Bab 4 - Surat Peringatan

2359 Words
"Sampai kapan, kau akan bersembunyi seperti ini, Angelina?" Angel menutup mulutnya tak percaya. Dia pun segera menghambur ke dalam pelukan pelanggan yang ternyata berjenis kelamin pria dan tentu saja dia kenali sejak balita. "Kakak ... kapan datang? Ya Tuhan ... aku sangat rindu sampai rasanya tidak bisa bernapas." Angel menahan diri untuk tak menangis sekarang. Bisa-bisa penyamarannya sebagai gadis miskin terbongkar jika seseorang sampai melihat sosok pria yang dipeluknya saat ini adalah Davio William--sang penguasa. Beruntungnya saudara lelakinya yang anti perempuan itu memakai pakaian yang cukup merakyat. Tidak berkelas seperti biasa atau orang-orang di sini akan menjadikan Dave sebagai pusat perhatian. Angel tersungut saat melepaskan diri dari pelukan Dave. Sebenarnya, dia masih ingin memeluk tubuh tegap kakaknya itu lebih lama demi mengurangi sedikit rasa sesaknya karena kerinduan. Tapi, apa daya? Tempat dan drama publik menjadi penghalang dan bisa jadi malapetaka untuk penyamarannya. "Kau ini kebiasaan sekali. Padahal Kakak hanya pergi sebentar," elak Dave dengan wajah jenaka yang sama sekali tak menarik dilihat. Pria dingin itu, sama sekali tak cocok untuk melawak. "Jangan lupa. Kakak meninggalkan kami lumayan lama." Angel mengerucutkan bibir. Dia paling kesal saat Dave sibuk dan meninggalkannya seperti ini. Ya, meskipun dia tau jika saat ini Dave sedang mempersiapkan sebuah misi yang harus di perjuangkan sampai di titik akhir. Tetap saja, dia tidak ingin Dave pergi. Dave tergelak. Melihat Angel yang berekspresi seperti anak kecil begini tentu saja membuatnya senang. Sifat Angel yang manja dan suka membuatnya kerepotan seperti menghadapi bayi, memang sering kali dia rindui. Sayang, Angel yang berada di hadapannya saat ini begitu berbeda dari pada Angel yang dia kenal 5 tahun terakhir dan hal itu, menjadi penyesalan terbesarnya sampai saat ini. Tangan Dave merogoh saku jaketnya kemudian mengeluarkan sesuatu dari sana. "Satu minggu lamanya, Angel. Mana mungkin Kakak lupa," Dave mengalah dan setelahnya dia pun melanjutkan, "lalu setelah Kakak pulang, kenapa harus ada hadiah seperti ini yang menungguku di depan pintu rumah?" Dave menunjuk amplop putih yang dia letakkan di tengah-tengah meja lewat tatapan matanya. "Ini apa, Kak?" Angel yang tidak tahu menahu tentang amplop putih itu, pun melemparkan sebuah pertanyaan yang sukses membuat Dave gemas. Wajah polos inilah yang sering kali membuatnya kesal dan karena kepolosan ini juga, hidup Angel menderita sampai sekarang. "Surat teguran dari salah satu dosen di kampusmu. Di dalam surat teguran itu tertulis jika kau meninggalkan kelas. Kenapa bisa begitu, Angel? Apa karena pekerjaan ini kau membolos kuliah?" Dave menatap Angel lekat sehingga membuat Angel mengatupkan bibirnya rapat. Berpura-pura tidak tau masalah apa yang tengah Angel hadapi sekarang padahal semua ini termasuk dalam rencananya. Dia ingin melihat langsung bagaimana reaksi Angel setelah bertemu dengan Jim yang tak lain adalah dosen pemberi surat teguran di depannya. Sebenarnya dia belum tau pasti apakah Angel sudah bertemu dengan Jim atau tidak. Namun, melihat bagaimana sikap Angel sekarang, rasanya pertemuan itu belum terjadi di antara mereka. Pikirnya, apa yang akan terjadi saat pertemuan Angel dan Jim itu terjadi? Apalagi setelah 5 tahun mereka tak saling berkomunikasi dan benar-benar terpisah satu sama lain. Apakah Angel mau menerima kenyataan jika selama beberapa bulan ke depan dia harus berinteraksi dengan Jim sebagai dosennya? "Ataukah kau ada masalah lain?" Dave kembali mengajukan pertanyaan begitu Angel masih mengatupkan bibirnya rapat--memancing rasa penasarannya. Bagaimana pun, Jim itu adalah satu-satunya manusia yang paling Angel benci di muka bumi ini. Rasanya, Angel akan mengalami frustrasi begitu mendapati kenyataan jika Jim akan menghantui kehidupannya mulai saat ini. Namun, mau tidak mau Angel harus berani menghadapi. Sudah saatnya dia mencukupkan persembunyiannya selama 5 tahun terakhir dan membalas perbuatan Jim setimpal dengan rasa sakit yang Angel alami selama ini. Kerjasamanya, Daddynya dan juga Paman Luke, harus mendapat nilai sempurna dan membuat Jim menyesal atas perbuatan bejatnya. Selain itu rencana ini bertujuan membuat hidup Angel tak lagi berada dalam bayang-bayang ketakutan serta kecewa. "Oh, dari dosen baru itu ya?" jawab Angel malas sembari menyangga dagunya dengan sebelah tangan. Dia menatap malas ke arah amplop itu sebelum melemparkan tatapannya ke arah Dave lagi untuk memberikan penjelasaan, sekaligus melakukan pembelaan agar tak kena marah. "Iya aku memang meninggalkan kelas karena aku pergi ke toilet, Kak tetapi dosen itu tidak mau memberiku dispensasi dan malah memindahkan kursiku ke luar kelas dengan seenaknya. Tepatnya ke lapangan basket yang berada di lantai bawah." Angel mengadu dengan raut wajah memelas sama seperti kronologi kejadian yang Levy ceritakan. Berharap Dave prihatin dan tidak memperpanjang masalah. "Oke dosen pengganti itu masih muda. Tapi sepertinya, dosen itu sudah tidak waras. Bisa-bisanya dia memberi hukuman dengan cara tidak berperikemanusiaan seperti ini? Padahal dosen itu tau, aku ini mahasiswi." Nyaris saja Dave terbahak begitu mendengar perkataan Angel tadi. Ternyata dugaanya benar. Angel belum bertemu dengan Jim, begitu pun sebaliknya. Lantas, bagaimana jika keduanya bertemu nanti? Apalagi situasinya sudah rumit seperti ini? "Tapi kau tidak meminta maaf dan malah seenaknya pulang, Angelina. Alasan dosen itu memberimu surat peringatan tertulis jelas di sana." Kali ini Dave mendukung Jim dan tegurannya, justru membuat Angel nyengir kuda--menunjukkan deretan giginya putihnya. Pertanda jika Angel memang sengaja melakukannya dan lagi-lagi merasa tak berdosa. "Soal itu ... aku tidak sengaja, Kak. Restoran ramai dan kebetulan salah satu temanku tidak masuk bekerja. Jadi, aku menggantikan tempatnya." "Ya Tuhan, Angelina ... sampai kapan kau akan bekerja seperti ini? Kakak mohon jangan lupakan siapa dirimu dan identitas keluargamu. Jangankan untuk mencukupi hidupmu, untuk mencukupi kebutuhan anak Freya kelak, yang dimiliki keluarga kita lebih dari cukup." "Sstts ... jangan keras-keras, Kak." Dave celingak-celinguk tidak jelas begitu Angel memperingatkan. Nama Freya memang begitu rentan untuk disebutkan mengingat status Angel yang masih tertulis lajang. "Maaf," lirih Dave tertahan. "tapi tanpa bekerja di restoran ini pun, kau tidak akan pernah kekurangan apapun, Angelina. Bahkan sampai anak cucumu kelak." Sejujurnya, Dave sudah lelah membujuk Angel untuk meninggalkan pekerjaannya. Angel yang keras kepala tidak pernah mau mendengarkan dan akhirnya, dia harus mengaku kalah, entah yang keberapa kalinya "Tidak akan, Kak," jawab Angel menggeleng pelan. Tangannya yang tiba-tiba saja bergetar kecil, mengundang tangan Dave untuk segera menggenggam. "Kakak masih ingat 'kan? Jika aku ini ingin sekali merasakan bagaimana rasanya menjadi gadis remaja yang bebas? Bebas pergi ke manapun, melakukan apapun yang aku mau dan menikmati hidupku tanpa batasan apa-apa?" lirih Angel dengan sorot mata sendu. Dia akui, dirinya memanglah gadis manja yang suka sekali merepotkan orang lain bahkan tidak pernah bisa melakukan apa-apa sendiri. Akan tetapi, sejak tragedi itu terjadi dirinya mulai belajar untuk mandiri. Melakukan apa pun sendiri dan tak mau bergantung pada orang lain. Dirinya bukan lagi Angelina yang 5 tahun lalu dijuluki sebagai gadis manja yang merepotkan bak benalu. Dia juga bukan Angelina yang selalu tak peduli meski disia-siakan oleh seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya. Menutup telinga dan tetap membuka hati adalah salah satu kebodohannya. Berharap cintanya terbalas meski pada kenyataanya, ketulusannya sudah di khianati dengan begitu kejam. Namun, terlepas dari semua kisah kelam itu, dia mensyukuri sesuatu jika dirinya berharga dan dirinya bukan lagi gadis lemah yang akan membiarkan seseorang menginjak-injak harga dirinya karena bualan menjijikkan bernama cinta. Dirinya kuat dan siapa pun boleh membuktikanya. "Maka inilah saatnya, Kak. Aku mendapatkan kesempatan itu sekarang dan aku tidak mau menyia-nyiakannya. Freya akan bertambah semakin besar dan--" Suara Angel tertahan dan Davio memilih bungkam. Demi apa pun, masa lalu itu memang berhasil menghancurkan perasaan semua orang. Terlebih Angel yang berada di titik paling terendah antara bertahan atau menyerah dengan kehidupannya. Angel menatap Davio lagi dengan ketegaran yang dia punya sekarang. "Aku akan tetap bekerja di sini sampai kuliahku selesai dan-" "Baiklah tapi kau harus berjanji jika hasil jerih payahmu ini akan kau nikmati sendiri. Untuk semua kebutuhanmu dan mereka berdua, tetap aku yang bertanggung jawab atasnya." Dave sekali lagi menekankan dan Angel tidak bisa mengelak. Dia sepenuhnya tau, Angel menepati janjinya atau tidak karena laporan tentang pengeluaran mereka, dia awasi setiap harinya. "Apapun yang terjadi, keadaanya akan tetap sama seperti tahun-tahun yang kita lalui selama ini. Jadi, jangan sekali-kali untuk melakukan semuanya sendiri." Angel hanya bisa mengangguk. Dia tidak bisa menolak atau pun tak menuruti perkataan kakaknya karena semua yang kakaknya katakan memang benar. Dia lemah, dan butuh Davio untuk selalu berada di sampingnya. "Oiya, Kakak mau memesan menu apa? Aku tidak bisa berlama-lama di sini atau temanku akan menyusul nanti." Angel sengaja mengalihkan topik pembicaraan yang sampai saat ini masih membuat jemarinya gemetar. "Aku ingin memesan beberapa menu dan sebaiknya dibungkus saja. Aku ingin piknik dengan Freya di taman belakang." Tenggorokan Angel seperti tercekat dahan kayu yang begitu besar. Tak tahan, dia pun mengusap punggung tangan kakaknya sembari berkata, "Terima kasih sudah menjadi ayah terhebat untuk putriku, Kak." *** Hari mulai gelap. Setelah menjelajahi area yang Jim tempati selama beberapa jam lamanya, Jim pun memutuskan untuk masuk ke restoran bernuansa klasik yang berada di seberang jalan untuk mengisi perutnya yang kembali keroncongan setelah dia isi dengan satu buah burger yang dia beli di sebuah kedai. Pertama kali melihat restoran itu, Jim langsung tertarik untuk melihat isi di dalamnya juga mencicipi menu yang tersedia di sana karena pengunjung restoran itu lumayan ramai. Biasanya, restoran yang ramai pengunjung begini makanannya enak dan pelayanannya sempurna. Sebuah kursi di dekat jendela pun, menjadi pilihannya. Lumayan, dari sini dia bisa melihat orang-orang yang berlalu lalang dengan kesibukan mereka. "Selamat datang di restoran kami, Tuan. Adakah yang ingin Anda pesan?" Suara seorang pelayan yang terdengar di sana, sontak saja membuat fokus Jim yang menatapi sekitar teralih kan. Terlebih pada lilin aroma yang ada di tengah-tengah meja. Tiba-tiba saja dia teringat pada Angelina yang suka sekali mengoleksi benda itu dengan bermacam wewangian. Jim membuka buku menu kemudian mencari sesuatu yang menggugah selera. Setelahnya, dia pun menunjuk beberapa menu yang dia inginkan. "Aku ingin memesan Cappuccino hangat lalu steak porsi sedang dan Roti yang ini." "Baik, Tuan. Akan segera kami siapkan dan maaf karena Anda harus menunggu sebentar." Pelayan itu pamit undur diri sedang Jim hanya mengangguki. Setelahnya, dia kembali sibuk menjelajahi seisi ruangan dengan pandangan kagumnya. Interior ruangan itu sangat pas memanjakan mata. "Selamat! Kue dan masakanmu sangat enak. Kami suka dan oleh karena itu, mami akan memesan dalam jumlah banyak." "Terima kasih banyak, Tuan." Deg! Jim membatu. Serupa petir yang menyambar di siang bolong, tubuhnya mendadak kaku. Pikirnya, kenapa suara pelayan wanita yang saat ini berada tak jauh dari tempat duduknya sangatlah tidak asing di telinga? "Suaranya begitu mirip dengan suara Angel. Tapi, mungkinkah?" Jim membatin kemudian menggelengkan kepalanya kuat. Dia merutuki kebodohannya sendiri yang berpikir di luar nalar. Mana mungkin seorang Angelina menjadi pelayan restoran? Membayangkannya saja sangat mustahil Angel lakukan. Belum lagi saat dia mengingat betapa manjanya tuan putri keluarganya itu? Jangankan untuk membuat kue, memasak mie rebus saja Angel membutuhkan bantuan orang lain agar dapurnya tidak kebakaran. Wanita yang memang benar Angelina tersenyum lebar. Akhirnya, ada kalangan atas yang mau memakai jasa katering restoran tempatnya bekerja. Tidak sia-sia perjuangannya selama ini yang mau repot-repot mengikuti les memasak, membuat kue dan lainnya. Restoran milik Mike semakin ramai dan setelah ini, dia yakin benar jika restoran Mike akan semakin dikenal banyak orang. "Kalau begitu, saya pamit, Tuan. Masih ada pekerjaan dan selamat menikmati hidangan Anda." Angel pamit undur diri dari sana. Wangi parfum yang tercium dari tempat duduk yang berada di belakang sana membuatnya risih dan sedikit mual. Dia pernah mendambakan aroma parfum itu 5 tahun lalu dan sekarang, aroma parfum itu membuat perutnya bergejolak ingin muntah. "Angel? Ada apa?" Mike mendekati Angel yang datang dengan wajah memerah. Sebelumnya, Angel memang menemui salah satu pelanggan yang berniat memakai jasa katering restorannya. "apa kau sakit?" tanyanya dengan raut wajah cemas sehingga membuat Angel tersenyum kilas. Sejujurnya, dia sangat sehat. Tapi wangi itu lah yang membuatnya meradang dan ingin pergi secepatnya. "Aku pusing, Mike. Bisakah aku pulang lebih awal?" ucapnya dengan rasa bersalah. Seharusnya, dia tidak lagi terpengaruh oleh apa pun yang berkaitan dengan si monster itu. Apalagi ini hanya parfum. "Aku akan mengantarmu." "Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri. Restoran sedang ramai, dan Tuan Evans sedang menunggumu di luar," tolak Angel halus. Dia sedang ingin sendiri sekarang. "Lalu bagaimana denganmu? Hari sudah malam dan kondisimu tidak baik-baik saja." Mike terus membujuk. Sungguh, dia tidak mau terjadi sesuatu pada wanita yang sangat dia kagumi secara diam-diam itu. "Aku baik. Terima kasih untuk perhatianmu." Angel menepuk bahu Mike pelan kemudian pergi dari sana agar Mike tak bersikukuh lebih keras. Selama ini, dia sudah banyak merepotkan Mike. Dia tidak mau terlalu banyak berhutang budi pada pria baik hatu itu. Sedangkan Mike? Dia hanya bisa menghembuskan napasnya pelan begitu melihat punggung Angel yang tidak lagi terlihat. Sikap Angel yang tegar dan mandiri seperti inilah yang membuat perasaan kagumnya berlipat kian hari . Gadis itu tidak pernah merepotkan orang lain dan selalu menghadapi masalahnya sendiri. Pada akhirnya, Mike menyerah. Dia pun memilih untuk menemui tuan Evans yang tentu saja menunggunya. Beberapa minggu lagi pria pengusaha itu akan mengadakan acara. Tentulah dia harus melakukan yang terbaik agar tuan Evans memilih restorannya sebagai penyedia jasa. "Selamat malam, Tuan. Maaf baru bisa menemui Anda," ucap Mike memulai percakapan begitu berhadapan dengan pengusaha yang masih berusia sekitar 35 tahun itu. "Tidak masalah, Tuan. Koki Anda yang cantik itu sudah lebih dari cukup untuk meyakinkan saya," jawab tuan Evans sehingga membuat Mike tertawa pelan. Pria di depannya ini, tetap bersahaja walaupun sedang bercanda. "Jadi, tuan Evans akan menggunakan jasa kami?" "Tentu saja. Apakah ... siapa nama gadis itu? Saya lupa menanyakannya." "Angelina. Namanya Angelina, Tuan." "Uhuk!" Mike dan tuan Evans menoleh ke sumber suara. Entah apa yang salah dari percakapan mereka sehingga membuat pria yang berada tak jauh dari tempat duduk mereka, tiba-tiba tersedak oleh minumannya. Ya, pria itu adalah Jim. Rupanya, Jim kembali di buat terkejut oleh nama yang para pria itu sebutkan tadi. Tadinya suara pelayan wanita itu dia pikir mirip dengan suara Angel. Dan sekarang, nama pelayan wanita itu memang benar Angel. "Ya Tuhan ... haruskah aku mengingat Angel dua kali dalam beberapa detik? Bagaimana mungkin, Angel berada di kota ini dan menjadi pelayan di restoran kecil? Ini sangatlah mustahil." ** Sekedar Info : Novel ini update berkala di Karyakars* ya. Jika kalian penasaran sekaligus berminat untuk melanjutkan, silakan kunjungin akunku di sana dengan nama yang sama. Intinya di karyakars* lebih murah dan cara aksesnya kurang lebih sama seperti apk lain. Dengan harga Rp.55.000 kalian sudah bisa mengakses novel ini sampai tamat. Terima kasih banyak dan sehat selalu di manapun kalian berada.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD