AKU MENUNGGUMU

962 Words
Kania terhenyak dari duduknya ketika dia berhadapan dengan laki-laki yang selama ini dia benci. Bahkan rasa bencinya semakin hari semakin bertambah. Untung saja Tuhan masih berbaik hati padanya. hingga dia sekarang bisa lebih mapan dan pantas untuk mengurus buah hatinya. ya benih yang ditinggalkan laki-laki itu dalam rahimnya begitu saja, tanpa perasaan bersalah. Laki-laki itu kini ranbutnya agak panjang dan diikat asal. sangat berbeda dengan Juna waktu SMA dulu.tapi wajahnya walau terlihat lebih dewasa, Kania masih mengingatnya dengan jelas. "Silahkan duduk Pak". Kania berusaha profesional, dia tidak ingin terlibat pembicaraan apapun dengan lelaki itu selain permasalahan Farel,keponakannya. "Bagaimana kabarmu Kania?" Laki-laki itu mencoba mencairkan suasana. Betapa bahagianya hatinya saat melihat wanita yang selama ini dia cari ada di hadapannya. "Maaf kita langsung saja bahas masalah Farel Pak tidak perlu membahas yang lain.maaf kalau boleh tahu anda siapanya Farel?" ucap Kania yang terdengar ketus. Kania hanya sesekali melihat lelaki itu. dia berusaha menghindari kontak mata dengan lelaki itu. "Saya om nya Farel Kania". "maaf bisa anda lebih sopan memanggil saya? saya disini guru Pak". "oh ya maaf bu Kania. masalah apa yang dilakukan keponakan saya?" "Tindakan yang dilakukan keponakan anda saat ini benar-benar fatal Pak. yang pertama dia sudah menjebak temannya sendiri dan memfitnah telah berbuat asusila. yang kedua dia.. dia menghamili temannya yang bernama Stevi." Ketika mengatakan 'menghamili' Kania terasa tercekat di tenggorokan. pasalnya ada rasa sesak yang teramat sangat. apalagi dia harus berhadapan dengan lelaki itu. "Astaghfirullah... bagaimana bisa keponakan saya bisa bertindak sejauh itu Kania? dia adalah anak yang manis di rumah. tidak pernah melakukan hal yang kelewat batas". "mungkin dia mencontoh apa yang dilakukan omnya." "Kania.." Juna merasa Kania sedang menyindirnya. "maaf.. saya terlalu banyak bicara". Saya sudah menjelaskan apa yang terjadi pada keponakan anda. mari ikut saya ke ruangan kepala sekolah. beliau nanti yang akan memutuskan kelanjutan Farel di sekolah ini seperti apa". Kania membawa Juna ke ruang kepala sekolah. ya lelaki itu adalah Arjuna. lelaki masa lalu Kania yang telah mengambil paksa sesuatu yang berharga miliknya. di ruang kepala sekolah ada wali dari Farel, wali dari Stevi, kepala sekolah,waka kesiswaan dan guru BK tentunya. mereka berembug tentang masalah ini. mereka berembug untuk memutuskan mereka masih tetap bisa sekolah atau tidak. "Begini pak Menurut aktivis perempuan Zumrotin K Soesilo, sesungguhnya siswi hamil tetap bisa sekolah. Tidak ada regulasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang melarang siswi hamil atau menikah . Jadi kalau SMA kita ini mempertahankan Stevi untuk sekolah disini, berarti tidak menyalahi aturan. Tapi terkadang sekolah mempunyai kebijakan sendiri" "Saya tidak mau reputasi sekolah kita jadi jelek karena masalah ini bu Kania" kepala sekolah menanggapi yang di sampaikan Kania. "Keputusan ada pada Anda pak Kepala sekolah" ucap Kania. "Begini untuk Stevi saya putuskan dia tidak bisa sekolah lagi disini karena sedang hamil. sedangkan Farel masih bisa sekolah disini. mengingat dia laki-laki dan dia akan menjadi kepala keluarga." kata kepala sekolah. "Tapi ini tidak adil untuk anak saya Pak". Mamanya Stevi menangis meminta keadilan untuk putrinya. "Sudahlah ma, kalaupun Stevi masih boleh sekolah disini, Stevi akan menolak ma. Stevi dak kuat mendengar makian teman-teman nantinya" Stevimenangis di pelukan mamanya. "Jadi kapan kamu mau nikahi anak saya? kamu yang bikin anak saya kehilangan masa depan Rel" ucap mamanya Stevi dengan nada meninggi. dia tidak terima kalau masa depan putrinya harus hancur karena Farel. Kania yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka meneteskan airmata dan buru-buru mengusapnya kasar. dia seperti berkaca pada pada kejadian 10 th yang lalu. "Saya belum siap menikah tante." jawab Farel. "jawaban macam apa itu Farel? kamu yang menyebabkan Stevi hamil. dan sekarang kamu bilang belum siap menikahinya? kamu laki-laki dan tidak seharusnya kamu lari dari tanggung jawab. Jangan jadi laki-laki pengecut Farel". ucap Juna memarahi Farel. Juna merasa dirinya sedang memarahi dirinya sendiri. iya dia sedang membuka luka lama yang sudah dia simpan namun tak akan pernah dia lupakan sampai kapanpun. "munafik" ucap Kania memaki Juna dalam hati. "maafkan saya tante.. saya secepatnya akan menikahi Stevi. Tapi bagaimana dengan papi sama mami Om?" Farel khawatir kalau orangtuanya tahu apa mereka bisa menerima pernikahan ini? "nanti om yang akan bicara sama papi mami kamu. yang penting kamu ada niat baik untuk tanggung jawab Rel" Kata Juna. "Baik sepertinya masalah sudah selesai. untuk Stevi saya sarankan nanti bisa homeschooling saja bu.agar dia masih tetap bisa mengenyam pendidikan dan bisa lulus sama seperti teman-temannya." ucap Pak Kepala Sekolah. Mereka pun keluar dari ruang kepala sekolah. Farel kembali ke kelas sedang Stevi mulai hari ini dia akan keluar dari sekolah Cerdas Indonesia itu. Kania kembali ke ruangannya yaitu ruang BK. Juna yang masih belum puas berbicara dengan pujaan hatinya itu mengekori langkah Kania sampai di ruang BK. "Boleh saya masuk?" ucap Juna dan dibalas dengan tatapan tajam Kania yang mengarah padanya. "Semua masalah sudah selesai Pak. untuk apa anda kesini?" Balas Kania yang sengaja menyibukkan diri dengan beberapa buku yang berserakan di atas mejanya. "Ada yang perlu aku omongin sama kamu Kania". "Maaf ini sekolah Pak.. lagipula sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan.semua sudah selesai." "Semua baru saja akan dimulai sejak Tuhan mempertemukan kita hari ini Kania. Aku tunggu di restoran seberang jalan sana.Aku akan menunggumu disana sampai kamu datang.banyak sekali yang akan aku jelaskan sama kamu". Juna berlalu dari hadapan Kania. Kania benar itu adalah sekolah dan tak seharusnya mereka berbicara masalah pribadi disana. Juna keluar dari area sekolah. laki-laki dengan rambut agak panjang dan diikat asal itu, melangkah menuju restoran tempat dia menunggu Kania. Masih ada kira-kira satu jam lagi waktu pulang sekolah. Bagi juna tak masalah menunggu Kania selama satu jam dibandingkan penantiannya selama sepuluh tahun ini. Dia ingin menjelaskan semuanya. dan mendengar penjelasan Kania kenapa dia menghilang tiba-tiba. Kania yang masih berada di sekolah merasa bingung harus menemui lelaki itu atau tidak. tapi kemudian dia berfikir. "ya itulah yang akan aku lalukan" lirih Kania ********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD