibu ketika melihat anak gadisnya baru saja keluar dari kamar mandi, dengan handuk melingkar di kepala menutupi rambut basahnya. Saat ditegur Laras hanya tersenyum, seperti ciri khasnya. "Abisnya ibu sama mbak Rai ngobrol seru banget. Aku di kamar mandi ya enak aja di temenin sampai selesai." Jawab Rai sambil memamerkan deretan gigi putihnya yang rapih. ibu tidak mengerti dengan apa yang dikatakan anak gadisnya itu, tetapi ibu tidak bertanya atau membahasnya terlalu dalam. Ia membiarkan anak gadisnya itu. "Kamu tadi mendengar ibu sama mbak ngobrol, Ras?" Rai bertanya dengan nada bicara yang dipelankan, agar ibu tidak dapat mendengarnya. "Iyalah dengar, orang ngobrolnya heboh banget. Kalian selesai ngobrol kau juga selesai mandi." Jawab Laras. Lagi - lagi Rai harus menelan saliva-nya. Karena apa yang adik iparnya itu katakan tidaklah mungkin. Sebab ia dan ibu mertuanya itu, sudah sejak beberapa lama yang lalu pergi dari dapur dan meninggalkan Laras sendiri di kamar mandi. Perasaan Rai sebenarnya tidak bagus. Ia menduga apa yang adik iparnya itu dengar bukanlah ia dan ibu yang sebenarnya. Lagi dan lagi Rai harus menutupi itu dari Laras dan ibu mertuanya, alasannya sudah jelas ia tidak mau ibu dan adiknya menjadi takut dan tidak nyaman di rumah itu. "Mas, kamu mau mandi gak?" Tanya Rai pada Pras yang juga mendengarkan percakapan Rai dengan Laras tadi. "Iya, mau. Mas gerah banget." Jawab Pras. "Aku mandi duluan, yah." Pinta Rai. "Iya, sana," Jawab Pras yang masih belum mengerti garis keraguan di wajah istrinya itu. "Tapi temenin yah." Lanjutnya meminta pada Pras. Saat mendengar permintaan Rai, Pras tidak langsung mengiyakannya. Ia merasa tumben - tumben sekali istrinya itu meminta ia menemani saat mandi. Tetapi Pras tidak menolak permintaan istrinya itu. Seolah ia sedikit paham akan situasinya. "Ayo." Pras hanya mengiyakan tanpa banyak bertanya. Ia pun mengikuti langkah Rai dibelakangnya. Pras dengan setia menunggu Rai di dapur. Untuk menghindari melamun, Pras memainkan ponselnya untuk mengusir jenuh. Entah mengapa saat menunggu itu, ia merasakan hawa yang berbeda di dapur. Seolah ada sesuatu yang sedang memperhatikannya. Apa yang Pras rasakan itu sama seperti apa yang Rai alami sebelumnya. Pras berusaha untuk tidak menghiraukannya, ia berpikir mungkin saja itu hanya perasaannya saja. Hingga akhirnya dia tidak bisa berpikir positif lagi, saat lampu dapur tiba - tiba mati dan menyala lagi sejurus kemudian. Lampu dapur yang mati menyala itu terus berlangsung berulang kali. Pras merasa itu bukanlah hal yang wajar, karena ia merasa keadaan lampu dapur ada dalam keadaan baik sebelumnya. Pras melihat sekitar, keadaan memang terasa tidak nyaman. Bulu bulu halus di pundaknya berdiri, hawa dingin terasa berhembus ke arahnya. Pras berusaha tetap bersikap tenang. Dia tetap harus ada di sana untuk menemani Rai yang masih ada di dalam kamar mandi. Kejadian lampu yang terus menerus mati dan menyala itu berlangsung sepanjang Rai di dalam kamar mandi. Saat istrinya itu selesai dengan mandinya lampu di dapur tidak lagi mati menyala seperti sebelumnya. "Kamu mau mandi, mas?" Rai yang baru saja keluar kamar mandi bertanya pada Pras yang masih setia menunggunya. "Iya, mas mau mandi." Jawab Pras. "Perlu aku temani." Ucap Rai menawarkan diri. "Tidak perlu, kamu ke depan saja sana! Mas gak apa - apa sendiri." Ucap Pras. Pras tidak mau membiarkan Rai menunggu dirinya sendiri di dapur. Ia tidak mau istrinya itu mengalami kejadian yang sama seperti yang baru saja ia alami. "Ya sudah, aku ke depan ya, mas." Rai pun berlalu meninggalkan Pras yang masuk ke dalam kamar mandi. Ternyata gangguan kepada laki - laki itu terus berlanjut. Sepanjang Pras berada di dalam kamar mandi, suara bising terdengar dari dapur. Suara itu terdengar seperti suara - suara peralatan memasak yang saling beradu, atau sesekali terdengar seperti suara orang yang sedang memasak. Walaupun ada perasaan tidak nyaman, selama melakukan aktifitas kamar mandi. Pras berusaha untuk tak menghiraukan suara - suara bising yang berasal dari dapur itu. Nampaknya ia harus terbiasa dengan hal - hal tak wajar itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD