PART. 1 MALAM PERTAMA

1074 Words
"Awww ... Pak Rendra!" Rahma menjerit saat tubuhnya terangkat dan melayang. Rendra membopong tubuh Rahma saat mereka memasuki kamar villa yang mereka tempati. Villa ini bukan milik Rendra, ataupun milik Rahma, tapi Villa ini milik sahabat Rendra yang merelakan villanya digunakan Rendra dan Rahma untuk menghabiskan malam pertama mereka setelah menikah siri sore tadi. Tapi tentu saja, Rendra perlu menyamarkan dirinya, agar tidak ada orang yang mengenali identitasnya. Menikah siri, karena status Rendra yang adalah pria beristri. Rendra sudah menikah selama 3 tahun dengan istrinya, Selvi Farida (27 tahun), seorang artis multi talenta yang orang tuanya memiliki PH dan juga label rekaman. Sedang, Rendra sendiri, lebih tepatnya, Narendra Setiawan (32 tahun), orang tuanya adalah konglomerat di negeri ini, yang salah satu usahanya adalah memiliki stasiun televisi swasta paling berjaya saat ini. Beberapa acara andalan stasiun televisinya selalu mendapatkan rating terbaik selama ini. "Ummm," ciuman Rendra mendarat di bibir Rahma, hanya sesaat saja ia mencium Rahma. Dengan perlahan ia menurunkan Rahma di atas lantai kamar, lalu ia menutup dan mengunci pintu kamar. Lalu dengan cepat ia kembali ke hadapan Rahma. "Pak Rendra, apa Bapak tidak akan menyesal menikahi aku?" desis Rahma dengan tatapan lekat ke bola mata Rendra. Rahma meraba rahang Rendra yang tegas, Rahma juga meraba bibir Rendra yang merah, tanda bibir itu tidak pernah tersentuh yang namanya nikotin. Rendra menangkap jemari Rahma, lalu membawa jemari itu ke bibirnya. Dikecupnya jari jemari Rahma dengan penuh kelembutan, mengalirkan sensasi hangat di dalam tubuh Rahma. Meski otak Rahma ingin melawan pesona Rendra, tapi tubuhnya tidak mampu melakukannya. Meski dendam dan kebencian itu sudah bersarang belasan tahun lamanya, namun Rahma tidak mampu mengabaikan kesempurnaan Rendra sejak pertama kali mereka berjumpa lagi tiga bulan lalu. Pertama kali berjumpa, setelah belasan tahun lamanya tak pernah bersua. "Aku sangat menginginkanmu sejak pertama kali melihatmu. Keinginan yang tidak pernah aku rasakan pada wanita manapun sebelumnya. Kau, seperti memiliki magnet dengan medan kutub yang sangat kuat di dalam dirimu, Rahma. Kau membuatku terlena akan pesonamu, tanpa kau harus berusaha untuk meruntuhkan diriku, kau membuatku bertekuk lutut di hadapanmu." Rendra berbisik di telinga Rahma, sementara tangannya bekerja melucuti pakaian yang dikenakan Rahma. Setelah gaun Rahma jatuh di bawah kedua kakinya, Rendra mengecup bahu Rahma yang terbuka. Rahma mendesah pelan, merasakan getaran napsu mulai membakar tubuhnya. Rendra menggigit tali yang ada di atas kedua bahu Rahma, sementara kedua tangannya membuka kaitan di balik punggung Rahma. Setelah penutup d**a Rahma terlepas, dan jatuh, Rendra beranjak mundur dari hadapan Rahma. Rendra duduk di atas sofa, dengan mata lekat menatap tubuh Rahma yang hampir polos. "Duduklah di sini" Rendra menepuk kedua pahanya yang masih terbungkus rapi celana kainnya. Rahma mengikuti kemauan Rendra, duduk di atas pangkuan suami sirinya, dengan posisi menghadap ke arah Rendra. Rendra mencium bibir Rahma dengan hasrat yang mendamba. 'Dasar penjahat kelamin, diotakmu hanya ada nafsu belaka. Itulah kelemahanmu Tuan Narendra Setiawan yang tidak setia. Kau sudah porak porandakan hidupku di masa lalu, kini saatnya aku memporak porandakan hidupmu dengan kelemahanmu.' *** Rendra, dan Rahma kembali pada aktifitas mereka. Rendra sebagai atasannya, Rahma sebagai sekretarisnya. Rahma melihat kedatangan Selvi, istri Rendra dari kejauhan. "Selamat siang, Bu." Rahma berdiri, dan sedikit membungkukan tubuhnya untuk menyapa Selvi. Tapi Selvi hanya melirik singkat ke arahnya, dan melemparkan senyum tipis saja. Selvi langsung masuk ke dalam ruangan Rendra. Rahma menghembuskan napasnya. Ada rasa cemburu di dalam hati, yang tidak bisa ia pungkiri. Tapi, ia berusaha mengusir rasa itu. Ia tidak boleh jatuh cinta pada Rendra. Pendekatannya pada Rendra hanya sebagai cara untuk membalas dendam saja. Balas dendam, bukan hanya pada Rendra semata, tapi juga pada Selvi, dan juga pada kedua orang tua Rendra. Mereka semua, adalah penghancur masa depannya. "Rahma!" "Ya, Pak!" Rahma terjengkit bangun dari duduknya. Ditatap Rendra yang ada di hadapannya, sedang Selvi tampak berjalan meninggalkan mereka. "Aku ada urusan di luar, kamu tangani dulu semuanya ya. Kalau ada apa-apa, beritahu Pak Liam saja." "Siap Pak." "Siapkan dirimu." "Siapkan, maksud Bapak?" "Aku ingin memakanmu setelah aku kembali nanti!" "Ooh.... " wajah Rahma merona. "Aku pergi dulu." "Ya Pak." Rahma menatap punggung Rendra yang meninggalkannya. Tanpa sadar, senyum tipis terbentuk di bibirnya. Ia membayangkan bagaimana percintaan mereka nanti di ruangan kerja Rendra. 'Berhenti, Rahma. Jangan terus terhanyut, dan masuk dalam pusaran cinta. Ingat akan tujuanmu, untuk apa kamu berada di sini. Fokus Rahma, fokus pada tujuanmu semula. Fokus untuk menghancurkan mereka. Mereka yang sudah menghancurkan keluargamu. Dan, Rendra b******n itu sudah menghancurkan masa depanmu!' *** Rahma tengah asik menatap layar televisi, saat bel pagar berbunyi. Neni, asisten rumah tangganya ke luar dari dapur, dan segera menuju ruang depan. Rahma menolehkan kepala, saat terdengar langkah Neni, ia ingin bertanya, siapa yang datang. Tapi, ia tak perlu bertanya lagi, karena Rendra berjalan di depan Neni. Rahma bangkit dari duduknya. "Pak!" Rahma tidak menyangka kalau Rendra yang datang, dengan menarik koper yang cukup besar. "Bapak ingin pergi ke mana?" Rahma menunjuk koper yang dibawa Rendra. "Ingin menginap di sini?" "Apa?" "Kenapa? Takut digerebek!?" "Engh.... " "Meski kita nikah siri, tapi kita punya surat bermaterai yang ditanda tangani penghulu, dan saksi. Yang menyatakan kalau kita suami istri." "Bukan begitu, Pak. Aku hanya takut ada yang mengenali Bapak. Aku tidak ingin pernikahan ini terbongkar ke publik, dan merusak reputasi Bapak," sahut Rahma, padahal itulah tujuannya, menghancurkan Rendra, dan keluarganya. "Masa bodoh dengan reputasi Rahma, aku sudah lelah terus bersandiwara, berpura-pura!" "Aku tidak mengerti, Pak." Rahma menggelengkan kepala. "Nanti saja kita bicarakan, aku lelah. Bolehkan aku tidur di sini?" "Ya, tentu saja boleh, Pak." Rahma mengangguk, ia juga tersenyum. Hatinya terasa berbunga-bunga, tapi bunga yang tumbuh itu, berusaha ia cabut dengan segera. "Ehmm, Bapak ingin tidur di kamar tamu, atau di kamarku?" Rahma membuka pintu kamarnya. Kamar yang tidak terlalu besar, namun terlihat nyaman. "Apa kamu bercanda Rahma, aku suamimu!" "Ehmm, jangan marah.... " Rahma mengusap d**a Rendra, lalu memagut bibir Rendra dengan lembut. Rendra mendorong tubuh Rahma hingga punggung Rahma menempel di dinding di samping pintu. Rahma melepaskan ciuman mereka, lalu ia menarik Rendra memasuki kamarnya, pintu ia tutup, dan tidak lupa ia kunci. Rahma berdiri di hadapan Rendra, ia menggoda Rendra dengan tatapan, dan gerakan tubuhnya. "Rahma.... " Rendra menggeram, ia siap menerkam Rahma dalam satu gerakan. Tapi Rahma menghindarinya, sembari terus bergerak menggoda Rendra. Rahma benar-benar membuat Rendra mabuk akan pesonanya. Tapi, Rahma sendiri juga harus berjuang keras agar tidak terperosok dalam pesona Rendra yang sangat memanjakan mata. Apa lagi, sikap Rendra yang seakan memujanya, membuat Rahma harus memegang erat janji untuk melunaskan rasa dendamnya. BERSAMBUNG Segini dulu, lanjut nanti setelah Riana ending.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD