Prolog

244 Words
  Aku menatap mata itu. Memancarkan cahaya ketakutan ketika pisau kecil berjalan di sekitar wajahnya. Membelai pipi dan hidungnya dengan gerakan seringan debu. Sayangnya, bukan malah tersenyum, belaian kali ini malah membuat dia menatapku semakin takut. aku jelas tahu apa arti tatapan ini, sudah banyak mata yang menatapku seperti ini. Tapi aku sungguh malas untuk menanggapi setiap teriakan ketakutan itu. Oh ayolah, siapa yang tidak ketakutan di situasi semacam ini?   Ada pisau tepat di depan matanya..  mata ini sudah melihat banyak kejahatan jadi, Clup!  Aku menusuk mata itu. Membiarkan darah terus turun membasahi wajahnya. Membelai seluruh kulitnya. Membiarkan tetesan darah terus jatuh hingga membasahi lantai kamarku. Oh ayolah, mulutnya terlalu berisik. Aku tidak suka orang yang cerewet seperti ingin memilih bagaimana cara dia mati. Dia ada di depanku, berada di genggamanku, jadi.. siapa yang akan menolongnya? Tanganku membelai turun searah dengan aliran darah. mulutnya sudah kututup dengan kain tapi dia masih terus berteriak. Baiklah, aku suka orang yang pantang menyerah. Tapi sayangnya dia membuat aku merasa tidak nyaman. Teriakan kesakitan itu malah membuat hatiku jadi sebal. dia berisik! Jadi, tanpa aba-aba aku menusukkan pisau tepat ke mulutnya. Membiarkan darah kembali mengalir lewat bibirnya. Salah sendiri dia punya mulut lebar! Aku paling tidak suka dengan suara berisik. Mereka menggangguku! Tapi ketika melihat darah mengalir semakin deras, suasana hatiku jadi sedikit membaik. biarkan saja darah ini menetes di lantai, aku bisa membersihkan kekacauan ini besok. Aku tidak perlu banyak berpikir karena aroma darah saat ini membuat aku merasa melayang. seperti mabuk! Ah, aroma ini yang paling menyenangkan!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD