3. BCP - Keputusan

2267 Words
Dua Bulan Kemudian Aletta merasa kepalanya sangat sakit dan badannya meriang. Beberapa hari belakangan ini ia merasa tidak enak badan, namun Aletta merasa ia harus melawan semuanya karena begitu banyak aktivitas yang harus dilakukannya. Saat ini Aletta sedang mengikuti perayaan ulang tahun perusahaan Papanya. Aletta tak mungkin melewatkan hal itu, papanya bisa marah jika ia tak ikut serta hadir. “Anda kenapa Nona? Apa Anda sakit?” bisik Satya yang ada di belakangnya. Satya seakan paham bahwa keadaan Aletta sedang tak baik. “Masih memanggilku seperti itu?” tanya Aletta tak suka. “Saya takut ada yang mendengar, saya tak mau menjadi bahan pembicaraan. Jika anda sakit Anda bisa meninggalkan pesta dan segera istirahat,” usul Satya membuat Aletta berdecak. “Andai saja aku bisa melakukannya, mungkin aku akan melakukan hal itu,” jawab Aletta pelan namun masih bisa didengar oleh Satya. Malam itu Aletta mengikuti acara dan berpura-pura kuat, ia menemani keluarganya menyambut beberapa tamu. Bahkan pria yang mau dijodohkan dengannya juga turut hadir dalam acara tersebut. Momen tersebut dipakai oleh Rudi untuk mengenalkan putrinya, pria paruh baya itu masih berusaha menjodohkan putrinya pada anak dari rekan bisnisnya itu. “Senang bisa berkenalan denganmu,” ucap pria bernama Regan itu pelan di telinga Aletta membuat wanita itu berdecak. “Tapi aku nggak suka kenalan sama kamu,” jawab Aletta ketus membuat pria itu tertawa. “Satya, ayo pergi. Aku lelah,” ajak Aletta sambil berjalan ingin meninggalkan pesta tersebut. Beberapa tamu penting sudah pulang karena pesta sudah berjalan cukup lama. Namun baru beberapa langkah menjauh dari pria bernama Regan tubuh Aletta luruh. Satya yang melihat itu dengan sigap menahan tubuh Aletta agar tidak jatuh. Pria itu langsung saja menggendong Aletta. Beberapa orang di dekat mereka melihat dan terkejut. Tyas sampai harus berlari mengikuti Aletta yang dibawa oleh Satya, bahkan Rudi juga meninggalkan rekan kerjanya karena Aletta. “Hubungi dokter pribadi kita,” kata Rudi pada sekretaris pribadinya. Rudi mengikuti kemana anaknya itu dibawa. Aletta dibawa ke sebuah kamar hotel yang memang sudah dipesan oleh Aletta sebelumnya. Acara itu memang digelar disebuah hotel milik mereka dan Aletta sudah memesan kamar untuk dirinya sendiri. Satya membaringkan Aletta dengan perlahan di atas ranjang dan menutupi tubuh Aletta dengan selimut. Regan hendak ikut tadi namun Satya melarangnya dan pria itu tidak memaksa. Tyas langsung saja duduk di tepi ranjang berusaha membangunkan putrinya. Rudi datang dan melihat Aletta yang masih belum sadar. “Apa yang terjadi?” tanya Rudi pada Satya. “Tiba-tiba nona Aletta pingsan Pak. Dari tadi saya memang melihat keadaan nona Aletta tidak baik, saya sudah meminta nona Aletta meninggalkan pesta dan beristirahat. Namun nona Aletta menolak takut jika Bapak akan marah,” jawab Satya mencoba menjelaskan. “Aletta kenapa?” tanya Anggara yang baru saja datang. Anak pertama dari keluarga Sukamuljo itu datang karena mendengar adiknya pingsan. “Beberapa hari ini keadaan nona Aletta memang tidak baik Pak, sering mengeluh sakit kepala dan tidak enak badan hanya saja tetap memaksa melakukan banyak hal tidak mau beristirahat,” kata Satya lagi mencoba memberitahu keadaan Aletta. Bagaimanapun ia yang berada di dekat Aletta dan selalu bersama wanita itu. “Pak, dokter sudah datang,” kata Tony yang merupakan sekretaris pribadi dari Rudi. Dokter langsung saja memeriksa Aletta, di akhir dokter laki-laki tersebut mengernyitkan keningnya bingung. “Maaf Pak sebelumnya, apa boleh Aletta dibawa ke rumah sakit saja? Saya pikir saya membutuhkan rekan saya dan bantuan lainnya untuk memastikan apa yang terjadi. Saya tidak mau menduga saat ini, saya mau hasil yang pasti. Apakah bisa Pak? Saya akan pastikan rekan saya orang yang bisa diajak bekerja sama dan tidak akan mencoreng nama baik Pak Rudi,” kata dokter tersebut membuat Rudi bingung. “Apa maksud anda dokter?” tanya Rudi tegas. “Saya tidak mau pastikan sekarang apa pendapat saya. Bagaimana kalau kita ke rumah sakit saja? Saya butuh suatu alat dan bantuan rekan saya untuk memeriksa keadaan Aletta supaya bisa lebih pasti. Saya merasa Aletta bukan karena sakit biasa,” kata dokter tersebut mencoba menjelaskan. “Maksud dokter kemungkinan anak saya sakit parah?” tanya Tyas yang sudah panik. “Beberapa hari ini anak saya memang mengeluh sakit kepala dan kurang enak badan, apakah itu berpengaruh?” tanya Tyas lagi. “Saya akan bisa pastikan nanti di rumah sakit Bu,” jawab dokter tersebut. “Baik, kita akan bawa ke rumah sakit. Satya bawa Aletta masuk ke dalam mobil, kita berangkat sekarang ke rumah sakit. Tony bereskan semua yang ada di sini, jangan sampai ada yang tahu tentang ini. Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan bukan?” Tony langsung saja menganggukkan kepalanya begitu mendapatkan perintah dari Rudi. Satya membawa Aletta untuk keluar dari sana, Anggara merangkul Tyas untuk menenangkan mamanya itu. Mereka menuju parkiran melalui pintu belakang agar tidak dilihat orang banyak. Dua mobil sudah siap di sana untuk membawa mereka. Tak butuh waktu lama untuk mereka tiba di rumah sakit. Mereka kembali menggunakan pintu belakang agar tidak ada yang mengenal. “Ke sana,” kata dokter tersebut memerintahkan. Satya kembali membawa Aletta dengan mudah, baginya Aletta tidak berat. Dokter yang lain sudah menunggu mereka di sana. Dengan hati-hati Satya membaringkan tubuh Aletta di atas bangkar dan dokter langsung saja memeriksanya. “Sesuai dengan yang saya perkirakan bukan?” tanya dokter yang di awal pada rekan kerjanya. “Ya, kita akan melihatnya langsung secara bersama,” jawab dokter tersebut. “Maaf, saya harus menarik ke atas gaun yang dipakai,” kata dokter tersebut meminta izin. Setelah mengoleskan gel di bagian perut Aletta, dokter tersebut memeriksa dengan menggunakan USG. Aletta terbangun ketika diperiksa, ia merasa bingung melihat situasi yang berbeda. “Ma, kita di mana?” tanya Aletta pelan pada Tyas yang ada di sebelahnya. “Kita ada di rumah sakit, kamu tadi pingsan dan sekarang kamu lagi diperiksa. Kamu tenang ya,” ucap Tyas lembut untuk menenangkan. Tyas menggenggam tangan putrinya itu sambil menunggu dokter yang memeriksa. “Benar Dok, dugaan Dokter benar. Nona Aletta sedang hamil saat ini,” kata dokter yang baru saja memeriksa Aletta itu. Dokter pria tersebut adalah dokter kandungan. “Hamil?” lirih Aletta dan Tyas sudah membekap mulutnya sendiri. “Apa maksud Dokter? Anak saya hamil?” tanya Rudi marah. Sedangkan Satya yang ada di sana menatap Aletta tak percaya dengan jantung yang berpacu dengan sangat cepat. “Iya Pak, anak Bapak hamil. Usia kandungannya sudah memasuki enam minggu, Bapak bisa lihat ke layar sini. Ini janin yang ada di rahim nona Aletta. Terbentuk dengan sempurna dan baik, anak Bapak sedang hamil,” tegas dokter tersebut tangan Rudi sudah mengepal sedangkan Tyas sudah menangis dipelukan Anggara. Aletta masih saja terdiam tak menyangka dengan apa yang baru saja didengarnya. “Sekarang Bapak paham kenapa saya mengatakan bahwa ini akan aman, 'kan? Saya akan pastikan berita ini tidak akan keluar kemana-mana. Rekan kerja saya dapat dipercaya,” kata dokter pribadi dari keluarga Sukamuljo itu. “Boleh tinggalkan kami sebentar?” pinta Anggara pada kedua dokter tersebut. Akhirnya mereka menuruti permintaan itu, Rudi langsung saja mendekati putrinya dan menampar pipi Aletta. Tyas sampai harus terpekik kaget melihat hal itu. Aletta akhirnya sadar bahwa yang terjadi bukanlah mimpi, rasa sakit itu kini dirasakan dipipinya. “Kamu sangat memalukan keluarga! Kamu itu aib! Bagaimana bisa kamu hamil bahkan sebelum menikah? Ini yang katanya kamu butuh kebebasan? Apa yang kamu lakukan sekarang dengan kebebasan yang kamu miliki itu? Kamu hanya bisa memalukan keluarga saja, siapa pria yang sudah menghamilimu? Kasih tahu Papa, karena Papa akan memberikan pelajaran pada pria itu. Apa dia kekasihmu itu?” tanya Rudi marah. Aletta tak menjawab, ia tak tahu harus menjawab apa. Rudi langsung saja menatap Satya. “Kamu yang selama ini bersama putriku, apa saja yang kamu lakukan sampai kamu tidak tahu apa yang dilakukan anakku sama Leon? Kamu pengawal anakku, tapi kenapa hal ini bisa terjadi? Sekarang kamu dipecat! Percuma kamu mengawalnya kalau kamu tidak bisa menjaga putriku dengan baik!" “Pak saya ya—“ “Bukan Leon orangnya,” kata Aletta dengan tiba-tiba. “Jadi kalau bukan dia siapa?” tanya Rudi marah. “Lalu kalau Papa tahu orangnya untuk apa? Papa akan memberikan pelajaran untuknya, lalu setelah itu apa? Papa mau melakukan apa? Lalu bagaimana denganku setelah itu?” tanya Aletta dengan berani. “Menurutmu apa yang akan Papa lakukan? Apa kamu pikir Papa bisa menerima anak kamu itu? Jelas tidak! Papa tidak akan bisa menerimanya! Kamu jelas harus menggugurkan bayi itu! Kamu harus menikah dengan Regan, pria pilihan Papa!” tegas Rudi. “Oke, aku akan melakukannya,” jawab Aletta dengan cepat membuat Tyas dan Anggara langsung saja menatap Aletta. “Jangan memaksakan sesuatu hal yang kamu belum tentu bisa,” kata Anggara pada adiknya itu. “Diam kamu!” desis Rudi pada anak sulungnya itu. “Baik, Papa akan urus semuanya. Kamu ha—“ “Aku akan melakukannya tapi dengan syarat,” potong Aletta membuat Rudi berhenti. “Syarat? Apa yang kamu inginkan?” tanya Rudi. “Pertama, Papa nggak perlu cari tahu dengan siapa aku melakukannya. Anggap saja ini suatu kesalahan, lagi pula Papa ingin aku menggugurkannya, 'kan? Jadi jangan cari tahu, biarkan saja. Kedua, Papa jangan pecat Satya. Ini bukan kesalahan Satya, ini kesalahanku. Biarkan dia tetap menjadi pengawalku bahkan sampai ketika aku menikah dengan pria itu biarkan Satya menjadi pengawalku. Ini bukan salahnya, kenapa dia harus menanggung kesalahan yang bukan dilakukannya. Ini semua salahku, seharusnya aku yang harus dihukum bukan Satya,” tegas Aletta sambil menatap Satya. Sedangkan pria itu menatap Aletta sambil mengernyitkan keningnya bingung, bahkan pria itu menggelengkan kepalanya. Namun Aletta tak menanggapi hal itu. “Oke, Papa akan melakukannya. Tapi ingat, kamu akan menggugurkannya dan kamu akan menikah dengan Regan secepatnya,” tegas Rudi. “Ya, aku akan melakukannya. Bahkan bulan depan aku juga siap melakukan hal itu, semua terserah Papa. Tapi Papa juga harus menepati janji Papa,” tegas Aletta. Rudi langsung saja keluar dari sana. Sedangkan Tyas langsung saja memeluk Aletta. “Kasih tahu Mama siapa orangnya,” bujuk Tyas. “Untuk apa Ma? Setelah Mama tahu apa yang Mama akan lakukan? Mama akan minta dia tanggung jawab? Apa menurut Mama, Papa akan setuju? Apa Papa bisa menerima pria itu kalau aku kasih tahu siapa orangnya? Siapa pun dia nggak akan buat Papa setuju, jadi akan percuma. Aku nggak mau buat hidup orang hancur karena Papa. Papa hanya memikirkan dirinya sendiri, Papa nggak pernah mikirkan perasaan aku sama Bang Anggara. Papa egois, pria yang menurut Papa tepat hanya pilihannya sendiri. Jadi untuk apa Mama tahu itu?” tanya Aletta sambil menangis. “Jadi biarkan aku saja yang tersakiti disini Ma, jangan orang lain,” isak Aletta. Tyas memeluk putrinya sambil menangis. Sedangkan Anggara mengusap wajahnya kasar. “Abang merasa gagal menjadi Abang kamu karena nggak bisa melindungi kamu,” ucap Anggara merasa bersalah. “Abang nggak perlu merasa bersalah. Aku tahu gimana hidup Abang juga berat sampai sekarang. Sebentar lagi aku akan sama kayak Abang, aku sangat ingin lepas tapi keadaan nggak bisa memungkinkan.” Anggara ikut memeluk Tyas serta adiknya itu. “Abang pikir kamu nggak akan perlu mengorbankan hidupmu seperti Abang. Cukup hanya Abang saja yang mengikuti keinginan Papa, kamu jangan,” kata Anggara lagi masih dengan rasa bersalahnya. “Tapi kenapa kamu setuju menggugurkan kandungan kamu? Itu dosa, kamu harusnya menolak. Mama nggak setuju kamu menggugurkan kandungan kamu, itu anugerah yang diberikan sama kamu.” “Lalu menurut Mama apa yang kulakukan sampai akhirnya bisa hamil bukan dosa? Aku sudah berdosa Ma, ini bukan lagi tentang dosa. Biarkan aku saja yang menanggung semuanya, apa aku punya pilihan lain sekarang selain mengikuti keinginan Papa? Apa menurut Mama aku bisa lepas begitu saja setelah ini? Bukankah aku akan menjadi aib keluarga kita? Papa akan semakin membenciku karena itu.” Tyas tak lagi bisa mengatakan apapun, wanita paruh baya itu hanya bisa menangis dan memeluk putrinya. Sedangkan pandangan mata Aletta bertemu dengan Satya. Pria itu seakan sedang meminta jawaban dari Aletta. Karena Satya jelas tahu bahwa Aletta sedang mengandung benih cinta darinya. *** “Apa maksud kamu berkata seperti itu? Kamu mau menggugurkan bayi itu?” tanya Satya marah pada Aletta begitu mereka sampai di apartement milik Aletta. Wanita itu bersikeras pulang ke apartementnya dari pada ke rumah orangtuanya sebelum melakukan keinginan Rudi. “Kenapa kamu nggak terima?” tanya Aletta marah. “Menurutmu? Kenapa kamu mencegahku untuk memberitahu Pak Rudi tentang semuanya. Aku nggak masalah kalau harus memberitahu mereka bahwa aku yang melakukannya. Kenapa kamu mencoba menghalangiku?” “Lalu setelah kamu kasih tahu apa yang terjadi? Kamu jelas tahu bagaimana Papa! Kamu jelas tahu apa yang bisa dilakukan Papa sama kamu. Emang kamu mau hal itu terjadi? Setelah itu apa Papa akan menyuruhmu bertanggung jawab? Jelas tidak! Papa akan tetap memintaku menggugurkan bayi ini, lalu apa bedanya dengan sekarang? Lebih baik Papa nggak perlu tahu siapa orangnya karena bagaimana pun Papa tidak akan merestui siapa pun pria itu. Lagi pula kamu yakin kalau ini anakmu?” Satya tertawa. “Jangan bercanda Aletta!” tegas Satya untuk pertama kalinya bahkan sampai memanggil namanya. “Aku tak sebodoh itu! Jelas anak yang kamu kandung itu anakku! Kamu hanya melakukannya denganku! Aku tahu dengan siapa kamu pergi dan kemana! Kamu mau bilang itu bukan anakku? Jangan gila! Kamu butuh pembuktian lagi? Ayo kita temui sekarang papa kamu dan aku akan kasih tahu semuanya, aku nggak akan pernah takut. Aku nggak mau anakku digugurkan, itu sama saja dengan membunuh anakku. Bagaimana pun itu darah dagingku sendiri! Aku akan bertanggung jawab untuk semuanya,” tegas Satya. Pria itu menarik tangan Aletta ingin membawa pergi namun Aletta melepaskannya. “Apa menurutmu aku mau menggugurkannya?” tanya Aletta lekat sambil menatap mata pria itu membuat Satya terdiam sejenak sambil mengernyitkan keningnya bingung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD