Enam Puluh

1061 Words
Keadaan saat itu benar - benar sungguh kacau. Semua terjadi diluar perkiraan dan bayangan mbah Darmi. Wanita dengan rambut putih di seluruh kepalanya itu benar - benar panik dibuatnya. Dia yang telah telah tua renta itu tentunya tidak dapat bantu Rai yang sedang terkapar seorang diri. Semua orang yang berdatangan setelah mendengar teriakan minta tolong dari mbah Darmi, membuat mbah Darmi menjadi jauh lebih baik. "Tolong bantu diangkat saja, mas! Kita langsung bawa ke rumah sakit saja." Ucap lelaki dengan kaos warna biru yang ia kenakan. " Tapi kita harus mencari kendaraannya dulu, pak. Untuk membawa ke rumah sakit." Jawab lelaki yang terlihat lebih muda. " Pakai mobil saya nanti. Kebetulan mobil saya siap untuk keluar." Jawab lelaki berkaos biru lagi. Setelah mendapat kepastian, mereka berdua dan beberapa orang lainnya yang masih berdiri menunggu aba- aba pun bergegas mengangkat Rai untuk segera dibawa ke rumah sakit. Mbah Darmi hanya mengikuti semua proses pertolongan pada Rai itu dengan perasaan yang tak tenang. Bagaimana jika terjadi sesuatu kepada Rai? Bagaimana jika hal yang buruk terjadi pada majikan perempuannya itu? Dia pasti akan amat sangat merasa bersalah. Ia berpikir semua itu tidak akan pernah terjadi jika ia tidak pernah mengatakan permintaannya itu kepada Rai. Sungguh Rai yang malang. "Maaf, tolong tunggu dulu di sini sebentar yah! Saya mengeluarkan mobil saya terlebih dahulu." Ucap laki - laki berkaos biru yang posisi rumahnya ternyata tidak jauh dari rumah Rai, hanya terhalang satu rumah dari rumah kosong ada disebelah rumah itu. Mereka yang bergotong tubuh Rai, dengan sengaja menurunkan Rai kembali di teras rumah. Menunggu mobil yang sedang di siapkan. Tidak butuh waktu lama. Mobil berjenis MPV berwarna hitam memasuki pekarangan rumah itu. Mereka yang telah ada dalam posisi siap pun bergegas memasukan Rai yang masih tidak sadarkan diri masuk kedalam mobil. "Mbah, si mbah ikut yah sama saya!" Ucap pria berkaos biru yang sangat murah hati itu. " Iya, baik den." Jawab mbah Darmi dengan raut wajah panik yang masih jelas tergambar di garis wajahnya. Mbah Darmin ikut masuk kedalam mobil. Menyusul Rai yang sebelumnya sudah lebih dahulu dibaringkan di kursi penumpang. Disaat yang bersamaan, Pras cukup dibuat bingung saat memasuki pekarangan rumahnya. Rumahnya cukup ramai sore itu. Kenapa di waktu yang hampir memasuki waktu maghrib ini, banyak orang yang berkerumun di depan rumahnya. Bahkan ia melihat ada satu mobil yang terparkir di sana. Dalam keadaan yang masih tidak mengetahui apapun, Pras yang bingung menyandarkan sepeda motornya. Salah satu orang yang tadi ikut membantu mengangkat Rai berjalan menghampiri Pras. "Maaf! Ada apa ini yah Pak?" Tanya Pras saat jarak antara dia dan laki - laki yang menghampirinya itu sudah dekat. "Itu mas, istrinya... " Potong laki - laki itu belum sempat mengucapkan semua apa yang ingin dia sampaikan karena Pras bergegas meninggalkannya saat laki - laki itu menyebutkan kata "istrinya". Dengan panik Pras memasuki kerumunan. Ia melihat ke dalam mobil. " Mas Pras!!" Panggil mbah Darmi saat melihat Pras diluar mobil. "Rai!! " Panik Pras saat melihat Rai terbaring dekat mbah Darmi. "Rai kenapa, mbah?" Tanya nya dengan panik. "Mbak Rai jatuh, mas." Mbah Darmi kembali menangis saat mengatakannya. Ia kembali teringat kejadian mengerikan yang dialami oleh majikan perempuannya tadi. "Mas, lebih baik mas masuk saja dahulu ke dalam mobil. Biar nanti mendengar penjelasannya sambil perjalanan menuju rumah sakit." Ucap laki - laki berkaos biru pemilik mobil yang akan membawa Rai ke rumah sakit. "Oh, iya, Pak." Jawab Pras. Pras akhirnya ikut bersama mobil yang membawa Rai ke rumah sakit. Setelah sebelumnya ia memastikan rumah ditinggal dalam keadaan aman. Mobil yang dikendarai pria berkaos biru itu pun melaju dengan kecepatan yang cukup kencang. Membelah jalanan di sore itu yang mulai terurai dari kemacetan yang sebelumnya terjadi. Suara adzan maghrib sebagai penanda datangnya waktu sholat sudah terdengar saat mobil belum lama meninggalkan jalan perkampungan. Wajah - wajah tegang terlihat di dalam mobil itu. Suara isak tangis mbah Darmi masih terdengar sewaktu - waktu. "Sebenarnya apa yang terjadi pada Rai, mbah?" Dengan keadaan yang sudah mulai tenang Pras bertanya pada mbah Darmi. Ia ingin mengetahui kejelasan apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya. Setelah ditanya, mbah Darmi pun mulai menceritakan apa yang terjadi sore tadi. Dengan penuh perasaan bersalah, ia menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada majikan perempuannya itu. Secara detail mbah Darmi menceritakan yang terjadi mulai dari awal. Ia menceritakan apa yang ia bicarakan dengan Rai, sehingga Rai mengijinkan tetapi dia meminta untuk ikut juga naik ke sana. Dan semua berjalan baik - baik saja pada awalnya hingga kejadian tak terduga itu terjadi tepat saat majikan perempuannya itu hendak menurunin anak tangga. " Memang saat Rai turun ada tangga yang roboh atau hancur, mbah?" Tanya Pras. "Si mbah kurang tahu, tetapi sepertinya tidak ada mas." Ucapnya sambil mengingat-ingat apa yang terjadi tadi sore. Setelah mendengar pertanyaan dari Pras. Mbah Darmi pun sedikit merasa bingung. Rasanya saat menuruni anak tangga tadi tidak nampak ada tangga yang rusak sama sekali, tetapi mengapa Rai bisa terjatuh dengan begitu keras saat itu. Di sisi lain. Pras yang telah mendengar semua penjelasan dari mbah Darmi, sejatinya ia merasa kecewa dengan wanita berusia senja yang selama ini bekerja dengannya itu. Ia kecewa karena mengapa hal seperti ini dapat terjadi. Kenapa harus menaiki anak tangga itu, sedangkan selama ini mereka sudah tidak pernah terpikirkan untuk memijakkan kaki di anak tangga itu, setelah sejak awal telah diperingati oleh pak Yanto. Namun, Pras tidak mau terlalu awal menyalahkan mbah Darmi. Ia tahu mbah Darmi juga pasti tidak mau hal semacam ini terjadi. Apalagi saat ini dapat terlihat mbah Darmi sangat terpukul, sedari tadi dia tidak berhenti menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada istrinya. Pras menolehkan pandangannya ke arah istrinya yang masih berbaring. Ia melihat Rai masih juga belum tersadar. Darah masih bersimbah membasahi kepala belakang dan bajunya. Saat ini baginya yang paling penting itu segera sampai ke rumah sakit, memberikan pertolongan pada istrinya. Masalah apa yang menjadi penyebab dan mengapa mbah Darmi meminta untuk naik ke ruang atas, itu akan dibicarakan nanti setelah keadaan Rai telah membaik. Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama, karena jalanan yang cukup lengang. Mobil yang membawa Rai pun berbelok memasuki halaman rumah sakit. Mobil MPV hitam itu tepat berhenti di pintu ruangan gawat darurat. Dengan cepat dan sigap Pras turun dari mobil dan meminta petugas rumah sakit untuk menolong istrinya. Dengan cepat Rai pun dibawa masuk ke dalam ruangan setelah Pras lebih dahulu melakukan segala prosedur yang diperlukan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD