Bersamanya tidak akan mudah

1300 Words
Rayya saat ini merasa sangat tidak leluasa apalagi ia telah tinggal di kediamana Sucipto. Tak banyak yang berubah karena sikap Rosa padanya masih saja dingin dan sering kali berkata sinis. Seperti saat ini, Rayya bahkan selalu diingatkan Rosa agar selalu mengutamakan kepentingan keluarga Sucipto. Apalagi nanti ketika Rayya menjadi istri seorang Jagadta Hutama Kamandaka, Rayya harus mampu memberikan keuntuntungan termasuk membujuk Jagadta untuk menjadi investor bisnis keluarga Sucipto. Rayya sedang bersiap untuk menemui Jagadta dan ia sedang memakai makeup tipis diwajah cantiknya. Kamar yang ditempati Rayya berada dikamar belakang yang biasanya di tempati para maid. Ia bahkan dilarang untuk menepati kamar tamu yang lebih layak untuk ukuran seorang keturunan Sucipto. Nayla saat ini berada di Kediaman Hutama Kamandaka karena sejak dulu Nayla memang tinggal disana bersama orang tuanya. Avi lebih memilih tinggal di kediaman Hutama Kamandaka bersama keluarga kecilnya dibandingkan tinggal di Kediaman Sucipto. Kediaman Sucipto sangat luas dan mewah, tentu saja ini membuat Avi bisa memamerkan kekayaan keluarga suaminya kepada teman-teman sosialitanya. Rayya melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya menuju ruang tengah dan disana ia melihat Rosa yang saat ini duduk bersama Adiwangsa. Rayya mendekati keduanya, namun Rosa segera mengalihkan pandangannya agar tidak melihat Rayya. Rosa seolah muak dengan kehadiran Rayya di rumah ini. "Tuan Adi," panggil Rayya dengan pelan. Seperti biasanya jika didepan Rosa ia tidak akan memanggil Adi sebagai Papanya. Apalagi selama ini pun, Adi tidak terlihat menyayanginya seperti Adi menyayangi Avi. Adi menatap Rayya dan ia menghela napasnya "Maaf mengganggu Tuan, Nyonya, saya permisi dulu!" Ucap Rayya segera melangkahkan kakinya menuju pintu keluar kediaman ini. "Berhenti!" Teriak Rosa membuat Rayya menghentikan langkahnya dan ia segera membalik tubuhnya menghadap Rosa dan Adiwangsa. "Mulai sekarang kau tidak perlu memanggil saya dan suami saya Tuan, Om, Tante, Nyonya," ucap Rosa memejamkan matanya. Ingatannya tentang pengkhianatan suaminya kembali terlintas dipikirkannya. Putri kandungnya Avi sudah tidak ada lagi di dunia ini dan yang tersisa adalah Rayya. Anak hasil.penghianatan suaminya dan sekretarisnya yang sangat ia benci. Rosa harus berusaha memperlakukan Rayya dengan baik karena ia ingin Rayya menggantikan posisi Avi menjadi menantu Hutama Kamandaka. "Panggil aku Mama," ucap Rosa terlihat berat mengatakannya membuat Rayya menghela napasnya. "Ya...Ma" ucap Rayya terlihat canggung. Rosa mengerutkan dahinya. "Bukan hanya kau yang tidak rela memiliki hubungan baik denganku, aku juga. Jika aku melihatmu aku selalu mengingat jika kau adalah..." ucap Rosa sambil menatap nanar suaminya. "Cukup Ma, Rayya lebih baik kamu segera pergi karena nak Jagad tidak suka menunggu!" Ucap Adiwangsa membuat Rayya menganggukkan kepalanya dan melangkahkan kakinya keluar dari kediaman Senopati. "Puas kamu Mas hidupku ini nggak ada artinya tanpa putriku dan aku sekarang hanya memiliki anak itu, anakmu...anak hasil pengkhianatanmu!" Teriak Rosa membuat Rayya yang bisa mendengar teriakan Rosa meneteskan air matanya tanpa suara. Rayya melangkahkan kakinya dengan cepat dan menuju mobil yang telah datang menjemputnya. Jagad memang telah meminta salah satu karyawannya untuk menjemput Rayya. Rayya menatap kearah jalanan dan air matanya kembali menetes. Ingatannya tentang masa lalu membuatnya kembali merasakan kesedihan yang dulu sering ia alami. Waktu itu Rayya sedang duduk di Kantin bersama teman-teman barunya di SMA. Ia berhasil bersekolah di Sekolah yang sama tempat Aviara bersekolah. Memiliki teman baru yang baik membuat Rayya merasa sangat bahagia, namun tiba-tiba kebahagiaannya itu sirna karena Avi dan para teman-temannya mendekatinya. "Ray, jangan lupa sepatu aku dibersihkan karena besok mau aku pakai jalan, sepatu putih hadia ulang tahun dari Papa!" Ucap Avi. "Iya mbak," ucap Rayya. "Dia siapanya kamu Avi?" Tanya salah satu teman Avi. "Anak harram pembantuku," ucap Avi membuat Rayya terkejut karena Avi mengatakan ia anak harram di depan teman-teman barunya. "Aku pikir tadi di anak orang kaya kayak kita-kita. Wajahnya cantik Avi mirip kamu, aku kira adik kamu." Ucap Megi temannya Avi. "Kalau dia kaya dia nggak akan pakai sepatu jelek gitu!" Tunjuk Avi pada sepatu yang Rayya kenakan. "Dia memang mirip sih dengan aku, apa mungkin dia anak haram Papaku dan pembantuku?" Ucap Avi membuat Rayya terdiam dan ia hanya bisa menahan rasa marah dan kecewanya. Mereka menertawakan Rayya dan sejak saat itu Rayya hanya memiliki beberapa teman saja dan yang lainnya, menjauh karena gosip mengenai dirinya tersebar di Sekolah. Rayya merasa dunianya bagai di neraka saat itu, tapi ia terus bersabar dan berharap suatu saat ia menemukan kebahagiaannya sendiri. Suatu saat dan kata-kata itulah yang menjadi kekuatannya untuk bertahan, ia tidak tahu kapan ia akan memiliki sesuatu yang indah di hidupnya, namun ia yakin akan ada pelangi setelah hujan. Kebahagiaan itu hari akhirnya kembali menjauh dariku... Batin Rayya. Beberapa jam kemudian Rayya sampai di sebuah Restauran mewah yang bernuasa classic dan menyediakan makanan yang pastinya sangat lezat karena sangat terkenal di Kota ini. Rayya turun dari mobil dan ia menghembuskan napasnya karena ia tidak pernah makan di Restauran mewah seperti ini karena harga makanannya pasti menguras isi dompetnya. "Silahkan masuk mbak Rayya karena Pak Jagad sepertinya sudah datang!" ucap supir yang menjemput Rayya karena ia melihat ada mobil Jagadta yang telah terpakir dihalaman Restauran ini. "Iya Pak terimakasih!" ucap Rayya. Raya melangkahkan kakinya dengan ragu, namun ia berusaha menjadi Rayya yang terlihat kuat dan percaya diri. Bukankah ia hanya perlu bertemu Jagadta. Rayya terlihat samgat cantik walaupin memakai pakaian yang sederhana, membuat beberapa orang yang berada didalam Restauran ini kagum dengan kecantikkan alami Rayya. Rayya tanpa makeup pun pasti akan mencuri perhatian laki-laki disekitarnya. Rayya mengedarkan pandangannya dan ia melihat Jagadta sedang duduk santai di sudut ruangan. Rayya melangkahkan kakinya mendekati Jagadta, membuat Jagadta menatap Rayya dengan tatapan dinginnya. Rayya duduk dihadapan Jagadta tanpa Jagadta persilahkan, membuat Jagadta menduga jika Rayya kemukinan besar memiliki sifat seperti Avi adik iparnya. "Kamu tahu siapa saya kan?" tanya Jagadta tanpa basa-basi. "Iya Mas," ucap Rayya. Jagadta meminum minumannya dengan pelan sambil menatap Rayya dengan intens "Kamu pesan apa yang kamu inginkan!" ucap Jagadta. Kalau ditraktir aku mau tapi kan belum tentu dia mau traktir aku... kalau bayar sendiri kan rugi... "Pilih saja apa yang kamu mau karena saya yang akan membayarnya!" ucap Jagadta karena ia melihat penampilan Rayya yang terlihat tidak berkelas berbeda dengan Avi yang memakai pakaian mahal. Jagadta bisa menduga jika perlakuan keluarga Sucipto pada Rayya pasti kurang baik. Apalagi menurut penyelidikannya, selama ini Rayya tidak dianggap sebagai keturunan Sucipto. Aku memang lapar banget karena tadi belum sempat makan. Dia kan yang bayar yaudah aku pesan saja... Jagadta memanggil karyawan Restauran agar kembali mendekatinya. "Saya tidak suka perempuan lamban seperti kamu. Kalau saya meminta kamu segera memesan makanan, kamu tidak boleh menolak!" ucap Jagadta. Suka memerintah dan tegas. Sifat sombongnya sangat mengesalkan. Batin Rayya. "Pesan spageti dan jus jeruk Mbak, spagetinya pedas ya Mbak!" ucap Rayya membuat pelayan Restauran segera mencatat pesanan dan kemudian segera permisi menyiapkan pesanan Rayya. Jagdata memperhatikan bentuk wajah Rayya yang menawan dan juga tubuh Rayya yang seksi dibalik pakaian yang Rayya kenakan. Jagdta tahu jika dihadapannya ini adalah perempuan yang sangat berbahaya bahkan bagi dirinya. Rayya adalah perempuan murahan dan perayu sama seperti Avi itu yang saat ini ada dipikiran Jagadta. Rayya mengangkat wajahnya dan menatap mata hitam pekat milik Jagadta. "Kamu tahu, saya paling benci wanita cantik seperti kamu yang rela menjual tubuhmu hanya untuk mempertahankan perusahan keluargamu yang hampir bangkrut," ucap Jagdta tanpa basa-basi dan langsung menujukkan taringnya kepada Rayya. Rayya menghela napasnya dan ia menatap Jagdta tanpa rasa takut. "Memiliki wajah seperti ini bukan kehendakku tuan Jagadta dan aku menikah denganmu hanya memiliki tujuan untuk menjaga Nayla bukan untuk menguras harta kekayaanmu Tuan," ucap Rayya kesal. "Wow ternyata kau berani juga melawanku, kemarin kau sangat penurut seperti kucing malu yang tidak tahu diri," ucap Jagdta. "Saya juga baru tahu ternyata anda memiliki mulut yang pedas," ucap Rayya. "Saya hanya menghormati para orang tua dan memilih diam karena saya tidak punya pilihan!" ucap Rayya membuat Jagadta mengangkat sudut bibirnya sambil kembali menatap Rayya dengan intens. Rayya menghela napasnya ia merasa hidupnya tak akan mudah bersama laki-laki tampan penuh pesona namun memiliki mulut setajam pisau.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD