"Terus aku taruh dimana mas" tanya Hasna.
"Tidak usah pakai lemari" jawab Reynand lalu meninggalkan dirinya dikamar sendirian.
"Ya Rabb bukakan hati suami hamba agar bisa menerima hamba disini" batin Hasna tiba saja air matanya mengalir dipipinya.
Pagi hari Hasna melaksanakan sholat shubuh dikamarnya ia berniat ingin membangunkan suaminya untuk sholat shubuh tapi ia takut jika suaminya marah lebih baik ia bangunkan, dari pada suaminya tidak sholat shubuh lebih dosa jika tidak dibangunkan kakinya melangkah ke arah kasur kemudian menepuk bahu suaminya untuk bangun tapi ia malah dimarahinya
"Mas bangun sholat shubuh" perlahan-lahan Hasna menepuk bahu suaminya.
"Enghh kamu ngapain kamu disini hah" dengan nada tinggi berbicaranya.
"Ma..aaaaf mas aku cuma bangunin kamu sholat shubuh aja kok" Hasna takut jika suaminya sudah marah.
"Sini biar saya kasih pelajaran, karena kamu telah membangunkan saya pagi-pagi gini" Reynand menarik tangan Hasna dengan kasar sampai menuju kamar mandi ia menjatuhkan tubuh istrinya ke lantai lalu menyalakan showernya, kemudian menjambak hijabnya yang masih ia pakai ja belum siap untuk membuka hijabnya walaupun itu didepan suaminya.
"Sekali lagi kamu mengganggu tidur saya! Saya gak akan segan-segan menyiksa kamu ngerti"
"Ngerti mas" Hasna merapikan hijabnya kembali yang sudah berantakan tadi, lalu suaminya meninggalkan dirinya di kamar mandi dengan air shower yang masih mengalir.
"Ya Rabb kuatkan hamba untuk mempertahankan pernikahan ini" Hasna menggelemkan wajahnya dengan memeluk kakinya.
"Papah" panggil dhifa yang melihat papahnya ada di dapur untuk mengambil minum dikulkas, hari ini benar-benar kezel dengan istrinya lagi enak-enaknya tidur malah dibangunkannya.
"Hey kamu sudah bangun" tanya Reynand melihat anaknya sudah keluar dari kamarnya.
"Udah pah, mamah kemana pah" ujar dhifa.
"Hmm masih dikamar sayang" balas Reynand dengan mendaratkan tubuhnya di kursi makan.
"Papah kok tumben bangunnya pagi banget"
"Gara-gara mamah kamu tuh bangunin papah" adu Reynand pada anaknya.
"Mamah baik yah bangunin papah pagi-pagi gini" Hasna mendekati papahnya lalu duduk di kursi makan menghadap papahnya.
"Mamah maira lebih baik dari pada dia"
"Papah kenapa sih kaya gak suka sama mamah" tanya dhifa.
"Sudah lah lebih baik kamu mandi sana" perintah Reynand.
"Aku maunya dimandiin mamah"
"Jangan manja dhif" sahut Reynand.
"Emangnya aku gak boleh manja sama mamah, aku pengen dimanjakan mamah, sekali seumur hidup aku belum pernah dimanjain oleh mamah kandung ku sendiri"
"Dhifa jangan bahas itu lagi" bentak Reynand ia paling tidak suka jika alm istrinya disebut namanya.
"Papah gak pernah ngertiin aku sama sekali! Aku benci papah" dhifa meninggalkan ruang makan, kakinya berlari ke arah kamar mamahnya untuk mengadu padanya.
"Mamah" teriak dengan mengeluarkan air matanya yang sudah mengalir.
"Ada apa sayang" tanya Hasna yang sudah berganti pakaian tadi, pakaian tadi basah karena oleh suaminya yang menyiram dirinya dengan air shower yang begitu dingin.
"Mamah papah jahat" dhifa memeluk mamahnya dengan erat.
"Kenapa kamu bicara begitu" ujar Hasna"Ayo sini mah mandikan mau" tawaran Hasna pada anaknya dengan membelai rambut kepalanya
"Mau mah" sorak gembira dhifa
"Kalo kaya gini kan cantik" ujar Hasna
"Aku kan selalu cantik seperti mamah" balas dhifa dengan menderetkan giginya
"Pintar anak mamah ayo kita mandi" ajak Hasna kemudian ia pun memandikan anaknya
Setelah memandikan anaknya Hasna pun berjalan menuju dapur untuk membuatkan sarapan untuk anak-anaknya dan juga suaminya baru saja ia sedang masak suaminya datang memarahi Hasna dengan mencengkram tangannya kuat sampai ia meringis kesakitan
"Awhh sakit mas" Hasna merintih kesakitan akibat tangannya dicengkeram oleh suaminya
"Kamu bilang apa saja sama anak saya hah" Reynand menatap tajam ke arah istrinya
"Aaa...aaku gak bilang apa-apa kok" Hasna menundukkan kepalanya ia takut jika melihat wajha suaminya yang sudah marah seperti ini
"Mas lepasin tanganku sakit" Reynad masih tetap mencengkram kuat tangannya membuat Hasna kesakitan
"Ini belum seberapa dibandingkan nanti saya akan membuat hidupmu menderita" apa yang di maksud dengan suaminya berbicara seperti itu apa ia bakal mati ditangannya
"Mas kenapa gak suka sama aku apa salahku" Hasna mencoba mengangkat wajahnya dengan menatap ke arah suaminya
"Salahmu karena saya gak suka kamu jadi istri saya"
"Mas jodoh itu gak ada yang tau mungkin mas memang jodohku"
"Pede sekali kau ini" Reynand menertawakan dirinya
"Jujur saja kamu bilang apa saja sama anak saya hah"
"Aku sudah bilang sama mas aku gak bilang apa-apa smaa dhifa"
"Saya gak percaya sama kamu pasti kamu menjelekkan saya didepan anak saya iya kan"
"Sumpah aku gak bilang apa-apa sama dhifa"
"Kalo gak bilang apa-apa kenapa anak saya bisa benci sama saya hah" bentak Reynand menjatuhkan Hasna ke lantai membuat dia kesakitan
"Aduhh sakit hiks hiks" Hasna memegangi kakinya yang terdampar dilantai
"Dasar cengeng baru segitu saja menangis" ejek Reynand lalu berjongkok menghadap istrinya dengan tatapan tajamnya
"Saya gak akan segan-segan nyakitin kamu" Reynand menangkap dagunya dan mencengkeram kuat membuat Hasna kesakitan
yang mengangkat tubuhnya untuk duduk dipangkuannya, dengan memeluk dirinya.
"Masa aku gak boleh dimandiin sama mamah, aku kan pengen dimandiin sama mamah" dhifa mengadu pada dirinya jika papahnya melarang untuk dimandikan olehnya.
"Papah itu sayang sama kamu kok" Hasna mengusap rambut anaknya menasihati bahawa papahnya sayang pada dirinya.
"Kalo papah sayang sama aku, dia gak bakal bentak aku mah"
"Sudah yah jangan nangis lagi nanti cantiknya hilang loh" Hasna menghapuskan kedua air matanya yang mengalir dipipinya
"Jawab pertanyaan saya kamu ngadu apa saja ke anak saya" tangan Reynand menarik jilbabya sampai jilbabnya berantakan
"Aku gak ngadu apa-apa sama dhifa mas"
"Saya pikir kamu perempuan baik-baik ternyata hanya diluar nya saja tertutup rapat" pikir Reynand
"Ada apa ini" tanya anak pertama Reynand yang baru saja datang dari rumah temannya untuk menenangkan dirinya ia tidak terima jika papahnya menikah lagi ia hanya mau mamah maira mamah kandungnya
"Elsa dari mana saja kamu" Reynand bangkit dari jongkoknya lalu menghampiri anaknya dengan membawa kopernya
"Aku dari rumah teman untuk menenangkan diri" ujar Elsa dengan menjawabnya dengan datar
"Kenapa kamu ke rumah teman apa kamu gak anggap saya papahmu lagi" balas Reynand
"Aku gak suka papah menikah lagi apa lagi dengan dia pakaiannya saja kaya orang kampung" sindir Elsa
"Jaga ucapanmu" bentak Reynand membuat Hasna senang mendengarnya karena suaminya membela dirinya
"Kenapa? Kenapa papah malah belain gadis kampung ini" emosi Elsa dengan menatap tajam ke arah Hasna seperti ingin memakannya
"Segera ke kamar bersihkan diri kamu" Reynand pun meninggalkan mereka berdua yang masih didapur