Senja telah pergi, dan malam terakhir Nu dan Ryan di apartemen kecil di Semarang datang dengan keheningan yang syahdu. Setelah seminggu penuh dalam kebersamaan yang intens, tawa, tangis, pelukan, dan desahan cinta, malam ini terasa berbeda. Nu menyandarkan kepalanya di d**a Ryan. Mereka berdua duduk di sofa, ditemani cahaya lampu remang dan suara instrumental dari speaker kecil di sudut ruangan. Ryan membelai lembut rambut kekasihnya. Wajahnya teduh, tapi penuh tanya. "Sayang... besok kamu pulang, ya?" tanya Ryan pelan. Nu mengangguk pelan, suaranya nyaris berbisik. "Iya, Mas. Tapi hatiku tetap di sini. Di kamu." Ryan menarik napas panjang. "Kita harus mulai bicara tentang masa depan. Tentang hubungan ini. Kamu tahu, ini nggak mudah." Nu mengangkat wajahnya. Tatapannya lembut, tapi te

