Bertukar Peran

1185 Words
Author POV Yuna beringsut kebelakang menghindari pria yang saat ini ada di hadapannya. Yuna yang sungguh ketakutan hanya bisa berdoa dalam hati agar ada orang yang menolong nya. "Tolong jangan ganggu saya. Saya gak kenal dengan anda." "Gak usah pura-pura sayang. Kan lo yang nyuruh gua dateng ke apartment ini, terus sekarang lo bilang gak kenal sama gua?" "A-anda sepertinya salah orang. Sa-saya benar-benar gak kenal anda siapa. To-tolong lepaskan saya." Yuna menggosok kedua telapak tangan nya seraya memohon kepada pria yang ada di hadapannya. Tapi pria itu menyerigai sinis dan menarik kaki Yuna sampai dia terjatuh di atas ranjang dan pria itu mulai menindih Yuna dan mencengkram kedua pergelangan tangannya. "Argh!!! Tolong lepaskan saya.!" teriak Yuna sambil memberontak. Tapi pria itu mengabaikan teriak ketakutan Yuna dan dia terus saja menciumi Yuna. Karena dia kesulitan mencium bibir Yuna karena Yuna selalu menghindar, akhirnya ciuman pria itu beralih ke leher Yuna dan menbuat Yuna semakin bertambah takut. "Jangan! Tolong!" Teriak Yuna yang sudah mulai menangis. BRAK! Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan terlihat seorang wanita memasuki ruangan. "Yura tolong gue." teriak Yuna saat melihat Yura berjalan kearah mereka. "Jack lepasin dia!" teriak Yura. Saat mendengar suara Yura dengan cepat pria itu menoleh ke arah nya. Melihat kesempatan untuk kabur, Yuna langsung mendorong pria tersebut sampai dia terjatuh dari ranjang dan berlari ke arah Yura sambil bersembunyi di belakang punggung Yura. "Lho koq kalian." tunjuk pria yang bernama Jack ke arah Yuna dan Yuna secara bergantian dengan wajah bingung. "Ck! Jack. Sekarang mending lo pergi dari sini. Gua ada urusan sama kakak kembar gua." perintah Yura kepada Jack. Dan pria itupun menurutinya dan dia meninggalkan Yuna dan Yura di dalam kamar. Yura berbalik menghadap Yuna yang masih menangis dengan pandangan mengejek. "Lo gak pa-pa ?" tanyanya dingin. "Gu-gua gak pa-pa. Makasih ya Ra udah nolongin gua tadi." kata ku sambil menggenggam tangan Yura. "Ck! Gak usah lebay deh. Maka nya jadi cewe jangan lenjeh, biar gak gampang di tindas orang." Yura menghentak tangan Yuna dengan kasar dan berjalan menuju sofa. "Sebenernya lo mau ngapain ketemu sama gua ?" "Gu-gua butuh bantuan lo Ra." kata Yuna yang takut dan menundukan kepalanya, sambil mengelap air matanya dengan punggung tangannya. . "Ya udah kesini, ngapain masih berdiri di situ. Dan cepet bilang butuh bantuan apa, karena gua sibuk ?" Dan akhirnya Yuna menghampiri Yura dan duduk di sebelah nya, sambil memegang kedua tangan Yura. Tetapi lagi-lagi tangan Yuna disentak kuat oleh Yura. "Ngomong ngomong aja gak usah pegang-pegang bisa kan!" marah Yura. "Ma-maaf." dan lagi-lagi Yuna menundukan kepala nya karena merasa takut dan canggung. "Se-sebenarnya gua udah ketemu sama laki-laki yang pernah lo ceritain itu." kata Yuna memberitahu tentang Xander. Dan seketika ekspresi wajah Yura langsung berubah 180 derajat. "Serius ? Terus ?" tanya Yura dengan senyum di wajahnya. "Ya, jadi dia itu sebenernya butuh orang buat jadi pengasuh sekaligus ibu s**u buat anaknya. Dan gua udah coba mengajukan diri buat bekerja jadi pengasuhnya, tapi masih belum ada keputusan gua di terima atau ngak." kataku dengan wajah sedih. "Aduh... lo tenang aja gua yakin lo di terima. Lo udah ikutin saran gua waktu itu kan ?" "U-udah sih. Tapi...." "Ck! Tapi apa lagi sih ?!" tanya Yura geram. "Kalo misalnya gua di terima, gua harus tinggal di sana. Terus nanti ayah gimana kalo gua tinggal di sana ? Gua gak mau ninggalin ayah sendirian." Yuna mengatakan kekhawatiran nya kepada Yura. "Halah... Gua kira apa." "Jadi lo mau bantuin gua jaga Ayah ? Lo pindah aja tinggal di rumah bareng ayah." kata Yuna dengan wajah senang berharap Yura mau menerima ide nya. "Hah! Ya ngak lah!" Yura langsung menolak keras permintaan Yuna. Sehingga membuat Yuna kembali sedih. "Hm... gini aja, gimana kalo kita tukaran tempat setiap malam" usul Yura. "Mak-maksudnya gimana ?" tanya Yuna bingung. "Gini, Xander itu gak tau kan klo lo punya kembaran ?" Yuna menggeleng pelan mendengar pertanyaan Yura. "Ya udah klo gitu gampang. Jadi lo akan bekerja di rumah Xander dari pagi sampai malam. Terus malem nya lo cari alesan aja biar bisa keluar dari rumah itu, ke minimarket keq atau ke mana keq, yang penting lo bisa keluar dari rumah itu. Dan setelah itu gua bakal masuk ke rumah itu sebagai lo. Dan setelah itu lo bisa pulang ke rumah nemenin bokap lo kan." Yura menjelaskan dengan tersenyum. "Ayah kita Yura." sela ku dan membuat wajah Yura kembali masam. "Ck! Terserah deh. Dan paginya gua yang bakal keluar dari rumah itu supaya lo bisa balik dan kerja lagi kaya biasa. Gimana ?" "Hm... ide lo bagus sih. Tapi... gimana kalo kita ketauan ?" tanya Yuna ragu. "Oke gini setiap kali kita bertukar tempat kita harus saling info tentang apa aja yang udah kita jalanin seharian itu, supaya kita bisa saling tau kegiatan kita. Dan dengan begitu peluang untuk kita ketauan juga kecil." Yuna berpikir sejenak sebelum memberikan jawaban kepada Yura. Sebenarnya Yuna ragu untuk menjalankan rencana itu. Tapi Yura meyakinkan Yuna klo semua akan berjalan dengan lancar. Bahkan memberikan alasan bahwa mereka melakukan itu untuk pengobatan Ayah mereka. Dan akhirnya Yuna pun menyetujui rencana dari Yura. "Ya udah pulang sono udah malem. Tar bokap lo nyariin." Yura mengusir Yuna setelah mereka selesai membicarakan rencana mereka. "Ck! Yura,itu Ayah kita bukan cuman bokap gua." "Ck! Udah ah bawel. Udah sana pulang gua cape mau istirahat." Yura menarik Yuna yang masih duduk dan membawanya kearah pintu. Yura juga mengambilkan barang-barang Yuna dan menyerahkan barang-barang itu dengan kasar, lalu menutup pintu apartment tersebut dengan kasar didepan wajah Yuna, sampai membuat Yuna terkejut. Yura masuk ke kamarnya dengan perasaan senang. Lalu dia merebahkan dirinya di ranjang sambil tersenyum. "Ah... akhirnya... Sebentar lagi cowo itu bakal jadi milik gua. Dan untuk sementara gua akan baik-baik dulu sama lo Na, setelah itu lo baru bakal ngerasain gimana hidup di neraka. Hahahahaha." Yura berbicara dan tertawa senang seorang diri memikirkan bahwa apa yang dia rencanain akhirnya akan berjalan lancar. Plok... Plok... Plok... Terdengar suara tepukan tangan dari arah pintu kamar. Yura bangun dan melihat kearah pintu. Ternyata Jack sudah berada di sana dan tersenyum sinis. "Emank hebat banget akting lo sayang." puji Jack sambil menghapiri Yuna yang duduk di sisi ranjang. "Ternyata lo masih disini." Yuna yang mendapatkan pujian atau mungkin sindiran dari Jack malah tersenyum sinis. "Tentu donk gua masih di sini. Kan gua masih belum dapat bayaran buat yang tadi." jawab Jack sambil mencium wajah Yura dan mulai mengendus lehernya. "Ck! Tadi kan lo gak berhasil perkosa Yuna." protes Yura sambil melotot ke arah Jack. "Itu karna kamu yang datang terlalu cepet sayang. Aku baru mau menikmati tubuh saudara kamu yang masih perawan itu. Kamu malah udah keburu masuk." "Ck! Alesan!" Yura menatap geram Jack yang malah memasukan tangannya kedalam pakaian Yura. "Aku gak alesan sayang." Jack mulai menciumi leher Yura sambil memberikan sentuhan-sentuhan di area pribadi Yura. "Sshh..." desah Yura menikmati sentuhan Jack. "Layani aku sayang. Sebelum kamu pergi melayani pria impian kamu itu." bisik Jack di telingan Yura. Yura tersenyum miring mendengar bisikan itu, dan kemudian dia menarik Jack ke atas ranjang dan mulai memberikan apa yang Jack inginkan. Dan Yura yang memimpin permainan mereka malam itu. Author POV End
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD