BAB 2 – Menabrak Mobil Orang

1084 Words
Siang itu, suasana mall tempat Juleha dan Alexa bersantai, tampak begitu ramai. Ke dua sahabat itu segera meninggalkan kafe setelah mereka mengisi perut mereka sampai penuh. “Leha, gue kenyang banget tau, apaan tadi lu pakai acara taruhan segala. Kalau gue gendut, gimana?” Alexa berjalan tertatih-tatih seraya memegangi perutnya yang sudah sesak oleh makanan. “Ya, derita lu ... emang lu doang yang sakit perut, gue juga kali, aduhh ....” Juleha juga tak kalah repot oleh perutnya sendiri. Wanita itu berkali-kali meremas perutnya karena sakit. “Ya, lu nggak kira-kira. Udahlah banyak, mana pedes lagi. Lu mau bunuh kita berdua?” Alexa tidak tahan, wanita itu berhenti sejenak dan menyandarkan tubuhnya di railing yang terdapat di gedung tersebut. “Lu aja dech yang mati, gue enggak. Gue belum kawin.” Juleha menjawab tanpa rasa bersalah. “Sialan, kalau gue mati anak gue sama siapa?” “Tenang ... Aurella biar sama gue, ntar gue kawin sama laki elu, hahaha.” Plak ... Tas Alexa mendarat cantik di wajah Juleha. Alexa segera berlari seraya memegangi perutnya yang masih sakit. Juleha mengejar, dan kembali terjadi kejar-kejaran di mall itu hingga ... Bukk ... Juleha menabrak seseorang. “Aduh ... maaf, saya tidak sengaja.” Juleha jengah, ia belum berani menatap sosok tegap yang baru saja ia tabrak. “Tidak masalah, Nona.” Juleha terkejut mendengar suara bariton yang barusan ia dengar. Suara itu sangat seksi dan berkharisma. Perlahan, wanita itu menatap sosok tegap yang barusan ia tabrak. Netranya berhenti sesaat, ia terpesona. Seorang pria yang begitu gagah dan tampan, berdiri di hadapannya dengan senyum merekah. “Maaf, Nona. Dompet anda terjatuh.” Pria itu menggoda Juleha yang terus menatapnya tanpa berkedip. “Eh iya, ya ... mana ... lho? Kok nggak ada?” Juleha terus mencari dompet yang dimaksud. “Hahaha ... ternyata gadis secantik anda bisa lucu juga ya? Begitu mudahnya di percaya.” Pria itu tertawa renyah, Juleha kesal. “Jadi anda menipu saya?” Juleha kembali menatap pria itu, tapi kali ini dengan sorot mata yang tajam dan penuh amarah. “Kenalkan, aku Frans.” Pria itu menyodorkan tangannya kepada Juleha. Juleha yang tadi dikuasi amarah, tiba-tiba menjadi melunak. Ia menjabat tangan Frans, “Saya Julia, Julia shasmita. Senang berkenalan dengan anda.” Cukup lama tangan mereka saling mendekap. Juleha merasakan ada getaran-getaran dalam hatinya tatkala telapak tangannya menyentuh tangan Frans. “Leha ... lu ngapain dimari ... Nanti filmnya keburu dimulai ....” Alexa menghampiri Juleha dan menarik wanita itu hingga genggaman tangan Juleha dan Frans terlepas. “Frans ... maaf, aku pergi dulu.” “Julia, tunggu! Boleh minta nomor ponselmu?” Frans berusaha mencegah kepergian Juleha. “Alexa lepasin gue dulu. Ada mangsa nich ... kali aja gue jodoh sama dia, jadi gue nggak harus kawin sama si Bambang itu. namanya aja udah keren lho, Frans,” bisik Juleha ke telinga Alexa. Alexa melepaskan genggamannya dan beralih menatap sosok pria yang memanggil sahabatnya. Alexa terpana, Juleha benar, pria itu sangat gagah dan tampan. Beberapa saat Alexa dibuat tidak berkedip dan terpesona. “Julia, maaf ... jika anda berkenan, saya ingin berbagi nomor ponsel dengan anda.” Tutur bahasa Frans sangat baik dan bijak, Juleha semakin terpesona. “Eh ... iya, tentu saja. Ini nomo ponselku, nol delapan satu tiga nol nol nol nol satu satu dua tiga.” Juleha memberikan nomor ponselnya pada Frans. “Nomor ponselmu cantik, sama seperti orangnya.” Frans menggoda seraya mengerdipkan sebelah matanya pada Juleha. Juleha salah tingkah. “Frans ... nomorku apa tidak diminta juga?” Alexa bertingkah sedikit genit. “Apaan sich, udah punya laki juga,” bisik Juleha seraya mencubit pelan pinggang Alexa. Kemudian Juleha beralih menatap Frans seraya berkata, “Maaf, kami buru-buru. Kalau ada perlu, telpon aku saja, bye ....” Juleha berlalu seraya menarik lengan Alexa. Mereka bergegas menuju bioskop untuk menonton film yang sudah lama mereka tunggu-tunggu. *** Setelah puas seharian bersama Alexa, akhirnya Juleha lelah dan pulang ke rumahnya. Wanita itu mengendarai sepeda motor besar miliknya. Benar-benar sosok wanita yang maskulin. Juleha enggan mengendarai mobil apalagi motor matic. Baginya, mengendarai sepeda motor besar memiliki kenikmatan sendiri. Ia merasa lebih perkasa dengan begini. Gadis itu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Ia begitu bersemangat hingga tiba-tiba ia terpaksa merem mendadak karena ada mobil yang tiba-tiba melambat di hadapannya. Brakk ... Juleha menabrak bagian belakang mobil itu dan ia sendiri terjatuh dari motornya. Sang pemilik mobil berhenti dan turun dari mobilnya. Ia berjalan menuju bagian belakang mobil itu dan kaget melihat bagian belakang mobilnya penyok oleh ulah si pengendara motor. “Hei ... apa-apaan kamu sudah menabrak mobil aku ... Aku minta gati rugi ya ....” Pria pemilik mobil, bukannya merasa kasihan melihat Juleha terduduk di aspal, malah mengomeli gadis itu. “Aduuhhh sialan ....” Juleha bangkit dan mengelus bokongnya yang masih sakit, “Heh, banci kaleng ... gara-gara lu tu, gue sampe jatoh. Lu bisa bawa mobil nggak sich?” Juleha berkacak pinggang. Netranya menatap tajam seorang pria manis dan kemayu yang berdiri di hadapannya. Pria yang alisnya diukir dengan sangat indah bak bulan sabit di tengah senja. “Borokokok ... situ cewek ternyata. Laki banget yak gayanya, “Pria kemayu itu menatap sinis gadis yang sudah menabrak mobilnya. Plak ... Sang pria memukul mobil itu. suara pukulan itu membuat Juleha sedikit kaget. “Kamu ganti nggak mobil aku ... atau, kamu akan aku laporin ke polisi.” Pria kemayu itu mengancam. “Enak aja minta ganti, situ yang salah ... SIM, mana SIM gue mau lihat SIM, cepetan!!” Juleha kembali berkacak pinggang. Suaranya keras dan tegas. Tanpa mereka sadari, keributan yang mereka ciptakan, mengundang kerumuman orang yang kepo dengan apa yang barusan terjadi. “Emang kamu siapa? Minta-minta SIM ... Aku nggak mau tau, ganti sekarang atau aku akan laporkan ke polisi. Kamu yang nabrak malah kamu yang sewot, kesel dech ah ....” Pria kemayu itu tetap bersikeras minta ganti rugi. Juleha membuka tasnya, ia hendak mengambil sesuatu untuk ia perlihatkan kepada pria kemayu yang sudah membuatnya kesal. Tidak hanya membuatnya kesal, tapi juga sudah membuat bokongnya sakit dan motornya lecet. Juleha tidak menemukan benda yang ia cari dalam tasnya. Sialan ... ID Cardku pasti tertinggal di dalam tas yang satunya lagi, Juleha kesal dalam hatinya. “Hey, gadis tomboi. Ganti nggak, atau kita bawa permasalahan ini ke kantor polisi.” Pria itu tetap bersikeras. Juleha tidak punya pilihan. Jika permasalahan ini tetap di bawa ke kantor polisi, maka dirinya sendiri yang akan terpojok. Komandannya akan memberikan sanksi atas kelalainnya dalam berkendara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD