73. Penuh Kekaguman

1000 Words
Sejak perkataan Meying tadi, Alvaro mendadak tidak bisa fokus dalam bekerja. Padahal rapat eksekutif telah ia selesaikan beberapa menit yang lalu. Kini seharusnya ia bisa kembali fokus mengerjakan semua pekerjaannya, tetapi pikiran yang berkelana itu malah membuat batinnya sedikit terusik. Entah sudah ke berapa kali Alvaro menghela napas panjang sembari menatap langit-langit ruangannya yang berwarna gelap sama seperti suasana hatinya. Namun, hal tersebut sama sekali tidak membuat lelaki itu kembali tenang malah semakin tidak fokus. Tidak ingin berlama-lama bergelut dengan batinnya sendiri, Alvaro pun memencet tombol intercom yang ada di atas meja kerja untuk menghubungi Meiying selaku sekretaris pribadinya. Wanita itu pasti sedang sibuk merekap seluruh data yang masuk untuk segera dilaporkan pada dirinya. “Sekretaris Mei, cepat masuk sekarang!” titah Alvaro tegas tanpa diganggu gugat. Sedangkan wanita yang berada tepat di depan pintu ruangan lelaki itu pun spontan bangkit dan membereskan semua pekerjaan tanpa pedulia apa pun lagi. Sebab, prioritasnya kini adalah Alvaro yang berada di dalam ruangan menghubunginya untuk segara masuk ke dalam. Dengan merapikan pakaiannya sedikit, Meiying pun melangkah masuk ke dalam ruangan besar tersebut. Tentu saja untuk menemui seorang lelaki tegas dan tampak yang berada di dalam ruangan seorang diri. “Ada apa, Presdir Alva?” tanya Meiying meletakkan kedua tangannya di depan perut rata dengan sopan. Ia tidak membungkukkan tubuhnya seperti yang lalu karena itu akan sangat merepotkan. “Tolong kau cepat selesaikan kontrak kerja yang aku minta tadi,” jawab Alvaro menunjuk udara seolah ia tengah memerintah tanpa diganggu gugat lagi. “Baik. Akan segera aku selesaikan,” ucap Meiying mengangguk mantap. “Uhm ... Kalau bisa sebelum makan siang tiba. Karena aku harus segera ke penerbitan lebih awal,” sela Alvaro menyiratkan sesuatu membuat wanita itu diam-diam tersenyum geli. “Lima belas menit lagi kontrak akan segera mendarat di sini, Presdir Alva,” putus Meiying menggeleng tidak percaya sembari menyembunyikan senyumannya. Setelah itu, Alvaro memerintahkan Meiying untuk kembali bekerja. Tentu saja ia sangat puas dengan kesanggupan wanita itu seakan segala pekerjaannya memang benar-benar sangat teratur dan disiplin sehingga tidak akan mengecewakan siapa pun. Alvaro yang sudah tidak mempunyai pekerjaan, selain menunggu kontrak kerja pun hanya diam menatap jendela ruangannya yang begitu besar menampilkan setiap sudut Kota Shanghai dengan jelas. Bahkan dari gedung setinggi ini saja Menara The Bund bisa terlihat, walaupun bagian pucuknya saja. Sebenarnya menjadi seorang presiden direktur tidak selamanya menyenangkan. Adakala Alvaro merasa frustasi dan tidak sanggup menjalankan semua pekerjaannya sesuai dengan prosedur perusahaan. Akan tetapi, di saat-saat lemah itu hanyalah Meiying yang menemani dirinya. Bahkan wanita itu tidak segan menganggap dirinya hanyalah lelaki yang butuh perlindungan. Meskipun yang dikatakan ada benarnya. Alvaro tidak pernah memiliki seorang kakak perempuan dan diasuh oleh perempuan. Selama ini ia terbiasa hidup dengan dukungan dan didikan khas lelaki sehingga tidak bisa merasakan bagaimana kelembutan dari sisi seorang wanita. Namun, semua sisi kelembutan itu bisa ia dapatkan dari Meiying. Sekretaris pribadi yang merangkap menjadi seorang ibu sekaligus kakak bagi Alvaro. Wanita yang sebentar lagi akan resign karena mengikuti calon suaminya. “Presdir Alva, kontrak kerja sudah selesai,” ucap Meiying tiba-tiba membuat Alvaro yang sibuk melamun langsung tersadar kembali. “Baiklah. Sekarang kita ke penerbitan untuk membahas masalah ini pada Wang Junkai,” balas Alvaro bangkit dari tempat duduknya, lalu kembali mengancingkan jas formal tersebut. Kemudian, Meiying mengangguk patuh dan mulai mengikuti langkah tegas Alvaro bersama Zhou Yuan yang ditugaskan untuk menjaga bosnya ke mana pun ia pergi. Agar sesuatu yang tidak diingin bisa kembali terhindar dan menjauh dengan sendirinya. Di sepanjang jalan menuju lobi kantor, Alvaro pun mendapat banyak sekali sapaan hormat dari para karyawan yang tanpa sengaja bertemu dengan dirinya. Tidak sedikit dari mereka munduk hormat dan menyapa dengan singkat membuat lelaki itu mengangguk pelan. Sesampainya di lobi kantor, Zhou Yuan pun melebarkan langkahnya untuk membuka pintu mobil. Agar bisa Alvaro masuki tanpa melakukan apa pun. Sedangkan Meiying sudah mendudukkan diri di samping supir yang akan digantikan oleh Zhou Yuan. Mereka bertiga memang sengaja pergi tanpa diikuti oleh siapa pun. Tentu saja alasannya hanya Alvaro yang tidak ingin kalau dirinya segera terekspose sebagai pengganti Dzaky. Karena selama ini banyak sekali yang tidak rela kalau perusahaan Aryasatya Group akan lebih maju daripada sebelumnya. Tak lama kemudian, mobil mewah berwarna hitam itu pun berhenti tepat di depan pintu lobi yang terlihat cukup ramai dengan orang-orang berpakaian jas formal ala lawyer. Memang gedung ini tidak hanya dihuni oleh penerbitan buku, melainkan ada sebuah kantor advokat di dalamnya sehingga tidak asing lagi kalau kebanyakan berpakaian formal dibandingkan casual seperti yang tengah dipakai oleh Lusi. Tanpa ragu Alvaro pun memanggil gadis itu sedikit keras. “Lusi!” Seorang wanita yang baru saja mengambil paketan dari resepsionis bawah pun menoleh dan mendapati seorang lelaki dengan dua orang berada di belakangnya terlihat menatap ia dengan raut wajah datar. “Alvaro? Kenapa kau ada di sini?” tanya Lusi bingung karena ia sudah mengetahui identitas asli lelaki itu sehingga agak terkejut melihat Alvari kembali meluangkan waktu ke penerbitan, tetapi dengan dua orang asing di belakangnya. “Aku ke sini untuk mencari Wang Junkai,” jawab Alvaro tersenyum tipis, lalu berbalik tanya, “Apa Wang Junkai ada di ruangan?” “Aku tidak tahu. Tapi, sepertinya dia sedang ada di ruangan Erina. Tadi yang aku lihat seperti itu,” ucap Lusi sedikit ragu. “Tidak apa-apa. Aku akan mencarinya sendiri. Terima kasih,” balas Alvaro mengangguk singkat, lalu melenggang pergi dari sana bersama dengan kedua karyawan pribadinya di belakang. Tentu saja pemandangan itu tidak bisa dilepaskan dari tatapan kagum sekaligus tidak percaya. Karena Alvaro terbiasa ke kantor ini tanpa kedua orang di belakangnya. Meskipun terkadang ia datang membawa Erina, tetapi tidak seheboh hari ini. Akan tetapi, Alvaro tidak ingin ambil pusing, dan ia pun segera menuju elevator yang kosong menuju ruangan Wang Junkai. Pemilik dari penerbit yang sebentar lagi akan gulung tikar karena ketidaktahuannya mengelola keuangan. Salah satu kekurangan dari penerbit cukup terkenal ini. Sementara itu, Meiying yang sejak tadi menahan diri untuk tidak bersuara pun mulai bertanya, “Presdir Alva, apa kita datang ke sini hanya untuk membahas kontrak kerja?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD