77. Interview at Work

959 Words
Sejak mendengar dirinya benar-benar dipecat oleh Wang Junkai tanpa alasan, Erina pun mulai termenung menatap langit malam melalui rooftop apartemen yang sering dijadikan untuk acara tertentu. Bahkan tidak sedikit dari mereka menjadikan rooftop sebagai tempat menenangkan diri seperti seorang gadis yang masih terdiam menatap gelapnya langit malam. Namun, lelaki tampan yang ada di samping Erina tampak bosan dengan keterdiaman mereka berdua. Alvaro menghela napas panjang diikuti dengan tubuhnya yang mulai merebahkan diri di lantai rooftop beralaskan dengan jas hitam formal tadi. Alvaro menatap indahnya langit malam tanpa bintang, meskipun ia terbiasa melihat benda tersebut ketika berada di Indonesia. Karena jelas melihat bintang adalah kebahagiaan seseorang ketika dilanda masalah, seperti Erina yang terlihat lesu sejak tadi. “Lo kenapa sih, Na?” tanya Alvaro mulai merasa kesal melihat tingkah gadis itu. “Kenapa apanya?” tanya Erina balik dengan wajah bingung. Ia memang sejak tadi tidak fokus sehingga baru menyadari kalau sejak tadi dirinya sudah diperhatikan oleh Alvaro. “Lo aneh tahu enggak? Sejak balik dari penerbitan,” ucap Alvaro mengernyit kesal melihat wajah polos gadis itu seakan tidak pernah terjadi sesuatu. Padahal ia jelas-kelas mengetahui kalau ada sesuatu tengah mengganggu batin Erina. “Apa iya?” balas Erina polos membuat Alvaro langsung menghela napas kasar, lalu kembali terduduk menatap gadis itu serius. “Cepat, katakan! Apa yang membuat lo jadi begini,” titah lelaki itu tak terbantahkan membuat Erina mengerjap beberapa kali. “Enggak ada, Kak,” elak Erina menatap ke arah lain. “Gue tahu lo bohong!” sindir Alvaro tersenyum sinis. “Ish! Enggak apa-apa ini masalah gue,” balas Erina tetap bersikeras untuk menyembunyikan kebenaran. Padahal tanpa ia sadari Alvaro telah menebaknya dengan tepat. “Apa lo baru aja dipecat, Na?” tebak Alvaro. Seketika gadis itu pun menoleh pada Alvaro dengan tatapan bingung. Tentu saja ia penasaran dengan Alvaro yang mengetahuinya. Padahal ia sama sekali belum memberi tahu siapa pun. “Tahu dari mana?” tanya Erina cepat. “Ya, nebak aja,” jawab Alvaro ringan, lalu mengalihkan perhatiannya ke arah lain. “Enggak mungkin!” sahut Erina penuh selidik. “Serius, Na,” balas Alvaro menatap gadis itu penuh. Erina pun mendadak menjauhkan wajahnya dari Alvaro. Namun, belum sempat hal itu terjadi Alvaro sudah memeluk tubuhnya membuat ia spontan terjatuh di pangkuan lelaki itu. Tentu Erina mendadak tidak percaya dengan apa yang tengah terjadi. Alvaro memeluk tubuhnya. “Kak,” bisik Erina membuat lelaki itu mengendurkan sedikit. “Kenapa?” tanya Alvaro memiringkan kepala menatap wajah cantik Erina yang mulai terpancarkan akibat lampu temaram dari beberapa gedung tinggi di hadapannya. “Uhm ... aku dipecat, Kak. Padahal selama ini aku enggak pernah melakukan kesalahan apa pun, tapi siang tadi Bos Wang tiba-tiba memecatku tanpa alasan. Bahkan aku sudah tidak diperbolehkan untuk ke sana lagi membawa semua barang-barangku,” celoteh Erina menceritakan apa yang terjadi tadi di penerbitan membuat Alvaro dengan setia menatap gadis itu penuh. “Lantas, bagaimana barang-barangmu itu? Apa semuanya berharga?” tanya Alvaro penasaran. “Entahlah. Kata Bos, semua barangku akan dibawa ke sini besok,” jawab Erina menghela napas pelan dan meletakkan kepalanya di d**a lelaki itu sembari sesekali mengusap bawah hidungnya yang mulai terasa dingin. Sebab, kebetulan sekali dirinya tidak memakai pakaian tebal sehingga hawa dingin langsung menusuk dengan kuat di kulit. “Kalau begitu, lo enggak punya pekerjaan sekarang?” Alvaro mengusap kepala Erina lembut. Menyisir sela-sela rambut halus milik gadis itu yang beraroma stoberi, sama seperti dulu. Bahkan ia sesekali menghirupnya dengan kuat seakan inilah aroma yang dirindukan selama berpisah dengan Erina. Seorang gadis polos, kuat, dan tegar. “Iya. Baru kali ini gue jadi pengangguran, Kak,” keluh Erina melingkarkan kedua tangannya pada pinggang milik Alvaro. Ia memeluk tubuh lelaki itu dengan erat seakan tidak ingin dilepaskan lagi. “Gimana kalau lo kerja sama gue aja?” tawar Alvaro yang mulai melancarkan aksinya. “Enggak, ah!” tolak Erina cepat. “Kenapa? Bukannya enak kalau kerja sama gue? Soalnya Bang Dzaky belakangan ini minta gue jemput Cherry, dan lo tahu sibuknya gue di kantor. Jadi, enggak masalah kalau lo kerja sama gue juga, Na,” ucap Alvaro berusaha meyakinkan gadis itu. “Jangan, Kak. Nanti apa kata karyawan kalau gue masuk jalur belakang,” balas Erina tetap bersikeras dengan pendiriannya. “Bukan jalur belakang juga. Lo tetap dites kok, tapi enggak seketat kayak pembukaan lowongan baru. Gimana, lo mau enggak?” tanya Alvaro sekali lagi. Sejenak Erina mulai tertarik dengan tawaran lelaki itu, tetapi untuk menerimanya jelas ia tidak bisa semudah membalikkan telapak tangan. Sebab, Erina sangat jelas sekali mengenal Alvaro sehingga dirinya bisa diterima dengan mudah. Akan tetapi, tidak dengan para karyawan yang ada di sana, pasti tidak sedikit dari mereka membencinya. “Tenang aja, Na. Di perusahaan gue karyawannya pada acuh tak acuh. Karena sistem kerja di sana jelas beda banget sama di penerbitan. Mereka bekerja sesuai dengan jabatan dan lantainya masing-masing, jadi enggak ada waktu gibah meskipun hanya satu menit,” sambung Alvaro seakan menjawab pertanyaan dari hatinya. “Beneran, Kak?” Erina pun sedikit penasaran dengan cara kerja di sana. “Tentu saja. Lo bisa bawa lamaran besok, tapi gue kayaknya enggak bisa jemput. Besok pagi-pagi gue harus ke pabrik ngelihat penelitian dari lab kerja sama perusahaan farmasi. Jadi, lo bisa berangkat sendiri, ‘kan?” Alvaro menatap Erina yang menipiskan bibirnya sembari berpikir keras. “Okelah. Besok gue ke perusahaan lo, Kak. Tapi, nemuin siapa?” balas Erina bingung. “Ke resepsionis aja. Bilang ada lowongan kerja rekomendasi dari gue. Nanti mereka tahu kok apa yang harus dilakuin,” jawab Alvaro mencium pucuk kepala Erina gemas. “Ya sudah,” putus Erina mantap. Setidaknya mencoba lebih baik daripada tidak sama sekali karena mungkin ini memang jalan hidupnya yang mulai berubah. “Jadi, lo udah ada gambaran belum buat interviu besok?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD