Bab.3 Identitas Sebenarnya

698 Words
  Yohan kembali ke rumah sakit sendirian.   Segera setelah dia masuk ke kamar pasien dan sebelum Yella dapat berbicara, dia memanggil dokter dan meminta dokter untuk melepas perban yang melilit luka Yella.   Yella bingung, "Yohan, ini bukan waktunya untuk mengganti perban."   Yohan berkata, "Aku mau melihat lukanya."   Melihat bahwa dia sudah bertekad bulat, Yella hanya bisa mengedipkan mata pada dokter.   Dokter buru-buru berkata, "Tuan Prawira, sering membuka perban dapat memperburuk infeksi luka, dan dapat menimbulkan potensi untuk amputasi."   Yohan berkata, "Jika amputasi diperlukan, aku yang akan menanggungnya seumur hidupnya."   Dengan sikap tidak menerima penolakan ia berkata, "Buka sekarang."   Dokter tidak punya pilihan selain melepas perban.   Perbannya terlepas, dan Yohan dengan jelas melihat bahwa yang dibilang luka parah sebenarnya hanyalah kulit yang robek.   Memang benar, ditunggu lebih lama lagi dan kulit yang robek ini akan sembuh.   Wajahnya terlihat sangat dingin.   Hati Yella seperti tercekat di tenggorokan.   Tidak ada yang lebih membuat frustrasi daripada kebohongan yang terungkap.   "Yohan ... Dengarkan penjelasanku dulu, aku ...." Yella baru saja membuka mulutnya, tapi Yohan sudah memotongnya.   Memikirkan apa yang Merry katakan di kantor sipil, dia tidak bisa menahan perasaan marah di hatinya, "Bulan ini saja, kamu melakukan transfusi darah sebanyak tiga kali, jadi sebenarnya ini hanyalah caramu untuk menentang Merry?"   Yella langsung menangis, "Tidak...aku hanya ingin kamu lebih memperhatikanku, Yohan, sejak Dino pergi, aku sangat kesepian, aku takut ditolak, ditinggalkan, dan sendirian...."   Yohan menghela nafas dan berkata, "Ketakutanmu adalah urusanmu sendiri, apa hubungannya dengan Merry?"   "Kamu lebih baik merenungkan perbuatanmu"   Selesai berbicara, Yohan berbalik dan meninggalkan bangsal.   Tidak disangka dia benar-benar salah paham tentang Merry dalam masalah ini.   Meskipun dia tidak memiliki perasaan pada Merry, jika karena kesalahpahaman dengan Yella ini lalu keduanya bercerai, dia merasa tidak nyaman.   Merry adalah kandidat yang sangat baik untuk menjadi seorang istri.   Bijaksana, setia dan tenang.   Jika dia bercerai, dia tidak tahu apakah dia bisa menemukan seseorang seperti Merry yang cocok untuk dinikahi di masa depan.   Jika dia tidak menyukai Yella, tidak masalah baginya untuk menjaga jarak dari Yella di masa depan.   Dengan pemikiran ini, dia mencoba menghubungi Merry.   Kali ini teleponnya langsung dimatikan.   Yohan mengerutkan kening dan menghubungi pengawalnya, "Panggil pengawas dan cari tahu keberadaan Merry."   Pengawal itu menyanggupi dan sekitar setengah jam kemudian, pengawal itu menelepon kembali, "Tuan Prawira, kamera cctv di kantor sipil dan rumah sakit telah diretas, dan kami tidak dapat menemukan keberadaan istri Tuan."   Yohan mengerutkan kening, bibirnya yang tipis mengerucut menjadi garis lurus, dia tidak tahan untuk memikirkan kejadian di kantor sipil tadı, di mana dia menandatangani surat perceraian tanpa ragu.   Dadanya mendadak sesak.   Dia terlihat dari awal sudah siap untuk pergi.   Dia tidak punya uang dan berdasarkan informasi dia tidak memiliki kerabat di kota Jakarta, dia bisa pergi ke mana?   Bagaimana dia bisa pergi dengan begitu bahagia!   Semakin Yohan memikirkannya, semakin dia menjadi tidak senang, dan dia menginstruksikan pengawalnya dengan marah, "Teruslah cari sampai kamu menemukannya!"   ...   Di kamar yang megah, Merry membuka matanya dan melihat ruangan yang tidak asing, air matanya mengalir tiba-tiba.   “Kenapa kamu menangis? Bukankah itu hanyalah sebuah perceraian? Apakah keluarga Chandra tidak bisa menyokongmu?” Tiba-tiba, sebuah suara tua dan ulet terdengar,   Merry mengangkat kepalanya untuk melihat, dan air mata menjadi mengalir lebih deras.   Pria paruh baya yang berdiri di depannya tidak lain adalah Richard Chandra yang berkuasa di kota Bandung, kepala perusahaan Chandra saat ini.   Dia hanya berdiri di sana, menunjukkan keagungannya.   Tetapi pandangannya terhadap Merry penuh dengan kasih sayang dan tidak ada kecaman.   Merry tersedak, "Ayah ...."   Begitu Richard berjalan mendekat, Merry melemparkan dirinya ke dalam pelukannya dan menangis histeris.   Richard menghela nafas.   Memikirkan putrinya yang berharga, yang tumbuh dengan dilindungi olehnya dan putra-putranya dan tidak pernah merasakan penderitaan. Tidak tahu selama 3 tahun berada di keluarga Prawira menerima berapa banyak penghinaan.   Jika bukan karena janji yang ia buat dengan putrinya, dia dari awal juga sudah menyuruh seseorang untuk menghancurkan Keluarga Prawira dan membersihkan b******n Yohan itu!   “Merry, sesuai dengan perjanjian, jika dia tidak menyukaimu dalam tiga tahun, kamu harus pulang dan mewarisi perusahaan.” Richard mengingatkan putrinya untuk menenangkan emosinya.   Merry menenangkan diri, mengangguk dan berkata, "Ayah, jangan khawatir, aku telah benar-benar melepaskannya. Setelah ini aku akan bergabung dengan perusahaan dan belajar mengelola perusahan dari kakak-kakakku!"   Lupakan cinta, dia akan memulai karirnya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD