Sebelas

1054 Words
Rai sempat terdiam lama disana. Seolah dia merasakan ada keberadaan seseorang yang membuatnya penasaran. Tetapi karena tak kunjung mendapatkan apapun ia pun berlalu meninggalkan ruangan kosong yang belum sempat dia tata dengan furniture itu. Rai kembali bersantai di atas sofa empuk berwarna abu kesukaannya. Ia meneruskan kegiatan yang sebelumnya sempat terjeda. Namun lelap datang tanpa memberi peringatan membuatnya masuk kedalam tidur siang yang tak sengaja ia niatkan. *** Hari itu Pras yang cukup sibuk dengan segala tugas kantor yang menumpuk, menyempatkan sejenak menyeduh kopi hitam sebagai teman mengerjakan semua berkas - berkas yang menjadi tugasnya. " Pras, " terdengar suara seseorang memanggil laki - laki hitam manis itu berbarengan dengan sebuah tangan menepuk pundaknya. Pras cukup terkejut, ia membalikkan badan mencari tahu siapa yang tengah menyapanya itu. " eh, Pak." Pras cukup terkejut dan canggung saat mengetahui siapa yang menegurnya itu. "Bagaimana kabarnya, Pak?" sapa Pras pada Pak Agung. Laki - laki yang baru saja menegurnya itu. "alhamdulillah baik. ngopi, Pras?" ucap laki-laki paruh baya dihadapan Pras, basa - basi. "Ngomong - ngomong bagaimana? Betah menempati rumah yang sekarang?" tanyanya lagi. "alhamdulillah sejauh ini betah, pak." jawab Pras. "sebelumnya saya ucapin banyak - banyak terima kasih, pak. Maaf karena baru hari ini bisa ngucapin terima kasih secara langsung. Hari itu pak Agung sudah sangat membantu saya." lanjut Pras. "Ah, bukan apa - apa. Bukan sesuatu hal yg besar. Kemarin - kemarin saya memang gak ada di kantor, jadi baru hari ini kita bisa bertemu. " jawab Pak Agung ramah. Dari pertama pindah dan pertama berkantor, Pras memang belum sempat bertemu dengan Pak Agung, kepala Bagian Kepegawaian yang telah mengizinkannya mengisi salah satu tumah dinas milik instansi yang sekarang ditempatai oleh Pras Dan istrinya. Selama beberapa hari Pak Agung sedang bertugas keluar kota, sehingga baru hari ini-lah Pras dapat bertemu dengan laki-laki paruh baya itu dan berkesempatan untuk mengucapakan terima kasih atas bantuan yang atasannya itu telah berikan. "Pokoknya saya benar - benar berterima kasih. Bapak benar-benar membantu saya." ucap Pras tak henti mengungkapkan rasa terima kasihnya. "hahaha.. Ya, sama-sama, Pras." sahut Pak Agung dengan tertawa kecil. "ngomong - ngomong, sekali-sekali mainlah kerumah! Ajak istri kamu juga!" Ucap Pak Agung dengan penuh keramahan. "Ya, pak, pasti. Jika ada kesempatan saya memang berencana ingin berkunjung ke rumah bapak." jawab Pras dengan semangat. "ok deh, saya duluan yah!" pamit Pak Agung dengan membawa air mineral botol yang diambilnya dari lemari pendingin. "yah, baik pak!" ucap Pras mempersilahkan. Pras termasuk aktif dan dipercaya memegang pekerjaan atau membantu pekerjaan penting dikantor. Dia termasuk laki-laki yang ramah, sehingga banyak senior yang menyukainya bahkan dalam hitungan hari, laki-laki itu sudah banyak akrab hampir dengan seluruh pegawai disana. Tetapi untuk sementara ini Pras masih belum bisa mengambil jam kerja lebih, Pras masih merasa kasihan jika harus meninggalkan Rai dirumah sendiri terlalu lama atau jika hingga larut. Mungkin disaat istrinya itu sudah memiliki kegiatannya sendiri nanti, dia akan lebih leluasa. . . . . "Assalamualaikum, dek... " berkali - kali Pras mengucapkan salam di depan pintu rumah. Tetapi cukup lama ia menunggu, Rai tak kunjung terlihat membukakan pintu untuknya. Rai yang sedang terlelap di sofa tiba - tiba terperejat saat mendengar suara orang mengucap salam dari luar rumah. Ia pun menyadari jika ternyata ia tak sengaja tertidur saat sedang memaninkan gawai tadi. Dilihatnya jam di layar ponsel menunjukan pukul enam belas lebih tiga puluh menit. Dia pun bertambah terkejut dibuatnya. Rupanya cukup lama ia tertidur, hampit dua jam. Bahkan dia menyadari jika dia belum melakukan kewajibannya untuk menunaikan solat ashar. Ia bergegas terbangun, tujuan pertamanya saat itu adalah membuka pintu depan. Ia tahu yang mengucap salam di depan pastilah suaminya, karena sekarang sudah waktunya suaminya itu tiba dirumah. Dari balik kaca pintu Pras dapat melihat Rai tersenyum kecil pada dirinya yang sedang berdiri menunggu dibukakan pintu. "maaf ya, mas. Aku tadi ketiduran." ucap Rai ketika pintu sudah ia bukakan. Wanita itu tahu, suaminya pasti sudah cukup lama menunggu, itu terlihat dari raut wajah laki-laki di depannya itu yang mulai kusut karena bosan menunggu. "pantas aku salam dari tadi gak ada jawaban." ucap Pras sedikit protes. "hihihi, ya sudah! Aku terlewat belum solat ashar. Aku solat ashar dulu yah." Ijinnya pada laki-laki yang berjalan mengekor di belakangnya. "ya, sana! Mas juga mau langsung mandi aja. Gerah banget." respon Pras. Selama pindah ke kota perantauan ini sepasang suami istri ini mempunya kebiasaan baru. Setiap sore menjelang matahari tenggelam keduanya sering menghabiskan waktu dengan banyak mengobrol keseharian mereka sambil menikmati secangkir teh manis hangat di teras rumah. Dengan berkegiatan itu juga mereka dapat mengenali warga sekitar yang sering melintas di depan rumah mereka. Sebagai warga pendatang lambat laun mereka pun dapat saling mengenal. "dek, tadi mas sempat mengobrol sebentar dengan pak Agung. Dari hari pertama bekerja baru tadi mas bertemu dengan beliau karena beberapa hari kemarin beliau tugas keluar kota." Pras memang seperti itu, dia akan menceritakan apa saja yang dia lakukan dan alami seharian itu kepada istrinya. Dengan begitu kominikasi diantara keduanya juga akan selalu terjalin dan sebagai istri Rai pun merasa tidak diabaikan oleh suaminya. "rencananya saat akhir pekan nanti mas mau ngajak sowan ke rumah beliau. Itung - itung sebagai rasa terima kasih kita karena pak Agung sudah bantu kita kemarin." lanjut Pras mengutarakan maksudnya. "iya, mas. Aku setuju aja. Lagian selama ada di tanah rantau dan jauh dari keluarga, kita harus pandai - pandai bersikap dan menjalin hubungan dengan orang lain. Untuk mendapatkan keluarga kedua disini." jawab Rai atas ajakan suaminya itu. *** Di akhir pekan sesuai dengan rencana keduanya. Sore ini Pras dan Rai akan berkunjung ke rumah pak Agung. Mengunjungi keluarga atasannya itu, selain untuk berkenalan dengan keluarga yang Rai sangat baik itu juga sebagai rasa terima kasih mereka pada pak Agung yang telah membantu mereka kemarin. Pras dan Rai berdiri di depan rumah yang cukup asri, dengan d******i warna coklat dan krem diseluruh bagian rumah. Ada taman kecil di depan rumah itu. Luasnya lebih kecil dari pekarangan rumah dinas yang mereka tempati, tetapi secara visual taman itu jauh lebih menarik karena terawat dengan baik. Bahkan ada kolam air mancur kecil menempel di dinding pinggir rumah. Rumput di taman itu pun nampak halus dan segar, tidak seperti rumput dipekarang tumah dinas yang mereka tempati yang sebagian rumputnya terlihat menguning karena mati kekeringan. Rumah yang sebenarnya tidak terlalu besar, tetapi terlihat mewah dan elegan. Menggambarkan sikap orang - orang yang menempatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD