64. Happy Birthday

1106 Words
Setelah beberapa hari ini sudah dikejutkan kedatangan keluarga besar yang semakin hari semakin mengetahui keberadaan dirinya. Erina pun memutuskan untuk pergi beristirahat sejenak di salah satu kafe dekat Sungai Huangpu. Di sana ia hanya seorang diri tanpa ada pengunjung lain yang datang. Padahal hari semakin gelap, tetapi kafe yang biasanya ramai mendadak sepi mulai menimbulkan banyak sekali pertanyaan di benak Erina. “Ini kenapa kafe mendadak sepi? Apa udah tutup kali, ya?” gumam Erina sembari melihat-lihat keadaan di sana, tetapi tetap saja orang hanya meliriknya tanpa minat. Akhirnya, ia pun bangkit dari tempat duduk hendak keluar dari kafe ini. Bukannya apa-apa, Erina hanya takut kalau dirinya salah satu masuk tempat. Nanti hal yang tidak diinginkan malah terjadi. Akan tetapi, pada saat dirinya hendak keluar dari kafe, tiba-tiba seorang pelayan berpakaian hitam-putih lengkap dengan celemeknya berlari mendekati Erina tergea-gesa. Seakan ia takut kalau gadis itu akan pergi jauh. “Maaf, jie. Kau mau ke mana?” tanya pelayan itu sedikit lancing, lalu menundukkan kepalanya penuh. Seketika alis kanan Erina terangkat bingung. Ada apa dengan pelayan ini? Kenapa ingin keluar kafe saja tidak diperbolehkan? Bukankah dirinya sudah membayar tadi? Kemudian, salah satu rekannya tampak menghampiri Erina dan pelayan tadi. Ia terlihat lebih ramah daripada pelayan satunya. Meskipun jauh lebih muda dari perkiraan usia Erina. “Maaf, jie. Kau tidak bisa keluar begitu saja, karena kafe ini sudah dipesan oleh seseorang sehingga kau harus menunggunya datang untuk bisa kembali,” ucap pelayan itu membuat kening Erina semakin berkerut bingung. “Aku tidak mengerti. Apa yang kau maksud? Mengapa aku harus di sini sampai dia datang?” tanya Erina bertubi-tubi seakan satu pertanyaan saja tidak bisa mewakili perasaannya. “Tidak bisa, jie. Kau harus tetap di sini,” desak pelayan itu bersikeras untuk menahan dirinya. Sontak Erina yang takut menjadi korban penculikan dan penjualan manusia pun berusaha membuka pintu. Sayangnya sudah ditahan oleh seseorang dari luar membuat gadis itu mendelik tidak percaya. “Jangan bermacam-macam padaku!” ancam Erina tajam. “Astaga, ada apa ini?” Suara seseorang dari arah belakang kedua pelayan itu pun membuat Erina langsung mengalihkan perhatiannya, dan tampak sesosok lelaki berpakaian jas formal mendekat. Ia terlihat setengah baya dengan kerutan halus di pinggiran mata. “Bos, apa yang dilakukan kedua pelayan ini benar-benar tidak masuk akal. Kenapa aku ditahan?” protes Erina menatap sinis kedua pelayan tersebut. Sejenak lelaki paruh baya itu berdeham pelan, lalu membalas, “Jadi begini ... kau Erina, ‘kan? Kami mendapatkan pesan dari seseorang kalau nanti ada pelanggang yang bernama Erina untuk di tahan di tempat ini.” “Kau gila!?” kecam Erina penuh amarah. “Tidak. Dengarkan kami,” ucap lelaki paruh baya itu, tetapi sudah terpotong akibat Erina yang berusaha mendobrak pintu di belakangnya membuat kedua lelaki itu tersungkur ke bawah. Namun, baru saja Erina hendak berlari dari sana tubuhnya langsung menubruk sesuatu yang sangat keras sehingga membuat kening mulusnya terasa berdenyut sakit. Tentu saja Erina yang hampir lolos itu merutuk kesal pada seseorang di hadapannya. Tepat saat dirinya mendongak ke atas, terlihat Boys Force tersenyum ramah sembari melambaikan tangan. Ia terlihat sangat segar dengan rambut cepak ala Cristian Ronaldo. Membuat Erina sedikit terkejut. “Hai, Erina!” sapa Boys Force membawa Erina pada kenyataan. “Boys? Sedang apa kau di sini?” tanya Erina tidak mengerti. “Oh, aku kebetulan melintas ke sini, lalu melihatmu sedang ribut di depan kafe,” jawab Boys Force tersenyum lebar. Akan tetapi, Erina mulai merasakan kalau tersirat makna aneh dari senyuman tersebut. Seakan ada sesuatu yang tidak bisa dilontarkan, selain tersenyum. Sehingga membuat batin Erina mendadak takut. Kemudian, Erina pun membalikkan tubuhnya menatap pemilik kafe dengan dua pelayan yang tadi menahan dirinya. Akan tetapi, mereka semua tidak ada di sana membuat Erina semakin bingung dan tidak mengerti. “Ayo, Erina kita masuk ke dalam!” ajak Boys Force hendak menggenggam jemari Erina, tetapi langsung ditepis pelan oleh gadis itu. “Maaf, aku tidak ingin kembali. Aku harus pulang,” tolak Erina berusaha melewati lelaki itu. Sayangnya, Boys malah memaksa Erina dan membawanya masuk kembali ke dalam kafe. Tentu saja gadis itu langsung meronta-ronta meminta dilepaskan. Ia semakin membabi buta saat Boys malah menariknya semakin ke dalam kafe membuat sinar matahari yang dihasilkan dari luar mulai tenggelam di gelapnya keadaan tempat itu. Erina tidak tahu apa yang harus ia lakukan di tempat segelap ini. Jujur saja, jantung Erina mulai meronta-ronta penuh ketakutan. Semua bayangan di sini tidak terlihat membuat ia merasakan seperti menutup matanya. “Boys!” teriak Erina panik. “Astaga, tolong aku!!!” seru Erina lagi. Kali ini ia mencoba untuk meraba-raba sekitar sehingga mulai merasakan tembok polos di sisinya. Tidak ingin menyerah Erina pun mulai merambat lebih cepat sampai tangannya tanpa sadar menyetuh sebuah benda berbentuk kotak. Ia yakin itu adalah stop kontak lampu yang menjadi penerangan ruangan ini. Tanpa pikir panjang, Erina pun langsung menekannya sampai sebuah cahaya terang benderang menghiasi ruangan ini. Gadis itu menutup mulutnya tidak percaya melihat banyak sekali hiasan balon di atas langit-langit ruangan dengan bertulisan nama dirinya. “Astaga, apa ini?” tanya Erina tidak percaya seiring dengan kedua pelupuk matanya mulai mengabur. “Selamat ulang tahun, Erina!!!” ucap Lusi dan Xiao Yi secara bersamaan, lalu membawakan kue besar dengan bentuk cokelat di atasnya. Tanpa sadar Erina mulai menangis bahagia. Ia sama sekali tidak percaya akan mendapatkan kejutan seperti ini. Padahal awalnya ia mengira kalau Boys Force akan menculik dirinya dengan kejam, lalu menjual pada agen perdagangan manusia. Pikiran Erina memanng sudah tidak bisa terkontrol. “Aku tidak percaya kalian berdua melakukan ini,” balas Erina menutup mulutnya penuh haru membuat kedua wanita itu tertawa pelan. “Ayo, tiup dulu lilinnya!” titah Lusi membuat Erina mengangguk singkat. Perlahan Erina pun memejamkan matanya meminta permohohan pada Sang Pencipta. Berharap kalau semua apa yang telah diucapkan akan tercapai di kemudian hari. Ia sangat berharap agar seperti itu. Jauh lebih daripada ke depannya. Setelah selesai, Erina langsung membuka matanya, lalu mulai meniupkan satu per satu lilin yang ada di sana. Sedikit melelahkan, akibat ulah Lusi yang terlalu iseng mendirikan banyak sekali lilin kecil hanya untuk mengerjai Erina. “Ini pasti ulahmu yang sengaja untuk membuatku mati kehabisan napas,” gumam Erina pelan, tetapi masih terdengar oleh kedua wanita itu. “Sudahlah, jangan banyak bicara!” balas Lusi malas membuat Erina hanya mencibir pelan. Selesai meniupkan lilin lebih dari dua puluh itu, Erina pun menatap satu per satu orang yang memberikannya surprise mengejutkan. Terlihat di sana ada Dzaky beserta keluarga kecilnya, dan Ulya lengkap dengan keluarga kecilnya. Mereka semua tersenyum penuh haru menatap Erina yang berkaca-kaca. “Selamat ulang tahun, Erina Zakiyah!!!” ucap mereka semua kompak membuat hati Erina menghangat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD