Chapter 07 - DalamPeluk yang Sama

1215 Words
Jarum jam menunjuk pukul tiga dini hari ketika Ryan terjaga. Senyap menyelimuti seluruh ruangan, hanya suara kipas pendingin udara yang berbisik perlahan. Dalam remang cahaya dari lampu meja yang tak sengaja tertinggal menyala, ia menyadari sesuatu yang membuat detak jantungnya sedikit melonjak: tubuh mungil Nu masih bersandar erat di dadanya. Helaan napasnya terdengar lembut, seperti melodi pengantar malam yang membuat Ryan nyaris lupa bahwa dunia pernah menghancurkannya. Sudah hampir empat tahun lamanya Ryan bangun di jam ini—jam sunyi, jam kenangan, saat di mana dulu istrinya, Theresia, biasa terjaga lebih dahulu dan mereka membangun kembali cinta yang tak pernah usai, bahkan di antara kantuk. b******u, saling membelai dan bercinta tanpa mengenal waktu bahkan hingga ayam berkokok berkali-kali. Kini, kebiasaan itu membekas seperti luka yang tak benar-benar sembuh. Ryan sangat tersiksa dalam situasi ini dan itu terjadi setiap pagi hingga masuk tahun kelima. Namun malam ini berbeda. Ada kehangatan lain yang mengisi kekosongan itu. Tangannya bergerak perlahan, menyentuh rambut Nu, menyibakkannya ke belakang telinga gadis itu. Saat itu Nu berbaring dengan posisi membelakanginya. Rian hanya menyentuh lengannya perlahan, tak lebih, tak kurang. Hangatnya cukup untuk mengusir dingin malam dan Ryan terus mengelus lembut lengannya, menciptakan percikan-percikan listrik di dalam tubuhnya sendiri yang memang sudah menegang. Sementara Nu Nu mengerang pelan, bergumam tanpa membuka mata. Jemarinya mencari tangan Ryan dan menggenggamnya dalam tidur. Tak ada kata-kata. Tak ada suara. “Sayang, olahraga yuk" bisiknya serak tepat di telinga Nu. Bulu kuduk Nu meremang karena hembusan napas hangatnya menyapu daun telinganya. Nu dengan mata tertutup berbalik saat Rian hendak mencium lehernya. “Olahraga?” tanya Nu sok polos. Ya, walaupun mengantuk, namun Nu tahu betul, 'olahraga' yang dia maksud itu apa. Tapi, saat itu Nu ingin menggoda Rian. Rian mengangguk menjawab ucapan. “Mau olahraga apa? Gak boleh Mas, olahraga malam-malam. Ga baik buat kesehatan," kata Nu menatapnya dengan serius. "Kita olahraganya yang baik buat kesehatan aja kalo gitu," ucapnya kembali mau mencium leher Nu tapi dengan cepat Nu menahan wajahnya. mendorongnya menjauh dengan tangannya. "Olahraga apa? Gak mau ah, kamu aja sendiri!" Nu menarik selimut dan menutup seluruh tubuhnya. Benar dugaan Nu, dengan sengaja ia menyenggol 'kepunyaan' Ryan di bawah sana dengan lututnya dan mendapati sesuatu yang sudah menegang keras. Nu mendengar kekasihnya meringis dan lebih terdengar mendesah saat dia menyenggol kepunyaannya. “Sayang, olahraganya' kan untuk dua orang Harus dilakuin sama kamu dan aku. Gak bisa sendiri." Suara Ryan serak terkesan tidak sabar. Nu menyingkap kembali selimutnya dengan tatapan kesal. "Olahraga apa sih? Aneh banget, masa harus berdua. Aku gak mau, ah. Udah, gak usah olahraga-olahraga, ayo tidur aja!" Nu mengalungkan lengannya pada leher Rian, merapatkan tubuh mereka. Lalu dengan sengaja menghembuskan napasnya di leher lelaki yang usianya sebaya dengan ibunya. Nu merasakan tubuh Rian menegang saat dia memeluknya. Dia tahu rasanya pasti tersiksa sekali. Ah, maafkan aku My lovely. Gumam Nu dalam hati. Tanpa sadar dia mengulum senyum saat tangan Ryan dengan ragu membalas pelukannya. Ryan menghela napasnya beberapa kali sebelum akhirnya membalas pelukan Nu,merengkuh tubuhnya dalam delkapan hangatnya. “Good night My love.Aku gak akan maksa kalau kamu gak mau” ucapnya kemudian sambil mengecup puncak kepala Nu. Nu semakin mengeratkan pelukannya dan mulai memejamkan mata hingga akhirnya benar-benar terlelap di dalam dekapan hangat lelaki yang sudah 3 malam ini resmi menjadi kekasih sekaligus suami bayangannya. “Nu…” bisik Ryan, nyaris tak terdengar. Ia tahu, mungkin ini bukan cinta yang datang dari rencana, tapi dari luka yang bertemu pelipur. Ia juga sadar, Nu sangat kelelahan, dan ini bukan waktu untuk meminta lebih. Maka ia hanya menarik selimut lebih tinggi, menyelimuti tubuh mereka berdua. Lalu bibirnya kembali mengecup dahi Nu dengan lembut, ciuman hangat yang menyampaikan satu hal: Aku di sini. Dan kau tak sendiri. Ryan pun menarik napas panjang. Ia memeluk Nu lebih erat, menenggelamkan wajahnya ke rambut gadis itu dan mencoba memejamkan mata. Dan untuk pertama kalinya sejak lama, ia bisa tertidur lagi dalam peluk yang hangat—bukan karena tubuh yang menemaninya, tapi karena hatinya yang mulai terasa utuh kembali. Dan malam itu, meski tanpa pelukan gairah atau ciuman penuh api, Ryan tahu: dirinya telah kembali merasa dicintai… dan mencintai. ----- Paginya.... Di dalam kamar Nu mendapati Ryan yang masih terlelap dengan telanjang d**a dan selimut melilit dari pinggang sampai kakinya. Nu menyimpan gelas yang dia pegang di atas nakas samping tempat tidur. Lalu menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, berniat membangunkan Rian. "Sayang bangun dong, kita jadi pergi gak?" ucap Nu mengelus dahinya lembut. “Eungh...Rian mengerang, menggeralkkan kepalanya, tampak nyaman dengan sentuhan Nu. “Mas, bangun! Udah siang inil” ucap Nu lagi, masih mengelus dahinya. Nu hafal betul,bahwa lelalki itu akan lebih cepat bangun jika dia membangunkannya dengan cara seperti ini. Tapi ternyata diam-diam Rian yang sudah terbangun dari tadi ingin ganti menggodanya. Ryan berpura-pura masih terlelap dan tangannya menelusup ke celana boxernya sambil berpura-pura mengigau....Nu sayang, aghh pelan-pelan yank.... Dan benarlah, Nu mulai tergoda, melirik ke Ryan dan perlahan mendekatkan wajahnya ke pangkal paha Rian yang terlihat ada sesuatu yang mengeras dan meminta terbebas dari celana boxer yang dikenakan. Tanpa komando Nu mencium celana boxer yang terasa sempit di mata Nu. Bibirnya membuka seperempat dan mulai memasukkan 'tegangan' milik kekasihnya itu. Ryan masih berpura-pura terlelap dan berakting sedikit kaget dan menatap Nu. "Pagi, cantik....”gumam Ryan dengan suara serak. Suara yang menjadi favorit Nu, suara Ryan terdengar sangat seksi terlebih kalau bangun tidur seperti ini. Nu tak menjawab, namun tangannya menurunkan celana boxer hitam yang dikenakan Ryan, hingga nampaklah batang kemaluan milik Ryan yang sudah membesar dan menegang menampilkan urat-urat biru di sekitarnya dan seakan bersiap terbang menujunya. Nu merasakan tegangan hebat dan rasanya jadi ingin mengigit kemaluan Ryan yang dalam bayangannya sudah siap ditusukkan ke lubang miliknya. "Aduh Nu, kenapa jadi ikutan m***m ya setelah berpacaran dengan om-om m***m ini," desahnya dalam hati. Nu memang merasakan bahwa dirinya selalu jatuh cinta lagi setiap melihat Ryan bangun tidur. Ini membuat ritme kuluman Nu di kemaluan kekasihnya makin cepat dan sesekali tersenyum melihat Ryan yang dia sangka masih mengantuk. "Pagi, suamiku yang ganteng. Ayo, bangun kita kan mau berwisata..." kata Nu melepas kulumannya. Sekilas Rian menatap Nu kemudian dengan cepat menarik bantal dan menutupi wajahnya. "Suami kamunya belum bangun!" ucapnya samar terdengar, karena tertutupi bantal. "Mas, bangun! Beneran mau tidur lagi???" kata Nu sambil menurunkan daster yang dikenakannya dan keruan saja dua gunung kembar yang masih sangat kencang dan p****g coklat kemerahan terlihat masih rata, meski terlihat menegang. "Beneran gak mau ini??" ujar Nu jengkel menarik bantalnya dengan paksa. Rian berpura menghela napas, namun seketika matanya terbelalak melihat pemandangan di depannya. Ryan bangkit dan mendudukkan dirinya. "Kamu kenapa sayang??" kata Ryan berpura-pura bodoh sambil menguap. "Mas kamu itu...." Nu tak melanjutkan perkataannya, karena suaranya berubah menjadi erangan karena tiba-tiba kepala Ryan telah berpindah di tengah selakangannya yang baru memiliki bulu-bulu halus tipis membentuk segitiga. "Arrghhh mas, oughhh...masss," erangan Nu semakin tak karuan karena dia merasakan nikmat luarbiasa di lubang pribadinya. Ryan memang cukup ahli untuk memainkan lidah di lubang yang tidak simetris itu. Ujung lidahnya bergerak berirama, mengulum, mencium, menjilat hingga menyedot benda kecil di dekat lubang mungil Nu. Perbuatan Ryan tersebut membuat bola mata Nu terbalik-balik menunjukkan kenikmatan yang luarbiasa. "Masss masukin sayang," pinta Nu mengiba pada Ryan yang tanpa menjawab sepatah kata pun...beranjak berada di posisi atas tubuh Nu yang telah telanjang terlentang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD