Lima Puluh Tiga

1019 Words
Dua laki - laki berperawakan tinggi itu keluar kantor secara bersamaan, menggunakan kendaraan mereka masing - masing. Sesuai rencana mereka akan melakukannya survei rumah kontrakan yang kemarin sempat tertunda. Teddi lebih dahulu mengendarai sepeda motor kesayangannya di depan motor Pras. Kedua sepeda motor itu melaju beriringan menuju lokasi tujuan. Pras sangat berharap rumah yang direkomendasikan oleh seniornya dikantor ini bisa cocok dan sesuai dengan keinginannya. Kebetulan rumah yang dianjurkan oleh Teddi ini masih terdapat di satu wilayah yang sama dengan rumah Teddi sendiri. Jadi jika nanti Pras dan istrinya jadi menyewa rumah itu, tentunya mereka akan menjadi tetangga. Pras dan Teddi sebelumnya sudah menentukan janji dengan pemilik rumah tersebut. Jadi jika sore ini survei berjalan lancar dan rumah yang dilihat sesuai dengan keinginan. Sore itu juga Pras akan membuat perjanjian sewa rumah. Hanya butuh beberapa menit untuk keduanya sampai di lokasi tujuan. Kedua laki - laki itu menghentikan laju motor yang mereka kendarai tepat di depan rumah yang akan mereka survei. Pintu rumah terlihat dalam. Keadaan terbuka. Nampak seorang laki - laki paruh baya sedang duduk bersandar pada salah satu sisi dinding yang ada di ruang depan. Saat melihat kedatangan Pras dan Teddi, laki - laki dengan rambut putih yang hampir menutupi seluruh kepalanya itu terbangun dan berjalan menghampiri dua laki - laki yang umurnya dapat terlihat dengan jelas ada jauh dibawahnya. "Assalamu'alaikum, Pak Darta!" Teddi dengan santai dan akrab mengucapkan salam pada pemilik rumah yang kebetulan juga masih tetangganya. " Waalaikum salam." Jawab Pria paruh baya itu dengan sama santainya. "Sudah nunggu lama ya, pak? Padahal tunggu di rumah saja! Saat saya sudah sampai baru saya beri kabar." Seloroh Teddi tanpa rasa canggung. "Ah, belum lama kok. Kebetulan hafal jadwalnya mas Teddi pulang kantor, jadi bisa diperkirakan." Sahut Bapak pemilik rumah. Selanjutnya proses saling kenal mengenalkan pun berlangsung. Diantara ketiganya pastilah Teddi yang berperan sebagai orang yang mengenalkan diantara Pak Darta sangat pemilik rumah dan Pras junior di kantor tempat Teddi bekerja yang akan menjadi penyewa rumah. "Mari, mas Pras silahkan masuk! Bisa dilihat - lihat dulu keadaan rumahnya." Pak Darta mempersilahkan Pras untuk melihat - lihat sepuasnya keadaan rumah itu. Pras pun melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah yang keadaannya terlihat sangat terawat. Rumahnya masih terbilang memiliki bangunan yang baru. Sangat berbeda jauh jika dibandingkan rumah dinas yang saat ini sedang ia tempati. Saat memasuki rumah itu, suasana sangat terasa hangat. Sama sekali tidak memiliki kesan seram saat berada di dalamnya. Rumah itu sama - sama memiliki dua kamar seperti rumah dinas yang saat ini sedang dia tempati, tetapi untuk ukuran luas rumah keduanya memiliki perbandingan yang cukup jauh. Rumah ini terbilang cukup kecil jika dibandingkan dengan rumah dinas yang mereka tempati. Ukuran setiap ruangan di rumah dinas itu jauh lebih luas dibanding ukuran rumah yang saat ini sedang ia survei. Pras cukup tertarik dengan rumah itu. Rumahnya terasa sangat nyaman. Bangunan rumah yang baru tentu membuat rumah itu terlihat sangat bersih dan rapih. Ukuran rumah bergaya minimalis itu cukup jika untuk ditempati berdua antara dirinya dan Rai. Pras pun menyetujuinya. Ia memberikan tanda jadi pada sang pemilik rumah untuk memberikan jaminan bahwa dia jadi menempati rumah itu. Pras meminta waktu untuk menempati rumah itu. Dia butuh persiapan untuk pindah rumah. Apalagi semua barang - barang perlu dikemas. Dia meminta waktu sampai akhir bulan atau paling telat setelah pergantian bulan, baru Pras akan menempati rumah itu. Setelah semuanya urusan dirasa selesai. Pras dan Teddi pamit undur diri terlebih dahulu kepada Pak Darta. Pras dan Teddi juga sama berpisah. Teddi tentu hanya perlu beberapa menit untuk sampai ke rumahnya yang masih satu lingkungan. Sedangkan Pras, ia harus kembali melakukan perjalanan yang cukup panjang untuk segera sampai ke rumah. Pras kembali membelah jalanan kota untuk menuju rumah. Waktu sudah memasuki jadwalnya solat maghrib, tinggal menunggu hitungan detik saja suara adzan pasti akan terdengar berkumandang saling bersaut - sautan ke seantero kota. Benar saja suara adzan maghrib pertama pertama itu terdengar saat motor matic yang sedang Pras kendarai berada tepat di depan sebuah masjid. Pras pun memilih untuk lebih dulu mampir ke masjid tersebut untuk melaksanakan solat maghrib berjamaah. Rasa lelah memang telah menggelayuti. Ia merasa sangat lelah yang membuat ia ingin segera sampai ke rumah tetapi ia sangat sadar kewajiban ia kepada sang Pencipta adalah hal yang paling utama. Terdengar suara imam yang memimpin solat telah mengucapkan kata salam terakhirnya, Menandakan berakhirnya solat jamaah yang ia pimpin maghrib itu. Setelah selesai solat, Pras terlihat kembali lebih segar dibanding sebelumnya. Seolah tenaga sudah kembali memenuhi seluruh tubuhnya. Pras pun membubarkan diri dari barisan para jamaah solat maghrib yang masih belum beranjak dari tempatnya masih - masing. Masih banyak sebagian dari mereka yang tidak langsung pergi tetapi lebih memilih untuk lebih banyak memanjatkan doa dan zikir kepada sang Maha pencipta. Pras keluar dari bangunan yang terasa nyaman jika orang ada di dalamnya itu. Ia kembali melanjutkan perjalanan pulangnya. Langit telah berubah lebih gelap dari sebelumnya. Siang hari pun mulai berganti dengan malam. Pras melajukan motor yang ia kendarai dengan kecepatan sedang menuju pulang. Perasaan Pras kali ini sangatlah campur aduk. Ia merasa lega karena akhirnya ia menemukan tempat tinggal baru dan dapat segera pindah dari rumah dinas yang saat ini ia tempati. Tetapi di sisi lain ia seolah merasa sedikit berat. Entah, apa yang membuatnya merasa tidak begitu tenang. Seolah merasa takut kepindahannya tidak akan berjalan dengan lancar. Seolah ada satu sisi dari rumah dinas yang sedang ia tempati saat ini menarik dirinya, membuat ia merasa penasaran. Kebenaran serta rahasia apa yang sebenarnya dimiliki rumah itu? Kenapa ia merasa gelisah dan lega secara bersamaan disaat akan meninggalkan rumah itu. Rasanya memang tak akan ia menemukan jawaban dari semua perasaan tak menentu yang ia rasakan itu. Ia menepisnya, berpikir jika semua itu hanya akan menghambat kepindahannya. Saat ini yang paling penting adalah menyampaikan kabar kepada istrinya di rumah bahwa tidak lama lagi mereka akan pindah dari rumah dinas yang saat ini mereka diami. Setelahnya mereka harus berdiskusi, menentukan tanggal kapan baiknya mereka akan pindah? Tentunya setelah memperkirakan semua persiapan siap? Karena ia merasa pindahan adalah kegiatan yang cukup melelahkan dan memakan waktu. Sebelum kepindahan serta setelahnya banyak pekerjaan yang harus mereka kerjakan. .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD